STUDI PERANCANGAN KOREOGRAFI ANAK MELALUI REVITALISASI SENI TRADISIONAL REOG KALOKA

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KARYA TARI UNTUK GURU TARI SMA DI KABUPATEN SLEMAN DENGAN METODE KONSTRUKSI I DAN EKSPLORASI TEBA

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

3. Karakteristik tari

TARI MANGESTHI DALAM RANGKA DISKUSI DAN PELUNCURAN BUKU THE POLITIC OF OPENING CEREMONY

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORK SHOP TARI GOLEK MENAK GAYA YOGYAKARTA DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH JAKARTA

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

ARTIKEL PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 2011

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

Mengenal Tari Golek Asmarandhana Bawaraga Gaya Yogyakarta

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL PPM BERBASIS PENELITIAN KOREOGRAFI TARI MELALUI PENGEMBANGAN EKSPLORASI TEBA BAGI GURU SENI BUDAYA SMP

: mempraktikan tari tradisional tari zapin dengan menggunakan pola lantai dan. No. Ragam Nama gerak Hit Uraian gerak 1. Masuk awal

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

Work Shop Tari Golek Menak Gaya Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 2005.

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

SILABUS PEMBELAJARAN

Deskripsi Karya Tari. Tayub Golong Gilig. Ditampilkan pada acara ASEAN EXPO 3-4 September 2013 Di Nanning, Guangzhi, Tiongkok.

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

LAPORAN AKHIR PELATIHAN KOREOGRAFI TARI MELALUI PENGEMBANGAN EKSPLORASI TEBA BAGI GURU SENI BUDAYA SMP

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

MATERI KULIAH TARI YOGYAKARTA 2. Oleh : Kuswarsantyo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KARYA TARI UNTUK GURU TARI SMA DI KABUPATEN SLEMAN DENGAN METODE KONSTRUKSI I DAN EKSPLORASI TEBA

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua. selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada.

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

Proses Penciptaan Tari. Oleh : Joko Pamungkas, M.Pd.

Berdasarkan hasil pengematan buatlah definisi tari menurut Anda:

ANALISIS OPERASI VEKTOR DAN KOMBINASI LINEAR DALAM POLA TARI GAMBYONG PAREANOM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bagong Kussudiardja adalah seniman besar Indonesia yang mengabdikan

TARI KURDHA WANENGYUDA

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari

ANALISIS UNSUR GERAK TARI LAWEUT DI SANGGAR SEULAWEUT

KOREOGRAFI TARI OREK-OREK DI SANGGAR ASRI BUDAYA LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

PENINGKATKAN PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI METODE LEARNING TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DENGAN LATIHAN GERAK DASARTARI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PEMBINA MANNA BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

KAJIAN KOREOGRAFI TARI CANGKLAK DI SANGGAR RAMPOE KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini

SILABUS PEMBELAJARAN

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

BAB I PENDAHULUAN. adalah lembaga formal yang kita kenal dengan sekolah. guru sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DENGAN PENDEKATAN PAIKEM DI SMP

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

DAFTAR ISI ABSTRAKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

BENTUK PENYAJIAN TARI SAPUTANGAN DALAM BEDINDANG PADA ACARA BIMBANG ADAT DI KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN

TABEL POLA LANTAI LETO MANYAM KALONG. Pola Lantai

Keywords: ball throwing basic movement, game.

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

ARTIKEL. PRGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATA IbM 2013

Tari-tari Tradisional Sumatera Utara Sebagai Sumber Proses kreatif Seniman Dalam Berkarya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATKAN KUALITAS GARAP KOREOGRAFI ANAK MELALUI METODE INDIVIDUAL MAHASISWA JURDIK SENI TARI FBS UNY

Transkripsi:

JURNAL KEPENDIDIKAN Volume 39, Nomor 2, November 2009, hal. 157-170 STUDI PERANCANGAN KOREOGRAFI ANAK MELALUI REVITALISASI SENI TRADISIONAL REOG KALOKA Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati Jurusan Pendidikan Seni Tari, FBS Universitas Negeri Yogyakarta HP. 08156801791 Abstract The study was aimed at improving the aesthetic experience of Reog art community KALOKA, improving the appreciation of folk art and the children s choreography design through folk traditional art revitalitation on reog KALOKA. Conducted in Suru Kemadang Tanjungsari Gunungkidul Yogyakarta, from May to December using action research design, the subjects of the research included actors, group leader, coach and players. The action research was conducted in two cycles, Cycle I in 6 meetings Cycle II in 8 sessions. The researcher served as the action performer, the group leader as the collaborator, and two students as coaches. The results showed that: the design should be in line with the movement characteristics of children of elementary and junior high schools which consisted of eleven main movements: a) napak satu menthangan nekuk walk; b) forward mipil walk, shoulder movement 2; c) making formation, jengkeng, pacak gulu coklekan; d) sembahan, head s coklekan, right and left; e) standing, mipil walk leg gedruggedrug; f) awe-awe movement; g) moving forward uniformly ngracik, making the perpendicular floor pattern with shoulder movement; h) walk in place, kuda jengkeng formation place in the stand position 9 side by side), carrying; i) walk in place, sitting in circle while clapping hands, movement in place face to face dolanan asto, movement in place lonthangan; j) taking the horse together, gedrug-gedrug movement; and k) mipil walk (both hand holding the horse) 4 line formation, moving forward together with shoulder movement variation, moving backward together with shoulder movement variation. Mipil walk, make a large circle, in line. Keywords: choreography, choreograph design, children choreography, revitalization, reog folk art Pendahuluan Revitalisasi seni tradisi rakyat di era modernisasi menandakan adanya suatu kerinduan atau kebutuhan penting dalam kehidupan desa yang kompleks. Revitalisasi seni tradisi kerakyatan reog terjadi di dusun Suru Kemadang Tanjungsari Gunungkidul Yogyakarta yang diwadahi dalam kelompok seni reog kreasi Kaloka. Proses berlangsung sekitar tujuh tahun dan tersusunlah sebagai karya baru. 157

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 Para penari meninggalkan kelompok reog itu akibat kendala sosial (kerja di tempat lain, nikah, pindah, sibuk mengurus keluarga, bekerja, atau enggan karena malu). Pendukung kesenian tersebut didominasi perempuan karena lelaki banyak yang bekerja di luar desa, di kota, melaut mencari ikan dan hasil laut lainnya. Untuk menjawab tantangan kelangsungan hidup seni tradisi rakyat, banyak seniman dan pemerhati seni cancut tali wanda mengadakan pembaharuan. Sikap masyarakat desa yang dinamis dan elastis cepat mengadaptasi dan mengadopsi unsurunsur baru, di samping tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi. Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah proses perancangan koreografi anak dilakukan melalui revitalisasi seni tradisional reog KALOKA? Gambar 1 Pementasan Kesenian Reog Kaloka dalam Acara Bersih Desa Proses Koreografi Dalam proses garapan tari karya yang terwujud mengalami beberapa tahapan kerja: eksplorasi, improvisasi, dan evaluasi. Proses kreatif (Hawkins, 1999:15-16) dalam penciptaan tari dilakukan melalui beberapa tahap: a) Garap Isi, terdiri atas (1) sensing (merasakan); (2) feeling (perasaan); (3) imaging (penggambaran); (4) transforming (pengubahan); (5) forming (pembentukan). b) Garap Bentuk: (1) Eksplorasi atau penjelajahan; (2) Improvisasi; dan (3) Komposisi, penggabungan elemen gerak, musik, busana, dan lainnya. 158

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) Karakteristik Gerak Tari Anak Gerak tari anak adalah gerak yang perwujudannya lebih mendekati pada gerakgerak alami dalam keseharian yang sering dilakukan oleh anak sebagai ungkapan rasa kegembiraan, kebersamaan, permainan anak-anak, dan sebagainya. Garha (1981:31) menyatakan dalam pembelajaran tari pada anak, awalnya diberikan materi sikap dan gerak yang bersifat keseharian atau disesuaikan dengan kebiasaan mereka sehari-hari. Revitalisasi Hobsbawm dalam Inventing Traditions (1985: 2 14) menegaskan bahwa dalam perkembangannya tradisi harus selalu diperbarui agar tetap diminati oleh masyarakat pendukungnya. Upaya pembaruan tradisi berkaitan dengan rambu-rambu atau hukum dan nilai dalam norma yang berlaku di masyarakat dan seberapa jauh hubungan tradisi lama dengan yang baru. Seni Tradisional Reog Kaloka Seni tradisional kerakyatan merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat pedesaan. Tarian kerakyatan sebagian besar hidup dalam pola pelembagaan ritual (Hadi, 2005 55). Lembaga yang dimaksud adalah sistem bentuk hubungan kesatuan masyarakat yang diatur oleh budaya tertentu. Jathilan dan reog (Soedarsono, 1976) diperkirakan merupakan salah satu jenis tarian ritual warisan dari budaya primitif. Kedua tarian tersebut menirukan binatang atau animal mime (sejenis binatang kuda). Hal itu dapat diamati gerak-gerik/tingkah laku penarinya. Seni tradisi kerakyatan ditandai ciri tampilan yang terus-menerus atau diulang-ulang dengan pola yang sama. Perubahan teknis yang dilakukan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat pementasan. Reog Kaloka berkembang subur di Kabupaten Gunungkidul, tepatnya di dusun Suru Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. Kesenian itu sedang berproses mengembangkan diri dengan kelompoknya Paguyuban Seni Reog Kreasi Kaloka. 159

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 Gambar 2 Observasi Penyajian Reog Kaloka Putri Cara Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Mei s.d. November 2008. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan agar subjek penelitian setelah mengikuti pelaksanaan tindakan mampu menerapkan dan mengembangkan model perancangan koreografi anak melalui revitalisasi seni tradisional kerakyatan reog Kaloka. Subjek penelitian ini adalah para pelaku kesenian reog Kaloka : Sugiyo (pimpinan paguyuban reog Kaloka/kolaborator), Rahma dan Santi (pelatih), 10 pemain reog Kaloka yang terdiri atas delapan pemain usia SD (enam laki-laki, dua perempuan), dan dua pemain laki-laki usia SMP. Prosedur penelitian ini meliputi: a) Perencanaan Tindakan, b) Implementasi Tindakan, c) Observasi dan Monitoring, dan d) Refleksi. Perencanaan tindakan yakni mengidentifikasi tema penyajian dan melakukan pengamatan awal terhadap koreografi revitalisasi seni tradisional reog Kaloka, mempersiapkan rancangan dengan anggota peneliti, kolaborator, dan pelatih. Implementasi tindakan dilaksanakan dalam dua putaran (siklus), yaitu: Siklus I, peneliti melakukan kegiatan perancangan dengan melaksanaan proses penggarapan koreografi anak melalui penjelajahan, merespon, merasakan, mengamati bentuk revitalisasi penyajian reog Kaloka, dan menggabungkan elemen estetis komposisi tari yang disampaikan kepada pelatih. Siklus II menindaklanjuti hasil penjelajahan bentuk revitalisasi penyajian reog Kaloka, menggabungkan elemen estetis komposisi tari yang disampaikan kepada pelatih. Selanjutnya, pelatih memberikan materi pelatihan kepada 160

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) sepuluh anak dari hasil perancangan kesenian rakyat reog Kaloka yang dipadukan dengan ekspresi gerak, irama, dan penjiwaan, serta penggunaan properti kuda kepang. Siklus I dilakukan enam pertemuan, Siklus II delapan pertemuan. Untuk observasi dan monitoring, pelatih reog Kaloka (kolaborator) dan peneliti (bersama anggota peneliti) melakukan observasi (ketika pelatihan berlangsung sampai subjek penelitian mampu melakukan gerakan yang dilatihkan). Monitoring dilakukan setiap satu jam setelah diberikan pelatihan geraknya. Subjek peneliti dievaluasi teknik melakukan gerak dan bentuk-bentuk posisi tangan, kaki, dan badan. Kegiatan refleksi terhadap implementasi tindakan didasarkan atas hasil monitoring, hasil setiap tindakan dan pengamatan yang dievaluasi dan diinterpretasi tentang rancangan koreografinya pada Sklus I. Gambar 3 Pemusik dan Instrumen yang Dipergunakan dalam Tindakan Pada siklus II diberikan tindakan yang berupa pelatihan terhadap materi gerakan rancangan koreografi anak yang dibantu kedua pelatih dalam mengekspresikan, mendiskusikan kesulitan yang dialami, memberikan masukan, serta melakukan pertimbangan. Peneliti memberikan gerak rancangan koreografi anak pada bagian kaki, tubuh, tangan, dan kepala (4 pertemuan) diiringi musiknya untuk memudahkan melakukan perpindahan dari motif gerak satu ke motif gerak berikutnya, diteruskan penggunaan prop kuda kepang dan desain lantai (4 pertemuan). 161

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 Data revitalisasi reog Kaloka dikumpulkan melalui observasi langsung pada kegiatan pementasan paguyuban reog Kaloka di beberapa tempat, diikuti wawancara mendalam terhadap pimpinan, pelatih, dan pemain. Juga, pengamatan-pengamatan terhadap bentuk-bentuk penyajiannya, langsung maupun melalui media VCD Data proses perancangan koreografi anak diperoleh melalui kerja studio garap isi dan garap bentuk yang dilakukan secara langsung dengan mengamati objek, menyerap, menikmati secara mendalam, mengamati pementasan revitalisasi reog Kaloka, dan menyusunnya melalui perasaan yang ditransformasikan ke gagasan gerak melalui pengalaman yang orisinal. Selanjutnya, penggabungan elemen gerak, musik, busana, dan elemen estetis lainnya yang saling mendukung. Alat dan teknik pencatatan data digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa catatan harian dan deskripsi tentang perancangan koreografi anak melalui revitalisasi seni tradisional reog Kaloka, wawancara dengan pemain, pelatih, dan penampilan subjek pada kegiatan evaluasi. Kemudian, dipadukan dan dianalisis, disimpulkan untuk menghasilkan rancangan koreografi anak melalui revitalisasi seni tradisional reog Kaloka. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dan analisis proses. Analisis data dilaksanakan terus-menerus selama berlangsungnya tindakan dari awal sampai akhir untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Data pelatihan berupa lembar observasi yang dilakukan peneliti, angket yang diisi oleh sepuluh pemain untuk menjaring umpan balik keberhasilan pelatihan dan tingkat kesulitan. Untuk kekurangannya, akan diulang bagian-bagian yang masih dirasakan sulit oleh pemain, dan antusiasme anak mengikuti proses koreografi hasil rancangan. Usai pelatihan dilaksanakan pementasan di halaman rumah penduduk dengan mengenakan busana tari dan iringan yang ditata hasil rancangan peneliti. Sedangkan kriteria keberhasilan tindakan penelitian ini adalah terwujudnya rancangan koreografi anak melalui revitalisasi seni tradisional reog Kaloka. Hasil Penelitian dan Pembahasan Prosesi tindakan dilaksanakan di halaman kantor pedukuhan Suru Kemadang dan di halaman rumah penduduk tidak jauh dari kantor tersebut. Pemain bersama-sama mengikuti kegiatan yang dilakukan dengan penuh semangat. Namun, kemampuannya menerima materi berbeda-beda. 162

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) Media yang digunakan seperangkat alat musik pentatonis (kendhang, saron dua set, kenong satu set, kempul, gong), alat musik diatonis (snar drum, organ), dan properti (kuda kepang). Hasil Pelaksanaan Siklus 1 Pada tahap ini dilakukan identifikasi tema penyajian, yaitu ungkapan suatu realita bahwa masyarakat agraris yang bermukim di pedesaan yang tandus tetap membutuhkan kesenian sebagai bahasa ungkap dengan ekspresi yang menyiratkan hasil interaksinya dengan alam. Identifikasi proses koreografi terdiri atas: 1) Sensing: mengamati objek, menyerap, dan menikmati secara mendalam. Terjun ke lokasi Dusun Suru mengamati alam raya yang asri sambil melihat adat kebiasaan kehidupan masyarakat yang bertani atau melaut. 2) Feeling: timbul setelah menerima sentuhan berbagai perasaan menghadapi kehidupan, menjadikan sadar terhadap sensasi ketubuhan. 3) Imaging: akses tambahan kemampuan kesenimanan yang dapat memutar kembali imajinasi atau gambaran-gambaran untuk dijadikan sebuah karya seni baru. Muncul gagasan tema yang menggambarkan semangat kerja masyarakat dengan mengambil gerak-gerak dari cara mereka berjalan, bertani, dan sebagainya. Musiknya mengambil batang-batang bambu yang banyak tumbuh di dusun tersebut, yang dipadu dengan gamelan slendro yang telah dimiliki. 4) Transforming: timbul dari suatu akumulasi rasa dan imajinasi yang ditransformasikan ke gagasan gerak melewati pengalaman yang orisinal. 5) Forming: ide-ide gerak dibentuk secara organik dan penggabungan elemen-elemen estetis serupa dengan bentuk kreasi hasil akhir sebuah koreografi yang berasal dari ilusi hasrat dan persembahan kiasan secara visi pribadi. Bentuk motif gerak hasil rancangan peneliti terdiri atas: a) Jalan napak satu, posisi kaki kanan ke depan, tangan kanan memegang kepala kuda bagian atas, tangan kiri memegang leher kuda bagian bawah (sepasang-sepasang penunggang kuda masuk arena), dilakukan masing-masing 8x8 hitungan (hit). Membuat formasi seimbang empatempat. Ragam menthangan nekuk tangan kanan menthang ke samping kanan 2 hit (kaki jangkah kanan kaki kiri jejer entrak satu), tangan kiri nekuk 2 hit (kaki kiri jangkah kiri, kaki kanan jejer entrak satu), bergantian kanan kiri 4x8 hit. Gerak transisi mundur kedua tangan memegang kepala kuda. b) Jalan mipil ke depan 4 hit dilanjutkan gerak bahu 2 kali, Jalan mipil ke belakang 4 hit dilanjutkan gerak bahu 2 kali dalam 4x8 hit. Jalan membuat lingkaran. c) Jalan membuat formasi 2 berbanjar dalam 4x8 hit, duduk jengkeng dalam 1x8 hit. Tangan kiri jari-jari ngepel disentuhkan dahi kiri dengan posisi telapak tangan ke bawah, tangan kanan trap cethik, pacak gulu coklekan kanan kiri (gerak kepala kanan kiri) 2x8 hit. d) Sembahan sambil menggerakan kepala dengan 163

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 motif jilig ke depan dalam 4x8 hit. Kedua tangan ke samping (tangan kanan lurus ke kanan, tangan kiri lurus ke kiri) kepala coklekan kanan kiri 4x8 hit. Mengambil kacamata (2x8 hit) dipakai, gerak kepala coklekan 4x8 hit. e) Berdiri, jalan mipil (posisi kaki kanan di depan, kaki kiri belakang) membuat lingkaran kecil (tiga buah). Jalan berpasangan 1x8 hit, saling berhadapan. Kaki kanan angkat ke depan disentuhkan kaki kanan pasangannya, mundur kaki kanan gedrug kaki kiri 4x8 hit. Posisi kaki ditempat entrakan. f) Gerak awe- awe 4 hit (delapan kali) bergantian tangan kanan kiri. Jalan membuat pola lantai garis lurus. Gambar 4 Rancangan Koreografi pada Proses Berdiri dari Posisi Jengkeng g) Maju serempak ngracik 4 hit gerak bahu, mundur 4 hit gerak bahu, ke samping kanan 4 hit gerak bahu, ke samping kiri 4 hit gerak bahu. Untuk memberikan kesan semangat pada setiap gerak bahu diikuti dengan teriakan ya..ya..yaaa... h) Jalan di tempat membentuk pola lantai garis lurus. Gerak di tempat dilanjutkan berpasangan saling berhadapan, dua pemain (A) maju ke depan berhadapan gerak di tempat adu kiri adu kanan, duduk, jengkeng kuda diletakkan dengan posisi berdiri (berdampingan). Dua pemain lainnya (B) jalan menghampiri dua pemain ke depan selanjutnya memanggul pemain A. i) Gerak di tempat, gerak A, saling bermain tepuk tangan. Berjalan melingkar (membuat lingkaran besar). Saling berhadapan, saling bertepuk tangan. Gerak di tempat dalam 2x8 hit. Diturunkan dari bahu (panggulan) semua pemain duduk membuat pola lantai, dua pemain (A) berdiri gerak kaki dan tangan lonthangan. 164

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) Gambar 5 Implementasi Tindakan siklus 2 gerak memanggul j) Dua pemain (A) berhadapan tepuk tangan, pemain background duduk melingkar sambil tepuk tangan memberikan semangat. Gerak di tempat berhadapan dolanan asta, gerak di tempat lonthangan. Maju di depan kuda kepang, gerak di tempat ganti arah hadap. Melingkari kuda (gedrug kaki kanan, kaki kiri mipil). k) Ambil kuda bersamasama, jalan mipil (dua tangan memegang kuda) membentuk formasi 4 baris, jalan ke depan serempak dengan variasi gerak bahu, mundur serempak dengan variasi gerak bahu, setiap gerak bahu diikuti teriakan ya..ya..yaaa. Jalan mipil membentuk lingkaran besar, berbaris. Selesai. Rancangan gerak yang didesain oleh peneliti disampaikan kepada kolaborator. Pelaksanaan siklus I sebanyak 6 pertemuan. Pada siklus I perancang dan kolaborator dalam penjelajahan gerak sepaham, dengan diskusi dan saling menjelajahi kemungkinan gerak yang dapat dilakukan oleh anak-anak, akhirnya menemukan kesepakatan dalam urutan gerak dan rangkaiannya. Implementasi Tindakan Peneliti dibantu dua pelatih dan pengendang (sekaligus kolaborator) memberikan contoh gerak secara garis besar yang dipetik dari motif-motif tari tradisi Jawa yang sederhana. Gerak jari dan tangan yang lemah gemulai dihindari karena keterbatasan kemampuan teknis penari yang bukan penari menurut konteks Jawa. Pemain mengikuti contoh dari pelatih dan menginterpretasikannya sendiri agar mudah bergerak dan menghafal. Ketika penari menggerakkan tari yang dicontohkan, secara otomatis muncul nuansa reog, bukan tarian Jawa. Situasi demikian sudah sangat dipahami oleh peneliti sejak awal. 165

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 Peneliti memberikan penjelasan tentang gerak dan cerita dalam tari yang akan disampaikan kepada pemain dan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan oleh pemain kepada kolaborator. Hasil implementasi tindakan ini peneliti dan kolaborator menyepakati rancangan dan langkah-langkah tindakan yang dilakukan. Pemantauan Kegiatan ini bertujuan memantau pelaksanaan perancangan dan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan terhadap pemain. Susunan pemantau terdiri atas: peneliti, kolaborator, dan pelatih. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pelaksanaan perancangan dan langkah-langkah tindakan telah disepakati oleh pemantau. Tim pemantau telah memahami rancangan yang terdiri atas motif gerak a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, dan k. Refleksi Hasil setiap tindakan dan pengamatan yang dievaluasi dan diinterpretasikan tentang rancangan koreografi pada Siklus I dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan rancangan gerak dan kelebihan serta kekurangan langkah-langkah tindakan yang akan dilaksanakan. Hasil pemantauan dipakai sebagai bahan refleksi. Hasil Pelaksanaan Siklus II Perencanaan Tindakan Peneliti menentukan materi rancangan motif gerak yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (gerak ngawe-awe, sembahan, lampah mipil). Pelaksanaan siklus II 8 pertemuan. Implementasi Tindakan Untuk memperoleh hasil pada penjiwaan tarinya, pemain diberi pemahaman tentang orang berkuda, latihan perang, dan pengembangan imajinasi pemain mengenai prajurit berkuda. Penjelasan teknik gerak dilakukan lebih rinci dan penekanan pada setiap gerakan (misalnya pada gerak ngawe-awe, jalan mipil dengan naik kuda kepang). Penyajian materinya dimulai dari gerak yang mudah ke gerak yang sulit. Evaluasi pelaksanaan dari awal sampai akhir. Pada pertemuan pertama sampai ke-5, semua motif gerak diberikan secara berturutan (motif gerak a-e). Pada pertemuan ke-5 dilakukan pengulangan gerak secara keseluruhan. Pada pertemuan keenam sampai kedelapan 166

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) diberikan gerakan menggunakan prop kuda kepang, sekaligus desain lantainya. Setiap menyampaikan gerakan selalu diiringi musik untuk mempermudah pemahaman geraknya. Evaluasi dilakukan untuk setiap motif gerak secara keseluruhan, baik gerak detil anggota tubuh maupun pola lantai secara menyeluruh. Pemantauan Hasil pemantauan menunjukkan bahwa langkah tindakan memberikan pemahaman tentang rancangan, penguasaan materi gerak a-k. Pertemuan pertama lima motif gerak (a-b-c-d-e) dalam bagian gerak kaki yang diberikan sebagian besar pemain sudah peka terhadap iramanya karena sering melihat reog Kaloka berlatih. Namun, masih ada pemain yang belum benar dalam melaksanakan gerak akibat kurang percaya diri. Pertemuan kedua motif gerak f-g-h, pertemuan ketiga motif gerak i-j-k, pertemuan keempat pengulangan motif gerak a-k dengan prop kuda kepang, pertemuan kelima pengulangan seluruh motif dengan kuda kepang dan desain lantainya, dan pertemuan ke- 6 8 pengulangan motif gerak yang telah diberikan dengan prop kuda kepang dan desain lantainya. Para pemain anak-anak melakukannya dengan penuh semangat, tidak mau berhenti istirahat. Meskipun, ada dua pemain yang setiap diberi contoh selalu melakukan gerakan salah/lupa. Ketika diulang, mereka masih melakukan kesalahan. Namun, pada latihan berikutnya mereka sudah bisa melakukan tanpa kesalahan. Refleksi Refleksi dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan bentuk tindakan yang telah dilaksanakan pada Siklus II. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah pertemuan kedelapan pemain sudah menguasai irama tari, penjiwaan karakter gerak, melakukan gerak serempak tanpa tekanan emosi, tanpa paksaan, sesuai dengan irama tari, dan tabuhan kendhang. 167

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 Gambar 7 Rancangan Koreografi yang Dipentaskan dalam Acara Bersih Desa Hasil penelitian menunjukkan pemain menguasai sebelas motif gerak pokok sesuai irama dan hafal gerakannya. Selain dapat melakukan gerakan secara rampak, ekspresi/penjiwaan dapat dilakukan terutama pada sikap menari, jalan mipil, dan berada di atas bahu dua penari lain. Dari dialog seusai latihan, pemain mengharapkan tarian itu dipentaskan pada acara tertentu, di sekolah maupun di lingkungan mereka. Hasil angket tentang antusiasme pemain menunjukkan 70% siswa menyatakan sangat senang, 30% menyatakan senang; 80% menyatakan geraknya mudah dan 20% menyatakan kesulitan pada bagian gerakan tangan. Dengan delapan kali tatap muka pemain dapat melakukan semua gerakan yang diberikan dengan rampak dan penuh percaya diri. Dari penelitian ini ditemukan rancangan koreografi anak yang divariasikan dengan motif-motif tari klasik Jawa, di antaranya muryani busana (usap rawis, berhias, trap jamang, ulap-ulap, ukel karno) dan kiprahan (tumpang tali, sabetan, capeng). Gerak tari Jawa disederhanakan dan diolah sendiri oleh penari, sehingga hasil akhirnya sangat berbeda dengan gerak sumbernya, yakni tidak tampak berasal dari tari Jawa. Gerak ciri khas reog tetap dipertahankan (naik kuda, jalan di tempat yang digunakan sebagai gerak transisi dari satu motif ke motif lainnya). Gerak dasar dari rancangan koreografi anak melalui kesenian reog anak geraknya diambilkan dari gerak keseharian (melambai, berlari, gerak bahu, bermain, tepuk tangan, gerak jogedan). 168

Trie Wahyuni dan Ni Nyoman Seriati: Studi pe rancangan... (halaman: 157-170) Jumlah penari bebas, minimal dua orang. Tema reog adalah prajurit yang berlatih perang, sehingga pemain harus berpasangan. Bentuk rancangan koreografi anak ini merupakan rancangan koreografi melalui revitalisasi seni tradisional reog Kaloka dari reog Putri yang ditarikan oleh enam penari wanita dengan dua Bancak dan Beles. Pada penyajian bentuk Jaranan Putri yang merupakan koreografi lama ditarikan sekitar 20 penari putra dan putri dengan Bancak dan Beles, serta satu orang berperan Brahala. Rancangan koreografi anak ini dibawakan oleh enam pemain putra dan dua pemain putri dengan seorang Bancak. Untuk musiknya digunakan genre Jathilan yang berirama monoton, tetapi memiliki keluasan untuk berimprovisasi (seperti house music). Pentas dilakukan di halaman rumah tradisional di Suru Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. Tempat itu cukup luas untuk menari, tetapi kurang luas untuk penonton. Di Suru sangat sulit ditemukan tempat yang lapang. Biasanya, latihan berlangsung di halaman balai dusun di tepi jalan raya menuju pantai Baron. Karena kurang nyaman untuk pentas, dipilihlah salah satu rumah warga yang relatif memenuhi syarat, yakni halamannya cukup luas. Waktu pementasan pukul 15.00-17.00, waktu terbaik bagi lingkungan Suru karena malam hari membutuhkan penerangan banyak, siang hari matahari terik. Kesimpulan Revitalisasi reog Kaloka dapat digunakan untuk menyusun bentuk perancangan koreografi anak. Observasi langsung terhadap kegiatan pementasan tari paguyuban reog Kaloka diikuti wawancara mendalam terhadap pimpinan, pelatih, dan pemain, serta pengamatan terhadap bentuk penyajiannya, langsung maupun via media vcd. Imajinasi berkembang melalui hasil penjelajahan, merespon, merasakan, mengamati bentuk revitalisasi penyajian reog Kaloka, dan menggabungkan elemen estetis komposisi tari. Perubahan dan perpaduan elemen estetis dengan ekspresi gerak, irama, dan penjiwaan, serta penggunaan prop kuda kepang yang dilakukan delapan pemain anakanak memberikan perwujudan rancangan koreografi bentuk baru. Penelitian ini menggunakan PTK. Proses perancangan diperoleh melalui kerja studio garap isi dan garap bentuk. Bentuk rancangan koreografi anak melalui revitalisasi seni tradisional reog Kaloka terdiri atas sebelas motif gerak yang sudah disesuaikan dengan karakteristik gerak anak usia SD yang menyukai gerak-gerak heroik, mengandung keberanian, gerak serempak. Prop kuda kepang di samping digunakan untuk visualisasi binatang kuda, juga sebagai daya tarik tersendiri bagi pemain, terutama pada bagian gerak menirukan orang 169

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009 berkuda, sambil jalan mipil, dan pada bagian gerak kaki kanan angkat ke depan disentuhkan kaki kanan pasangannya, mundur kaki kanan gedrug kaki kiri. Daftar Pustaka Garha, Oho (editor). 1981. Pendidikan kesenian: Seni tari buku guru. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Dirjen Dikdasmen Depdikbud. Hadi, Sumandiyo. (2000). Sosiologi tari sebuah wacana pengenalan awal. Yogyakarta: Manthili. Hawkins, Alma M. (1999). Moving from within, a new method for dance making. Chicago: A Cappella Books. Hobsbawm, Eric and Terence Ranger (Eds). (1985). The invention of tradition. Melbourne: Cambrige University Press. Soedarsono, R.M. ed. 1(976). Tari-tarian rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta. 170