Kopigmentasi Kuersetin Apel (Pyrus malus) terhadap Stabilitas Warna Ekstrak Buah... (Lydia Ninan Lestario dan Silvia Andini) KOPIGMENTASI KUERSETINAPEL (PYRUS MALUS) TERHADAP STABILITAS WARNA EKSTRAK BUAH DUWET (SYZYGIUM CUMINI) Lydia Ninan Lestario dan Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga-50711 e-mail : nlestario@gmail.com ABSTRACT Anthocyanin is a red, orange, purple, to blue pigments found in plants, commonly in fruit and flower, but also in leaf and bulb. In the previous time, it was only known useful in pollination and seed dispersal. Nowadays, this pigment has known showed antioxidant activity, useful for health, and has a potential as safe food colorant, but the problem is it s low stability. The aim of this research was to determine the influence of copigmentation of apple kuersetin to color stability of of java plum fruit anthocyanin. The anthocyanin of java plum was extracted with 1% tartaric acid, then copigmented with quercetin apple in several concentrations : 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%, then be heated at 40 o C, 60 o C, and 80 o C. The color stability were measured each hour, until 5 hours at 510 nm dan 555 nm. The results showed that copigmentation between apple quercetin and java plum anthocyanin occurred and showed from bathochromic shift from 510 nm to 555 nm. Copigmentation with quercetin increased the color intensity of java plum extract, and slightly increased the color stability of java plum extract during heating. Key words: anthocyanin, copigmentation, quercetin PENDAHULUAN Antosianin merupakan suatu pigmen pada tanaman yang berwarna merah, merah keunguan, ungu, sampai biru. Umumnya terdapat pada bunga dan buah, namun kadangkadang juga terdapat pada umbi, daun, maupun biji. Pada masa lalu, pigmen ini dianggap berperan dalam penyerbukan dan penyebaran biji, namun sekarang sudah umum diketahui bahwa antosianin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan sehingga mempunyai manfaat untuk kesehatan, antara lain dapat menurunkan resiko jantung koroner dan kanker. Selain itu, pigmen ini mempunyai potensi sebagai pewarna pangan yang aman, mengingat bahwa sampai saat ini masih banyak dipakai pewarna sintetik yang berbahaya beredar di pasaran. Hal yang menjadi kendala dalam penggunaan antosianin sebagai pewarna pangan yang aman adalah stabilitasnya yang rendah terhadap aspek-aspek pengolahan pangan seperti suhu dan cahaya. Selain itu, struktur kimia antosianin itu sendiri, ph, serta kopigmentasi dengan senyawa lain juga mempengaruhi stabilitas antosianin. Degradasi antosianin meningkat secara logaritmik dengan peningkatan suhu secara aritmatik. Dalam pengolahan stoberi, pemanasan selama 1 jam pada 100 o C menyebabkan degradasi antosianin sebesar 50%, berarti half-life antosianin stroberi adalah 1 jam 37
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 pada 100 o C; pada 38 o C half lifenya 10 hari; pada 20 o C half-lifenya 54 hari; dan pada 0 o C half-lifenya 11 bulan. Oleh sebab itu direkomendasikan untuk melakukan pengolahan secara HTST (High Temperature Short Time) dalam pengolahan untuk mengurangi kerusakan pigmen. Cahaya mempunyai dua pengaruh berlawanan, di satu sisi cahaya dibutuhkan dalam biosintesanya, namun cahaya menyebabkan degradasi antosianin. Apel jenis merah yang tidak diberi cahaya, tidak bisa menjadi masak, dan tetap hijau. Namun, cahaya mempercepat degradasi antosianin dalam minuman anggur berkarbonasi. Antosianin dalam bentuk diglikosida lebih stabil daripada bentuk monoglukosidanya. Antosianin yang mengikat galaktosida lebih stabil daripada antosianin yang mengikat arabinosida. Stabilitas antosianin 3,5 diglikosida dari buah anggur meningkat dengan meningkatnya derajat metoksilasi tetapi menurun dengan meningkatnya hidroksilasi aglikonnya. ph tidak hanya mempengaruhi warna antosianin, tetapi juga stabilitasnya. Antosianin lebih stabil dalam larutan asam daripada dalam larutan netral atau basa. Hal ini karena dalam kisaran ph tertentu, oksigen memperlemah stabilitas antosianin. Kopigmentasi adalah penggabungan antosianin dengan molekul lain, yang dapat mempengaruhi stabilitasnya. Ada dua macam kopigmentasi, yaitu kopigmentasi intramolekular dan kopigmentasi intermolekular. Kopigmentasi intramolekular adalah asosiasi antara antosianin dengan asam organik dari golongan asam sinamat, yang menghasilkan antosianin terasilasi. Kopigmentasi intermolekular adalah asosiasi antara antosianin dengan senyawa flavonoid lain. Terjadinya kopigmentasi diketahui dengan adanya pergeseran batokromik, yaitu bergesernya absorbansi maksimum ke arah panjang gelombang yang lebih tinggi. Meskipun beberapa fenolik dapat meningkatkan stablitas warna antosianin, ada beberapa fenolik lain yang tidak mempengaruhi stabilitas warna antosianin, bahkan ada pula yang menurunkan stabilitas warna antosianin. Oleh sebab itu dirasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh flavonoid tertentu terhadap stabilitas warna antosianin buah tertentu. Kuersetin pada Apel Apel dikenal mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi karena memiliki berbagai senyawa fenolik. Fenolik dalam kulit apel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: asam klorogenat, flavan (katekin), prosianidin, flavonol (kuersetin glikosida), kalkon (floretin glikosida), dan antosianin (sianidin glikosida) (Golding dkk., 2001). Dari sisi kuantitas, kuersetin adalah jenis flavonoid terbesar dalam apel. Kandungan fenolik terbesar dalam enam jenis apel segar per 100g nya adalah: kuersetin glikosida (13.2mg), diikuti prosianidin B2 (9.35 mg), asam klorogenat (9.02 mg), epikatekin (8.65 mg), dan floretin glikosida (5.59 mg). (Lee dkk., 2003). Demikian pula dari sisi aktivitas antioksidannya, kuersetin mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi. Uji kapasitas total antioksidan pada enam jenis apel dengan menggunakan ABTS (2,2 -azinobis(3- etilbenzotiazolin-6-sulfonat)) memperlihatkan urutan senyawa fenolik menurut kemampuan antioksidannya adalah : kuersetin, epikatekin, 38
Kopigmentasi Kuersetin Apel (Pyrus malus) terhadap Stabilitas Warna Ekstrak Buah... (Lydia Ninan Lestario dan Silvia Andini) prosianidin B2, asam klorogenat, dan floretin. (Lee dkk., 2003). Jadi apel dipilih sebagai sumber kuersetin dalam kopigmentasi dengan antosianin karena jumlah dan aktivitas antioksidannya terbanyak. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : buah duwet yang diperoleh dari pasar tradisional di Salatiga, buah apel varietas Rome Beauty, dan bahan-bahan kimia meliputi : etanol, metanol, HCl, asam tartarat (Merck, Jerman), serta DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl, Sigma Aldrich, Amerika Serikat). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat gelas, vial bertutup 20 ml, neraca analitik 2 desimal (OHaus, TAJ602) dan neraca analitik 4 desimal (Ohaus pioneer, PA214), moisture analyzer (OHaus, MB-25), waterbath (Memmert, WNB 14), dan spektrofotometer UV-Vis (Optizen, UV 2120). Ekstraksi antosianin buah duwet Buah duwet (10 g) dihancurkan, lalu dimaserasi dengan 250 ml larutan 1% asam tartarat semalam, kemudian disaring dengan kertas saring, selanjutnya residu dimaserasi lagi dan disaring lagi dengan 150 ml dan 100 ml pelarut yang sama selama masing-masing 30 menit, filtrat disatukan dan digenapkan sampai 500 ml. Ekstraksi kuersetin buah apel. Buah apel (10 g) dihancurkan lalu dimaserasi dengan 50 ml etanol 70% selama semalam, kemudian disaring dengan kertas saring, selanjutnya residu dimaserasi lagi dan disaring lagi dengan 2x25 ml pelarut yang sama selama masing-masing 30 menit, filtrat disatukan dan digenapkan sampai 100 ml. Penentuan panjang gelombang maksimum Ekstrak antosianin buah duwet dan yang sudah dicampur dengan kuersetin apel discan pada panjang gelombang 190-900 nm dengan spektrofotometer UV-VIS untuk menentukan panjang gelombang maksimum, yang akan digunakan untuk pengukuran. Ko-pigmentasi Antosianin Buah Duwet dengan Kuersetin Apel dan Uji Stabilitasnya Ekstrak antosianin buah duwet dicampur dengan ekstrak kuersetin buah apel dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dalam vial bertutup, dengan perbandingan perbandingan volume 8:2. Kemudian diuji stabilitasnya terhadap suhu dan sinar UV. Untuk uji stabilitas warna terhadap suhu: Vial-vial diatas dimasukkan ke dalam waterbath pada suhu 40 o C, 60 o C, dan 80 o C, lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm dan 555 nm setiap 1 jam untuk suhu 40 o C, 45 menit untuk 60 o C, dan 30 menit untuk suhu 80 o C. Semua pengukuran dilakukan secara duplo. Untuk uji stabilitas warna terhadap sinar UV : Via-viall disinari dengan lampu UV dengan jarak 30 cm, lalu diukur absorbansinya setiap jam selama 5 jam. Semua pengukuran dilakukan secara duplo. Analisa Data Data absorbansi yang diperoleh diplotkan terhadap lama pemanasan, satu kurva untuk setiap suhu pemanasan. Dibuat juga hal yang sama untuk orde 1 dan orde 2, lalu dipilih orde yang menghasilkan nilai R tertinggi. Laju degradasi antosianin antar perlakuan dibanding- 39
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 kan untuk mengetahui konsentrasi kuersetin apel yang paling mempertahankan stabilitas antosianin. HASIL DAN PEMBAHASAN Kopigmentasi Antosianin Buah Duwet dengan Kuersetin Buah Apel Hasil scan panjang gelombang maksimum menunjukkan bahwa terjadi kopigmentasi antara antosianin buah duwet dengan kuersetin apel, yang terlihat dari terjadinya pergeseran batokromik, yaitu pergeseran absorbansi maksimum dari 510 nm ke 555 nm. Stabilitas Antosianin Buah Duwet yang kopigmentasi kuersetin pada Suhu (40 o C), A=555. Gambar 1 Laju Degradasi Warna Antosianin pada suhu (40 o C) Pada pemanasan dengan suhu 40 o C, terjadi penurunan absorbansi secara drastis pada jam ke 2, tetapi pada jam ke 3 absorbansinya naik lagi pada hampir semua perlakuan konsentrasi ekstrak apel yang ditambahkan. Hal ini menyebabkan garisnya tidak lurus dan nilai R 2 nya kecil. Meskipun sudah ditransformasi ke orde 1 dan orde 2, nilai R 2 tidak meningkat banyak, sehingga perbedaan nilai k (laju degradasi antosianin) antar perlakuan tidak terlihat jelas. Orde 1 dipilih untuk membandingkan nilai k antar perlakuan karena berdasarkan pustaka, laju degradasi antosianin mengikuti orde 1. Stabilitas Antosianin Buah Duwet yang dikopigmentasi kuersetin pada Suhu (60 o C), A=555. Gambar 2 Laju Degradasi Warna Antosianin pada suhu (60 o C) Pada pemanasan dengan suhu 60 C, didapati fenomena yang sama dengan pemanasan pada suhu 40 C, yaitu tidak lurusnya garis yang diperoleh, meskipun sudah ditransformasi ke orde 1 dan orde 2. Hal ini diperkirakan karena antosianin terdegradasi dengan cepat antara jam ke 0 dan jam ke 2. Sesudah jam ke 2, absorbansi naik lagi, kemungkinan disebabkan karena terbentuknya antosianin dimer. Stabilitas Antosianin Buah Duwet yang dikopigmentasi kuersetin pada Suhu (80 o C), A=555. Gambar 3 Laju Degradasi Warna Antosianin pada suhu (80 o C) Pada pemanasan dengan suhu 80 o C diperoleh hasil yang lebih baik daripada suhu 40C dan 60C. Laju degradasi antosianin terlihat dengan jelas dari garis lurus yang diperoleh, dan nilai R yang besar. Terlihat bahwa kopigmentasi dapat meningkatkan stabilitas antosianin, makin tinggi 40
Kopigmentasi Kuersetin Apel (Pyrus malus) terhadap Stabilitas Warna Ekstrak Buah... (Lydia Ninan Lestario dan Silvia Andini) konsentrasi kuersetin apel, makin rendah laju degradasi antosianin, namun hanya sedikit sekali. Hal ini karena konsentrasi kopigmen yang ditambahkan kurang tinggi. Bila kopigmen yang ditambahkan lebih tinggi, diperkirakan akan lebih menurunkan laju degradasi antosianin. Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada suhu 40 o C, 60 o C berbagai konsentrasi kopigmen yang ditambahkan belum dapat meningkatkan stabilitas antosianin buah duwet, sedangkan pada suhu 80C terlihat bahwa berbagai konsentrasi kopigmen yang ditambahkan dapat sedikit mempertahankan stabilitas antosianin buah duwet. Tabel 1 Nilai k pada suhu 40 o C, 60 o C dan 80 o C Perlakuan Nilai k (jam -1 ) Suhu 40 o C Suhu 60 o C Suhu 80 o C Kontrol (tanpa kopigmen) 1,50x10-2 0,70x10-4 7,05x10-4 2,5 gr/50 ml 1,70x10-2 0,60x10-4 6,99x10-4 5,0 gr/50 ml 1,80x10-2 0,70x10-4 6,98x10-4 7,5 gr/50 ml 2,00x10-2 0,30x10-4 7,04x10-4 10,0 gr/50 ml 1,60x10-2 0,30x10-4 6,90x10-4 Stabilitas Antosianin yang dikopigmentasi kuersetin terhadap sinar UV, pada A=555. Gambar 4 Laju Degradasi Warna Antosianin pada penyinaran UV Pada penyinaran dengan UV, efeknya mirip dengan pemanasan pada suhu 40 o C dan 60 o C, yaitu terjadi penurunan absorbansi secara drastis pada jam ke 2, tetapi pada jam ke 3 absorbansinya naik lagi, tidak diperoleh garis Tabel 2 Nilai k pada penyinaran UV Perlakuan Nilai k (jam -1 ) Kontrol(tanpa kopigmen) 0,70x10-2 2,5 gr/50 ml 0,60x10-2 5,0 gr/50 ml 0,70x10-2 7,5 gr/50 ml 0,30x10-2 10,0 gr/50 ml 0,30x10-2 yang lurus, meskipun sudah ditransformasi ke orde 1 dan orde 2. Oleh sebab itu laju degradasi antosianin antar perlakuan tidak sejalan dengan peningkatan kopigmen yang ditambahkan. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembeian kuersetin apel ke dalam ekstrak antosianin buah duwet: 1. Terjadi kopigmentasi, yang terlihat dari bergesernya panjang gelombang maksimum dari 510 nm ke 555 nm, dan meningkatnya absorbansi pada panjang gelombang yang sama, 2. Pada suhu 40C, 60C, dan sinar UV konsentrasi kopigmen yang ditambahkan belum dapat meningkatkan/ mempertahankan stabilitas antosianin buah duwet. 3. Pada suhu 80C kopigmentasi dapat sedikit mempertahankan stabilitas antosianin buah duwet. SARAN Perlu dilakukan penelitian dengan konsentrasi kuersetin yang lebih tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 41
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 DAFTAR PUSTAKA Catrien. 2009. Pengaruh Kopigmentasi Pewarna Alami Antosianin Dari Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan Rosmarinic Acid Terhadap Stabilitas Warna Pada Model Minuman Ringan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Cempaka, A. R., Sanarto, S., dan Laksmi, K.T. 2014. Pengaruh Metode Pengolahan (Juicing dan Blending) Terhadap Kandungan Quercetin Berbagai Varietas Apel Lokal dan Impor (Malus domestica). Indonesian Journal of Human Nutrition, 1(1), pp. 14-22. Dharmawan, I. P. G. A. 2009. Pengaruh Kopigmentasi Pewarna Alami Antosianin Dari Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan Brazilein Dari Kayu Secang (Caesalpiniasappan L.) Terhadap Stabilitas Warna Pada Model Minuman Ringan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Golding, J.B., McGlasson, W.B., Wyllie. S.G., Leach, D.N.. Fate of apple peel phenolics during cold storage. J Agric Food Chem 2001; 49(5): 2283-2289. Jatmiko, S.T., 2015. Stabilitas Warna Ekstrak Daun Miyana (Coleus scutellaroides L. Benth var. Crispa) yang Dikopigmentasi dengan Ekstrak Apel Malang (Malus sylvertris Mill var Rome Beauty). Skripsi. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Lee, K.W., Kim, Y.J., Kim, D., Lee, H.J., Lee, C.Y., 2003. Major phenolics in apple and their contribution to the total antioxidant capacity. J Agri Food Chem. 51(22): 6516-6520. Lestario, L. N., Hartati, S., dan Agustine, E., 2009. Identifikasi Antosianin dan Antosianidin Dari Daun Iler (Coleus scutellarioides L.Benth) Var. Crispa Dan Var. Parfivolius. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Pendidikan Sains IV, No.3: 665-676. Lestario, L.N., Yoga, M.K.W.C., dan Kristijanto, A.I., 2014. Stabilitas Antosianin Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L) Terhadap Cahaya Sebagai Pewarna Agar-agar. AGRITECH, 34(4), pp. 374-381. Miksusanti., Elfita., dan Hotdelina, S., 2012. Aktivitas Antioksidan dan Sifat Kestabilan Warna Campuran Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). Jurnal Penelitian Sains. Jurusan Kimia. Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan. Moulana, R., Juanda., Rohaya, S., dan Ria, R., 2012. Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam Dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 4(3), pp. 20-25. Rein, M. 2005. Copigmentation reactions and color stability of berry anthocyanins. Helsinki University. Helsinki. Santoso, W. E. A., dan Teti, E., 2014. Jurnal Review : Kopigmentasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoeabatatas var. Ayamurasaki) Dengan Kopigmen Na-Kaseinat dan Protein Whey Serta Stabilitasnya Terhadap Pemanasan. Jurnal Pangan dan Argoindustri, 2(4), pp. 121-127. Winarti, S., dan Adurrozaq, F., 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela Untuk Pewarna Makanan dan Minuman. Jurnal Teknologi Pertanian, 11(2), pp. 87-93. 42