BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

ROH KUDUS DAN JEMAAT Lesson 9 for March 4, 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAGIAN II--TEOLOGI KISAH PARA RASUL. l. Lukas adalah seorang Yunani, bukan seorang Yahudi-- Kol. 4:l0- l4

Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

Ikutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Roh Kudus dan asal mula Firman: Yang mengungkapkan. Yang mengilhami. Mengatakan yang sebenarnya.

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

BAB I Pendahuluan UKDW

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitab (24-26)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Saya Dapat Menjadi Pekerja

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

BUKU KESATU HIDUP BARU DI DALAM KRISTUS KEMANUSIAAN-NYA

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Alkitab dan kita: Bagaimana menafsirkan Alkitab. 2 Petrus 1:20. Bagaimana Alkitab mengubah hidup kita? 2 Petrus 1:21.

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

PERBEDAAN ANTARA PERSATUAN ORANG-ORANG KRISTEN SECARA ROHANI DAN SECARA ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

Pengamatan. - Di hadapan Allah perbuatan kita yang terbaik masih rendah mutunya dan tidak memenuhi norma-norma kekudusan-nya.

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. (Mazmur 124 : 8) Umat A - MIN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Apa Gereja 1Uhan Itu?

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

Bekerja Dengan Para Pemimpin

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

Level 3 Pelajaran 2. MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack

BAB I Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

GPIB Immanuel Depok Minggu, 21 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Apakah Allah Akan Mengatakan Kepadaku Apa yang Harus Kulakukan Selanjutnya?

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

UKDW. Bab I Pendahuluan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus yang adalah terang dunia (1 Pet 2 : 9-10 dan Yoh 8 : 12). Persekutuan tersebut menjadi saksi dari kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus kepada dunia (Kis 1 : 8). Dengan demikian Gereja menjadi sebuah persekutuan dimana Kristus yang menjadi dasar terbentuknya. Oleh karena itu, gereja dipanggil dan diutus untuk melayani dunia ini. Bukan hanya sekedar melayani, namun juga gereja menjalankan misinya menghadirkan damai sejahtera yang dari Kristus di tengah-tengah dunia ini. Penafsiran konservatif terhadap Matius 28:18-20 selalu menjadi inspirasi yang kuat dan memainkan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan pekabaran injil yang dilakukan misi-misi Kristen (gereja) selama berabad-abad. 1 Berarti alasan keberadaan gereja adalah karena misi, Misi yang menjadikan muridmurid bagi Kristus yang bersaksi mengenai iman dalam hatinya. 2 Sesuai dengan hakikatnya Gereja terpanggil untuk memberitakan dan menghadirkan kerajaan Allah, yaitu keselamatan melalui Yesus Kristus. Tugas panggilan inilah yang merupakan pengutusan Gereja sampai saat ini. 3 1 Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 7. 2 Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda (Jakarta : Gunung Mulia, 2006), 3. 3 Ketetapan Persidangan Sinode GPIB XIX, Pokok-Pokok Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG),Buku II (Jakarta, 2010), 3. 1

Sebagai sebuah persekutuan, gereja adalah Esa. Keesaan merupakan Tubuh Kristus di mana Yesus Kristus adalah Kepala dan dasar gereja. Ide tentang gereja sebagai tubuh Kristus banyak dijumpai dalam tulisan-tulisan Paulus. Dalam Roma 12 dan 1 Kor 12, adapun pokok utama dari hal ini adalah gereja merupakan persekutuan timbal balik, saling pengertian, saling merasa bergantung yang satu dengan yang lain sebagai anggota persekutuan. 4 Meskipun tubuh Kristus merupakan hal yang Alkitabiah, banyak anggota-anggota persekutuan yang tidak terbiasa dengan hal ini. Mereka mengira bahwa hubungan antara mereka dengan Yesus adalah hubungan yang bersifat individual. 5 Pertumbuhan sebuah gereja ditentukan juga oleh kinerja yang baik dari para pelayan dalam melakukan proses penggembalaan di tengah jemaat, oleh karena itu seorang gembala yang baik dituntut untuk dapat memimpin dan memelihara dombadomba Allah dengan baik. 6 Namun dewasa ini banyak sekali gembala yang melupakan tugas kegembalaanya di tengah-tengah jemaat yang dipimpinnya. Gereja juga harus mempunyai Visi dan Misi yang jelas dalam menjalankan dan melangsungkan proses penata layanan di tengah-tengah dunia ini. Gereja juga harus dapat melaksanakan proses bergereja sesuai Visi dan misi yang telah disepakati tersebut. Salah satu gereja yang ada di Indonesia di antara banyak denominasi gereja adalah Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Gereja 4 Avery Dulles. S.J, Model-model Gereja (Ende : Nusa Indah, 1990), 48. 5 Emanuel Gerrit Singgih, Bergereja, Berteologi dan Bermasyarakat (Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 1997), 5. 6 A.A. Sitompul, Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja II ; PENGEMBALAAN : PELAYANAN DAN KEPEMIMPINAN, (Jakarta : Gunung Mulia, 1980), 20. 2

yang mempunyai Visi dan Misi yang jelas dalam melangsungkan proses penata layanan bagi kebutuhan jemaatnya. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama Indische Kerk. Teologi Gereja ini didasarkan pada ajaran Reformasi dari Yohanes Calvin, seorang Reformator Prancis yang belakangan pindah ke Jenewa (Swiss) dan memimpin gereja di sana. GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948 yang pada waktu itu bernama De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie berdasarkan Tata-Gereja dan Peraturan- Gereja yang dipersembahkan oleh proto-sinode kepada Badan Pekerja Am (Algemene Moderamen) Gereja Protestan Indonesia. 7 Sebagai sebuah gereja, GPIB mempunyai rumusan Visi dan Misi sebagai berikut: 8 Visi: GPIB menjadi gereja yang mewujudkan damai sejahtera Allah bagi seluruh ciptaan-nya. Misi: 1. Menjadi gereja yang terus menerus diperbaharui dengan bertolak dari Firman Allah, yang terwujud dalam perilaku kehidupan warga gereja, baik dalam persekutuan, maupun dalam hidup bermasyarakat. 2. Menjadi gereja yang hadir sebagai contoh kehidupan, yang terwujud melalui inisiatif dan partisipasi dalam kesetiakawanan sosial serta kerukunan dalam 7 http://www.gpib.org/tentang-gpib/ senin 30 Mei pukul 14.15 wib. 8 Ketetapan Persidangan Sinode GPIB XIX, PKUPPG (Jakarta, 2010), 13. 3

masyarakat, dengan berbasis pada perilaku kehidupan keluarga yang kuat dan sejahtera. 3. Menjadi gereja yang membangun keutuhan ciptaan yang terwujud melalui perhatian terhadap lingkungan hidup, semangat keesaan dan semangat persatuan dan kesatuan warga gereja sebagai warga masyarakat. Dalam memenuhi Visi dan melaksanakan Misi, GPIB merumuskan Tematema sebagai panduan dalam menjalankan proses penata layanan bagi umatnya. Adapun Tema-tema tersebut memiliki jangka waktu masing-masing, Tema jangka panjang selama 20 tahun, kemudian Tema tersebut dibagi menjadi sub-tema yang masing-masing merupakan jangka pendek untuk lima tahun. Sub-Tema yang merupakan jangka pendek lima tahunan ini diuraikan lagi dalam sub-sub tema, yang merupakan Tema Tahunan. Tema jangka panjang 20 tahun (tahun 2006-2026) GPIB yaitu Yesus Kristus adalah Sumber Damai Sejahtera (Yohanes 14 : 27). Dalam hubungan ini, maka tahapan-tahapan jangka pendek lima tahunan diuraikan sebagai berikut: 9 1. Jangka Pendek I 2006-2011 : Mempersiapkan masa depan bangsa yang damai sejahtera dengan sikap tulus dan jujur. (Mazmur 37 : 37) 2. Jangka Pendek II 2011-2016 : Membangun tatanan kehidupan masyarakat yang rukun dan adil. (Roma 15 : 5-7) 9 Ibid; 14. 4

3. Jangka Pendek III 2016-2021 : Mengembangkan sumber daya Gereja untuk meningkatkan pelayanan dan kesaksian yang mendatangkan damai sejahtera di tengah dan bersama masyarakat. (Lukas 1 : 79) 4. Jangka Pendek IV 2021-2026 : Membangun sinergi dalam Hubungan gereja dan masyarakat untuk mewujudkan kasih Allah yang meliputi seluruh ciptaan. (Matius 22: 37-39, Ulangan 6:5, Imamat 19:18) Arah dan tujuan Jangka Pendek I (tahun 2006-2011) yang dijabarkan dalam Tema Alkitabiah Tahunan adalah: 10 1. 2006-2007 : Membangun masa depan dengan semangat pendamaian dan pemulihan dalam Yesus Kristus. (Roma 15:7) 2. 2007-2008 : Melayani dengan ketulusan dan kejujuran. (Mazmur 25:21) 10 Ibid; 14. 5

3. 2008-2009 : Bersaksi dalam kekuatan kasih karunia Allah. (II Korintus 1: 12) 4. 2009-2010 : Roh Kudus memberi damai sejahtera dan sukacita. (Roma 14:13-23) 5. 2010-2011 : Membangun masa depan bersama Roh Kudus. (I Korintus 14:12) 6. 2011-2012 : Manusia baru yang terus Menerus dibaharui. (Efesus 4: 23-24) Tema Tahunan yang dirancang dan dirumuskan melalui persidangan tahunan sinode GPIB ini dimaksudkan untuk menjadi panduan dan acuan dari pelayanan yang akan dilakukan oleh GPIB dalam setahun ke depan serta sebagai pemberi arah bagi warga gereja dalam memahami kenyataan kehidupan bergereja. Walaupun dalam prakteknya Sinode GPIB juga mengeluarkan Tema dua bulanan yang terdapat dalam Sabda Bina Umat (SBU), namun tetap semua kegiatan pelayanan berjalan sesuai dengan Tema Tahunan. Semua kegiatan Pelayanan Kategorial (PelKat ) juga selalu berpatokan dengan Tema Tahunan yang telah disepakati ini. 6

Kenyataan yang terjadi saat ini, ketika Tema Tahunan ini menjadi acuan dan landasan dari seluruh kegiatan pelayanan yang ada di GPIB di seluruh Indonesia, terkadang Tema ini tidak lagi menjawab kebutuhan dari warga gereja itu sendiri, misalnya ketika melihat kondisi yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini dimana terjadi peristiwa yang menyedihkan, seperti bencana alam, gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya. Selain itu juga masih ada hal-hal yang dapat dilihat dari kurangnya peran gereja dalam melaksanakan tugas sebagai Tubuh Kristus yang memiliki misi untuk menghadirkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan-nya, baik bagi jemaat GPIB sendiri maupun masyarakat luas secara umum. Seperti adanya gangguan terorisme dan keadaan ekonomi yang semakin sulit dan terpuruk karena semakin maraknya korupsi di mana-mana. Melihat dari keadaan tersebut, bagaimanakah peran GPIB dalam menyikapi hal ini demi menjadikan GPIB sebagai gereja yang menghadirkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan Tuhan. Dalam pelaksanaan Tema sebagai landasan dalam menjalankan pelayanan di GPIB, ada juga gereja yang melangsungkan kegiatan pelayanan tanpa terlalu memperhatikan Tema tahunan. Seperti yang penulis alami ketika berpraktek selama 4 bulan. Contohnya disaat khotbah, Pendeta (Ketua Mejelis Jemaat) selaku Pelayan Firman lebih memperhatikan konteks dan keadaan yang sedang jemaat alami pada masa itu. Pendeta lebih melihat bagaimana hidup yang harus dijalani oleh jemaat pada suatu keadaan tertentu dan Pendeta tidak menekankan Tema tahunan dalam kehidupan jemaat. Memperhatikan hal yang telah diceritakan di atas, maka yang ingin penulis capai dalam tulisan ini adalah mengetahui bagaimana sebenarnya perumusan Tema 7

Tahunan yang dilakukan oleh Sinode GPIB. Dan oleh sebab itu penulis ingin mengangkat hal tersebut menjadi sebuah skripsi yang berjudul : Tema-Tema Tahunan Kehidupan Bergereja di GPIB (Suatu Analisa Kritis Terhadap Perumusan Tema-Tema Bergereja dalam lingkungan GPIB) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah sebagai berikut : A. Bagaimana perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB dilakukan? B. Faktor-Faktor apa yang diperhatikan dalam perumusan Tema-tema Tahunan GPIB tersebut? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : A. Mendeskripsikan proses perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. B. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam proses perumusan Tema- Tema Tahunan GPIB. D. Signifikansi Penulisan Adapaun manfaat penelitian ini antara lain ialah : A. Membangkitkan motivasi Gereja dan jemaat dalam melakukan pelayanan yang lebih baik lagi terhadap sesama dan jemaat. B. Memberikan konsep dasar bagi para pekerja gereja dan teolog untuk membangun Sosiologi Gereja yang baik dan Teologi misi di Indonesia. 8

C. Memberikan sumbangan pemikiran akademik dalam hal ini lembaga fakultas Teologi UKSW terkhususnya mata kuliah Sosiologi Gereja dan Teologi Kontekstual E. Metodologi Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikaji berdasarkan fakta empiris, kejadian, pengalaman untuk mencari makna sebenarnya. Dengan menggunakan jenis penelitian ini dapat di uraikan secara jelas bagaimana keadaan/sistem dalam suatu jemaat tertentu dan dapat ditentukan masalah dalam masyarakat. 11 Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif analisis yang bertujuan menggambarkan/melukiskan keadaan dari subjek/objek yang diteliti berdasarkan fakta sebagaimana adanya. 12 Jenis penelitian deskriptif analisis adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 13 F. Teknik Pengumpulan Data Interview/wawancara Teknik ini bertujuan untuk mendapat keterangan masalah yang diteliti dengan percakapan tatap muka, guna mendapat informasi yang lebih akurat dan terperinci untuk memperkuat data-data tentang objek yang diteliti. Bentuk wawancara 11 Hari Purwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Persepsi Antropology, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), 60-61. 12 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1985), 63. 13 Ibid. 9

yang digunakan adalah wawancara yang terpimpin yaitu wawancara yang terarah dalam mengumpulkan data-data yang relevan. 14 Kepustakaan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data melalui kepustakaan, berbagai buku dan dokumen lainnya. Selain itu studi kepustakaan juga bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur dalam menganalisa data penelitian guna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. Dalam penyusunan dan penulisan karya ini, penulis mendapatkan informasi dengan membaca, lalu menganalisa sebuah bahan. Kemudian analisa-analisa yang didapatkan akan dibanding-bandingkan dan akhirnya akan ditarik sebuah kesimpulan. Informasi-informasi diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel di perpustakaan. Selain itu, bahan-bahan informasi juga diperoleh penulis dari pencarian di internet. G. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika penelitian. BAB II : Landasan Teori Dalam bagian ini akan dibicarakan tentang teori-teori bergereja, perencanaan sosial, dan teori sosiologi berorganisasi. 14 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1983), 20. 10

BAB III : Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB Pada bagian ini, penulis akan meneliti tentang proses perumusan Tema-Tema Tahunan yang dulakukan oleh Majelis Sinode GPIB. BAB IV : Analisa Masalah Pada bagian ini penulis akan menganalisa hasil dari proses perumusan Tema- Tema Tahunan yang dilakukan oleh Majelis Sinode GPIB dengan memperhatikan teori-teori yang ada. BAB V : Penutup Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan apa yang telah dideskripsikan pada bab-bab terdahulu dan memberikan saran-saran praktis baik itu bagi gereja maupun bagi lembaga fakultas Teologi UKSW. 11