BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pola Konsumsi Buah di Indonesia Tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

PETA PENELITIAN TERHADAP 12 JENIS BUAH LOKAL INDONESIA PADA SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI LULUSAN IPB

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

AGRIBISNIS SAYURAN DAN BUAH: PELUANG PASAR, DINAMIKA PRODUKSI DAN STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di kabupaten Kulonprogo ini masih menjadi tulang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Peran penting tersebut antara lain sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan


BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi alam, sosial, maupun budaya. Kuta yang teletak di Kabupaten

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dapat memberikan keuntungan cepat di suatu daerah jika

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. di berbagai aktivitas bisnis. Munculnya berbagai jenis operasi memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. City Hotel di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia tersebut berada dalam keadaan yang tertekan. Aktivitas

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang buah masyarakat mutlak akan mempengaruhi permintaan buah di Indonesia. Menurut Kementerian Pertanian (2011), terdapat tiga pola konsumsi buah terbesar di Indonesia, yaitu: konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, dan konsumsi hotel beserta rumah makan. Selain itu terdapat konsumsi buah lain yaitu konsumsi buah eksotis, dan konsumsi buah untuk diekspor. Menurut data SUSENAS (2013), besarnya jumlah permintaan buah berdasarkan pola konsumsi adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Pola Buah di Indonesia Tahun 2012 Jenis Buah Total Produksi (ton) Rumah Tangga (ton) Industri (ton) Hotel dan Rumah Makan (ton) Lainnya/ Tercecer (ton) Jeruk 2.036,48 712,77 590,58 427,67 305,47 Salak 108,13 37,88 31,36 22,71 16,22 Pepaya 958 335,30 277,82 201,18 143,70 Semangka 498 174,30 144,42 104,58 74,70 Sumber: Data Statistik Pangan, 2012 Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa konsumsi rumah tangga menyerap kurang lebih 35% sampai dengan 40% permintaan buah di Indonesia, yaitu permintaaan jeruk sebesar 712,77 ton, salak sebesar 108,13 ton, pepaya sebesar 958 ton, dan buah semangka sebesar 498 ton. industri menyerap kurang lebih 30% permintaan buah di Indonesia, yaitu permintaaan jeruk sebesar 590,58 ton, salak sebesar 31,35 ton, pepaya sebesar 335,30 ton, dan semangka sebesar 174,3 ton. Selanjutnya, konsumsi hotel dan rumah makan menyerap kurang lebih 20% sampai dengan 25% permintaan buah di Indonesia, yaitu permintaaan jeruk sebesar 427,66 ton, salak sebesar 22,71 ton, pepaya sebesar 201,18 ton, dan semangka sebesar 104,5 ton. Penelitian ini berfokus kepada konsumsi hotel terkait permintaan buah dikarenakan pembangunan hotel di DI Yogyakarta terus meningkat. Menurut data BPS tahun 2013 sektor hotel dan restoran memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDB nasional, kontribusi sektor tersebut

pada tahun 2013 mencapai 20,65%, lebih tinggi dari tahun 2012 yang berjumlah 20,09%. DI Yogyakarta menjadi barometer pariwisata nasional yang ikut mempengaruhi pertumbuhan jumlah hotel berbintang selain dua kota besar lain di Indonesia yaitu Jakarta dan Bali. Berikut merupakan jumlah hotel berbintang yang ada di DI Yogyakarta: Tabel 1.2 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lain Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Kabupaten/ Kota Hotel Bintang (unit) Kulonprogo - Bantul 1 Gunungkidul 1 Sleman 26 Yogyakarta 43 Sumber : Direktori Hotel dan Akomodasi lain, DIY 2014 Berdasarkan tabel 1.2, hotel berbintang terbanyak terletak pada Kota Yogyakarta sebanyak 43 unit dibandingkan dengan Kabupaten Sleman hanya 26 unit dan Kabupaten Bantul juga Kabupaten Gunungkidul masing-masing hanya 1 unit. Hal ini dikarenakan kota Yogyakarta memiliki akses transportasi yang lebih mudah ke tempat-tempat destinasi khas kunjungan wisata yaitu malioboro, alun-alun, ataupun tempat kebudayaan lain yang sudah menjadi ciri khas DI Yogyakarta. Menurut peraturan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (2013), hotel berbintang harus menyediakan restoran yang menyediakan lengkap untuk semua jenis makanan termasuk buah. Sementara untuk hotel non bintang tidak diwajibkan memiliki restoran di dalam hotelnya. Kelas hotel bintang satu dan bintang dua untuk kebutuhan restoran adalah tidak wajib, namun untuk kelas hotel bintang tiga, bintang empat, dan bintang lima kebutuhan restoran adalah wajib. Hotel bintang empat dan bintang lima, wajib memiliki dua restoran atau lebih dalam satu hotel dan disertai bar. Pada hotel bintang tiga, restoran wajib berjumlah satu restoran atau lebih dalam satu hotel dan disertai bar. Dalam penelitian ini kepentingan pemenuhan hotel lebih diprioritaskan kepada hotel bintang tiga, bintang empat, dan bintang lima. Buah yang banyak diminta oleh hotel berbintang di Indonesia adalah jenis tropical fruit dari buah semusim, buah yang diminta antara lain semangka, melon,

nanas, pepaya, pisang raja, salak, pisang kepok, dan pisang emas (Sumawidari, 2013). Sementara untuk buah tahunan, konsumsi di hotel tidak sebanyak buah semusim. Faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi dan permintaan buah tahunan adalah faktor musim panen atau grace period yang dibutuhkan cukup panjang, yaitu satu tahun hanya satu kali panen. Oleh karena itu penyediannya pun menjadi langka dan harga pun menjadi tinggi. Menurut data BPS pada tahun 2014 terdapat sepuluh jenis buah yang produksinya tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu: pisang, mangga, nanas, jeruk, salak, pepaya, durian, alpukat, duku/langsat, dan jambu merah. DI Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memproduksi beragam jenis buah diantaranya salak, pisang, mangga, rambutan, pepaya. Data produksi buah di DI Yogyakarta disajikan pada tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Produksi Buah DI Yogyakarta Tahun 2014 No Jenis Buah Produksi (ton) 1 Salak 68.219 2 Pisang 43.493 3 Mangga 11.350 4 Rambutan 10.313 5 Pepaya 9.554 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa jenis buah yang paling besar diproduksi di DI Yogyakarta adalah salak sebesar 68.219 ton. Salak merupakan salah satu buah khas di DI Yogyakarta. salak paling besar digunakan untuk permintaan ekspor, selanjutnya konsumsi rumah tangga, dan terakhir konsumsi hotel. Pada hotel-hotel di DI Yogyakarta menggunakan salak sebagai buah unggulan yang disajikan untuk tamu menginap pada saat tertentu saja. Begitu juga dengan pisang, produksi pisang di DI Yogyakarta menunjukkan urutan kedua produksi terbesar setelah salak sebesar 43.493 ton. Pisang di DI Yogyakarta dijadikan konsumsi rumah tangga dan yang paling besar adalah konsumsi hotel. Kemudian permintaan jenis mangga dan rambutan hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, produksi pepaya sebesar 9.554 ton permintaan paling besar diminta sebagai konsumsi hotel dan selanjutnya konsumsi rumah tangga. Namun, tidak semua buah yang diproduksi di DI Yogyakarta dapat memenuhi permintaan hotel di DI Yogyakarta apalagi hotel memiliki kriteria khusus terkait buah yang diminta dan

jumlah permintaan yang besar. Ketika hal ini terjadi, hotel tidak bisa hanya mengandalkan produksi buah dari DI Yogyakarta saja melainkan harus menggunakan jasa agen untuk memenuhi permintaan buah termasuk melakukan pemesanan sampai luar daerah sekitar DI Yogyakarta. Permintaan buah pada hotel berbintang merupakan pertimbangan dari Purchasing Departement yang dilakukan dengan pertimbangan jenis buah yang dominan dikonsumsi tamu hotel yang menginap. Penelitian ini akan menunjukkan jenis buah yang diminta hotel berbintang apakah dalam permintaannya dipengaruhi oleh jumlah tamu nusantara atau tamu mancanegara. Berikut merupakan jumlah tamu yang menginap pada hotel di DI Yogyakarta: Tabel 1.4. Jumlah Tamu Hotel Berbintang Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Jenis Tamu Jumlah Tamu (orang) Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Total Mancanegara 533 16.707 25.651 25.220 82.815 150.926 Nusantara 73.253 242.182 317.987 347.688 239.192 1.220.302 Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa tamu nusantara yang menginap sejumlah 1.220.302 orang jauh lebih besar dibandingkan tamu mancanegara yaitu 150.926 orang. Jumlah tamu akan terus meningkat, bersamaan dengan itu permintaan buah pada hotel berbintang pun juga ikut meningkat. Dengan begitu, menjadi penting bagi petani dan pelaku penyedia buah/ agen pemasok untuk mengetahui dan menyediakan jumlah buah yang diminta hotel dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pada hotel berbintang di DI Yogyakarta. 2. Rumusan Masalah Permintaan buah di Indonesia mengalami peningkatan hingga saat ini. Hal ini disebabkan daya konsumsi buah cenderung meningkat dari 34,55 kg/kapita/tahun di tahun 2013 menjadi 35,65 kg/kapita/tahun di tahun 2014. Kebutuhan buah dalam negeri akan semakin besar ketika konsumsi perkapita meningkat sesuai anjuran FAO yaitu 73 kg/kapita/tahun. Peningkatan permintaan buah dalam negeri juga akan berpengaruh dalam peningkatan permintaan buah pada hotel. Hotel melakukan permintaan buah yang akan dikonsumsi dengan persyaratan tertentu. Hal itu dikarenakan hotel berbintang tidak saja membutuhkan buah dalam jumlah cukup besar tetapi juga sangat selektif dalam kualitas. Keberagaman buah

dalam negeri menyebabkan hotel berbintang tetap harus memilih jenis buah apa yang dominan untuk disajikan kepada tamu menginap. Jumlah tamu yang menginap dan yang menggunakan jasa hotel berbintang dari tahun ke tahun diperkirakan akan selalu mengalami kenaikan dan hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah permintaan buah. Selama ini, hotel berbintang belum bisa memperkirakan permintaan buah secara berkelanjutan. Karena yang terjadi selama ini, permintaan buah tidak didasari oleh data permintaan buah tahun-tahun sebelumnya, melainkan didasari oleh keinginan hotel hanya pada saat sekarang ini saja. Fluktuasi harga buah akan dipengaruhi oleh jenis buah dan masa panen buah. Permasalahan selama ini, petani buah banyak yang tidak mengetahui kebutuhan buah apa yang diminta hotel secara pasti. Petani kurang memahami jenis buah apa yang permintaanya setiap saat dibutuhkan dan jenis buah apa yang permintaannya tidak selalu dibutuhkan. Dalam hal ini, petani buah memproduksi tidak berdasarkan pasar terutama permintaan hotel berbintang melainkan memproduksi atas keinginannya sendiri dan disertai dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Meskipun hingga saat ini masalah itu masih dapat dikendalikan, namun ada kemungkinan ketika petani DI Yogyakarta dan sekitarnya tidak mengetahui kebutuhan permintaan buah pada hotel, maka hotel akan beralih untuk mencukupi permintaannya dengan menggunakan buah impor. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan sebagai berikut: a. Berapa jumlah dan apa macam buah semusim dan buah tahunan yang tertinggi diminta oleh hotel bintang tiga dan hotel bintang lima? b. Apa faktor-faktor yang menentukan permintaan buah semusim dan buah tahunan pada hotel bintang tiga dan hotel bintang lima? Menjawab permasalahan yang berhubungan dengan permintaan buah pada hotel berbintang tersebut, maka harus diketahui lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pada hotel berbintang. Kemudian juga perlu diketahui elastisitas permintaan buah pada hotel berbintang. Ketika permintaan inelastis, maka dapat dikatakan permintaan buah pada hotel berbintang tetap meskipun harga buah yang bersangkutan berubah yang artinya permintaan buah

adalah jenis buah dari tanaman semusim, yang keberadaan buahnya selalu ada sepanjang tahun. Sebaliknya apabila permintaan elastis, maka dapat dikatakan besarnya permintaan buah di hotel berbintang adalah bervariasi baik kuantitas maupun jenis buahnya. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Mengetahui jumlah dan macam buah semusim dan buah tahunan yang diminta oleh hotel bintang tiga dan hotel bintang lima. b. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah semusim dan buah tahunan pada hotel bintang tiga dan hotel bintang lima. 4. Kegunaan Penelitian a. Bagi pemerintah, dapat menjadi masukan kebijakan terkait distribusi buah Indonesia yang diproduksi oleh petani DI Yogyakarta agar terjadi hubungan yang baik antara pelaku pertanian melewati bidang pariwisata. b. Bagi hotel, dapat mempelajari permintaan buah yang paling menguntungkan untuk dikonsumsi oleh hotel. c. Bagi masyarakat dan petani, agar mendapat gambaran tentang permintaan buah pada hotel di DI Yogyakarta, agar masyarakat dapat memperkirakan produksi buah yang dihasilkan. d. Bagi peneliti, sebagai pemenuhan syarat dalam mencapai derajat Sarjana Pertanian Strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada serta untuk mengembangkan kemampuan akademik yang di dapat di bangku kuliah dan menambah pengetahuan mengenai analisis permintaan buah pada hotel berbintang di DI Yogyakarta.