BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Setiap tahunnya,lebih kurang 795.000 orang mengalami serangan stroke, baik yang pertama, maupun serangan berulang. Diperkirakan 610.000 merupakan serangan pertama dan 185.000 adalah serangan berulang. (Goldstein, dkk 2006; Hacke dkk, 2003; Lloyd - Jones dkk, 2009 ). Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh survey ASNA (Asean Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit, dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor risiko, lama perawatan dan mortalitas serta morbiditasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7 % dan di atas usia 65 tahun 33,5 %. ( Misbach, 2007 ). Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional, dimana 20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen. Stroke merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya mempengaruhi penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. ( Goldstein dkk, 2006 )
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan lifestyle masyarakat, olahraga, merokok, minum alkohol, pola makan, kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Faktor resiko yang terpenting untuk serangan stroke adalah penyakit vaskular, dimana pembentukan aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, masih merupakan hal yang mendasar untuk terjadinya iskemik otak. ( Goldstein, 2006 ) Oleh karena tingginya kejadian stroke dan adanya kecenderungan untuk meningkat karena berbagai sebab, menyebabkan usaha dalam menekan angka kematian dan derajat kecacatan akibat stroke lebih ditujukan pada penanganan saat pasien dalam perawatan di rumah sakit Selain itu juga ditujukan pada penanganan keadaan sebelum stroke dengan mangendalikan faktor faktor yang menyebabkan stroke. Salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya stroke, utamanya stroke iskemik adalah kadar trigliserida di dalam darah. Walau masih banyak spekulasi tentang keterkaitan trigliserida sebagai faktor resiko stroke, namun ada beberapa penelitian yg menunjukkan bahwa peningkatan kadar trigliserida dapat menjadi faktor yang independen sebagai faktor resiko stroke, terutama stroke iskemik.( Pikija dkk, 2006 ) Salonen & Puska 1983, menemukan bahwa trigliserida dapat menjadi penyebab stroke, walaupun tidak pasti jenis strokenya dan terjadi terutama pada pria, tapi tidak pada usia pertengahan.
Nguyen et al. 1997, melakukan penelitian dan menemukan ada hubungan kejadian TIA dan stroke iskemik dengan tingginya kadar trigliserida dalam darah. Borge G Nordesgaart dkk, menyimpulkan kenaikan kadar trigliserida tidak puasa bersamaan dengan kenaikan kadar HDL dapat dipertimbangkan sebagai resiko stroke. Secara umum, kadar trigliserida sering diukur pada keadaan puasa, untuk menghindari variabilitas (Ridker, 2008), tetapi sekarang perlu juga memeriksa kadar trigliserida tidak puasa untuk mencari faktor resiko stroke iskemik (Zilversmit, 1979; Ryu dkk, 1992; Bengtsson et al, 1993; Stensvold et al, 1993; Jeppesen et al, 1998; Abdel - Maksoud dan Hokage, 2002 ). I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian terdahulu seperti yang diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan kadar trigliserida yang diperiksa pada kondisi tidak puasa dengan kejadian stroke iskemik? I.3.TUJUAN PENELITIAN I.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan kadar trigliserida tidak puasa dengan kejadian stroke iskemik I.3.2.Tujuan Khusus I.3.2.1. Untuk mengetahui hubungan trigliserida tidak puasa dengan penderita stroke iskemik di Bangsal Departemen Neurologi RSUP. HAM Medan.
I.3.2.2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi trigliserida tidak puasa pada penderita stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan. I.3.2.3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi trigliserida tidak puasa pada penderita tidak stroke di RSUP H. Adam Malik Medan. I.3.2.4. Untuk mengetahui nilai rerata trigliserida tidak puasa pada penderita stroke iskemik dirsup H. Adam Malik Medan I.3.2.5. Untuk mengetahui nilai rerata trigliserida tidak puasa pada penderita tidak stroke di RSUP H. Adam Malik Medan. I.3.2.6. Untuk mengetahui rerata kadar triglisrida tidak puasa pada penderita stroke iskemik dengan faktor resiko yang berbeda yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan. I.3.2.7. Untuk mengetahui hubungan trigliserida tidak puasa dengan faktor resiko pada pasien stroke iskemik yang memenuhi kriteria inklusi. I.4.HIPOTESIS stroke iskemik Ada hubungan kadar trigliserida tidak puasa dengan kejadian
I.5. MANFAAT PENELITIAN I.5.1. Manfaat Penelitian Untuk Ilmu Pengetahuan Dengan mengetahui adanya hubungan trigliserida tidak puasa pada penderita stroke iskemik, maka diharapkan dapat memberikan masukan mengenai salah satu faktor resiko stroke iskemik. I.5.2. Manfaat Penelitian Untuk Masyarakat Dengan mengetahui pengaruh kadar trigliserida tidak puasa pada penderita stroke iskemik, maka masyarakat yang memiliki kadar trigliserida yang tinggi, dapat mempersiapkan diri dalam hal pencegahan dan perawatan agar terhindar dari serangan stroke iskemik.