BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

Assalamu alaikum Wr.Wb.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) PADA SIDANG HAM

Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan hubungan hidup antara warga binaan dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK PENDIDIKAN FORMAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun Peratifikasian ini sebagai

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

I. PENDAHULUAN. demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi atas hak

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana tidak dapat

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan dan membangun negeri ini di masa yang akan datang. Tentu yang kita harapkan pemimpin di kemudian hari dapat membawa bangsa dan negeri ini ke arah yang lebih baik. Agar menjadi generasi yang diharapkan, generasi penerus bangsa harus difasilitasi dengan pendidikan dan kehidupan layak terutama bagi tumbuhkembang mereka. Dengan pendidikan terjamin dan kehidupan yang layak, anak-anak nantinya akan menjadi generasi yang mampu memimpin terutama memimpin diri mereka sendiri. Hal ini dipertegas dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang menyatakan : Bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Tidak semua anak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak dan hal ini dapat memperburuk kualitas generasi muda. Beberapa faktor yang mengakibatkan anak terlantar akan pendidikan dan kehidupannya yaitu faktor keluarga/orang Tua dan faktor lingkungan. Orang tua yang selalu sibuk mengurusi diri mereka sendiri mengejar kehidupan duniawi menelantarkan anak sehingga anak tidak mendapatkan kasih sayang, tidak di perhatikan kebutuhan fisik dan mental demi tumbuh-kembang anak. Bagi mereka keluarga yang kurang mampu, mereka terlalu sibuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga anak terlepas

2 dari pengawasan orang tua bahkan anak juga ikut terlibat dalam menghidupi keluarga. Lingkungan yang tidak menunjang tumbuh-kembang anak mengakibatkan anak berperilaku menyimpang. Lingkungan yang tidak terkondisikan dengan baik contohnya anak hidup di lingkungan prostitusi, sedikit-banyak anak juga akan ikut terlibat dengan situasi lingkungan tersebut, anak bisa bergaul tanpa batas. Pergaulan bebas yang tidak disertai pengawasan orang tua semakin memperburuk tumbuh kembang anak yang diharapkan menjadi generasi muda penerus bangsa. Akibat dari faktor-faktor tersebut, akhirnya anak berpotensi untuk melakukan tindakan penyimpangan yang termasuk ke dalam masalah sosial. Bentuk penyimpangan yang umumnya dilakukan oleh anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan kehidupan layak yaitu kecanduan obat terlarang, kejahatan, kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan. Segala bentuk tindakan kriminal terutama pelanggaran terhadap undang-undang yang dilakukan oleh anak-anak membuat mereka terjerumus ke dalam Rumah Tahanan (Rutan) maupun Lembaga Pemasyarakatan sehingga menyandang gelar narapidana anak. Hal yang sangat disayangkan adalah narapidana anak tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya mereka dapatkan. Padahal bagaimanapun mereka adalah anak-anak yang memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani Konvensi Hak Anak (KHA), tindak lanjut dari hasil penandatanganan tersebut presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Dengan penandatangan konvensi tersebut, maka Indonesia memiliki kewajiban untuk mewujudkan sistem perlindungan terhadap anak secara nyata dan berkesinambungan, termasuk terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Selain dari keputusan presiden tersebut Indonesia juga telah memiliki UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang

3 dalam proses penyempurnaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak mendefinisikan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak nakal, yaitu anak yang melakukan tindak pidana; atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan HAM, jumlah narapidana anak dari 5.630 anak pada bulan Maret 2008, meningkat menjadi 6.271 anak pada awal tahun 2010, dan sebagian besar, yaitu hampir sekitar 57 persen dari mereka tergabung dengan tahanan orang dewasa (berada di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan untuk orang dewasa) dan data sebelumnya pada tahun 2007 sampai dengan akhir 2009 menunjukkan mayoritas kasus anak yang berhadapan dengan hukum diselesaikan melalui pengadilan, dan 90% dijatuhi hukuman pidana dan dipenjarakan. Tingginya angka pelaku tindakan kriminal pada kelompok usia 12-17 tahun memperlihatkan adanya indikasi peningkatan jumlah anak yang melakukan tindak pidana, pada akhirnya membawa dampak bagi semakin besarnya anak yang akan masuk dalam proses peradilan dan selanjutnya akan menjalani hukuman untuk mendapatkan pembinaan, yang sering tidak sesuai dengan harapan. Terbatasnya jumlah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak dewasa ini, serta banyaknya kasus anak yang berhadapan dengan hukum, mengakibatkan anak menjadi tahanan atau narapidana yang terpaksa harus tinggal 1 (satu) area tahanan/narapidana dewasa. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, karena keberadaan anak dalam tempat penahanan dan pemenjaraan bersama orang dewasa, menempatkan anak- anak pada situasi rawan menjadi korban berbagai tindak kekerasan.

4 Data UPT Rutan Kelas I, Kanwil Jawa Barat pada tahun 2012 pada bulan januari narapidana anak sebanyak 29 orang, februari sebanyak 32 orang, maret sebanyak 36 orang, april sebanyak 28 orang, mei sebanyak 32 orang, juni sebanyak 31 orang, juli sebanyak 26 orang, agustus sebanyak 26 orang, september sebanyak 32 orang, oktober sebanyak 40 orang, november sebanyak 44 orang, dan pada bulan desember sebanyak 45 orang anak. Hal ini menunjukkan bahwasanya tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak mengalami pasang surut, artinya tidak ada penurunan (minimalisasi) secara signifikan. Secara hukum, berdasar undang-undang yang berlaku di Indonesia khususnya di kota Bandung, anak-anak ini sah mendapatkan penahanan atau pemenjaraan dan dirampas kemerdekaannya. Namun bukan berarti hak-hak asasi lainya yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuhkembangnya menuju kedewasaan secara optimal turut dirampas pula. Anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) seringkali terabaikan hakhaknya. Padahal, sebagai anak mereka tetap berhak atas layanan pendidikan, layanan kesehatan, layanan social, bimbingan dan pengasuhan, dan lain-lain. Kenyataannya saat mereka berada di penjara, Negara seakan-akan berhenti melayani mereka. Pengabaian hak AKH ini bahkan terjadi sejak proses awal penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian hingga pada saat mereka keluar penjara. Anak konflik hukum atau juga disebut anak yang berkonflik dengan hukum pastinya tidak mendapatkan pendidikan karena harus mendekam di Rutan khususnya di kota bandung yang belum memiliki LAPAS khusus anak. Salah satu strategi agar anak konflik hukum masih bisa mendapatkan pembelajaran yang bermakna positif bagi mereka selama menjalani proses hukum di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung yaitu dengan mengadakan program yang sekiranya sesuai dengan kondisi lingkungan dan sosial di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung. Program yang dianggap tepat bagi anak konflik hukum tersebut yaitu pendampingan.

5 Pendampingan merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Pendampingan yang dilakukan bertujuan menmbantu warga dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendampingan ini dilakukan sesuai dengan kondisi warga belajar dimana warga belajar diberi pembelajaran dan di dampingi oleh pendamping atau fasilitator. Salah satu lembaga yang mengadakan program pendampingan yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Kalyanamandira. Kalyanamandira merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang pengembangan pendidikan masyarakat kritis dengan mempopulerkan beberapa program andalan LSM tersebut, salah satunya adalah program pendampingan bagi anak yang berkonflik dengan hukum atau sering disebut dengan anak konflik hukum khusus pria di Rutan (rumah tahanan) Kelas I Kebon Waru sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang. Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh LSM Kalyanamandira ini dalam pelaksanaan program pendampingan di Rutan kelas I Kebon Waru, Bandung yaitu : 1. Mendampingi anak menemu kenali diri dan lingkungannya 2. Membuat kelompok ekspresi dan buku harian anak 3. Berjejaring dengan penggiat pemenuhan hak anak baik LSM maupun pemerintah dalam melakukan penguatan dan pengarusutamaan pemenuhan hak anak 4. Mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan anak Berdasarkan hal tersebut, maka program pendampingan yang dilakukan oleh kalyanamandira di anggap sebuah program yang tepat bagi Anak Konflik Hukum. Program pendampingan yang dilakukan oleh Kalyanamandira adalah sebuah strategi dalam mengatasi permasalahan Anak Konflik Hukum selama berada di Rutan dimana pendampingan yang dilakukan merupakan pekerjaan sosial yang pada dasarnya berada di jalur pendidikan non formal. Tujuan dari pendampingan yang dilaksanakan di Rutan Kebon Waru Bandung yaitu untuk mendampingi, memetakan kebutuhan, dan

6 merancang berbagai kegiatan rutin selama anak menjalani proses hukum. Pendampingan yang dilaksanakan lebih di fokuskan pada pendampingan keterampilan pada anak dimana anak di dampingi dan diberikan keterampilan. Pendampingan keterampilan dipilih agar anak yang menjalani proses hukum tidak mengalami kejenuhan, mengasah keterampilan dan juga kreatifitas anak. Salah satu bentuk pendampingan keterampilan yang akan dilakukan adalah pengolahan limbah plastik. Pengolahan limbah plastik dipilih karena daerah sekitar Rutan kebon waru adalah daerah padat penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik. Pengolahan limbah plastik ini setidaknya membantu dalam mengolah limbah plastik yang sulit diurai menjadi produk yang bermanfaat. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Imas Nurlela (2010 ) dengan fokus penelitian pada proses pelaksanaan program pendampingan terhadap anak konflik hukum, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian pada sasaran yang sama dengan fokus berbeda yaitu Studi Evaluasi Program Pendampingan Anak Konflik Hukum melalui Keterampilan Pengolahan Limbah Plastik B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan observasi yang dilakukan di Rutan Kelas I Kebon Waru dan sekitarnya terkait dengan Anak Konflik Hukum di identifikasi berbagai hal sebagai berikut: 1. Daerah sekitar Rutan Kelas I Kebon Waru merupakan pemukiman padat penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik salah satunya di kelurahan Cicadas 2. Anak-anak yang ada di Rutan tersebut tidak memiliki kesempatan sekolah karena harus ditahan; 3. Dalam beberapa kasus, anak yang bermasalah tidak mendapatkan dukungan dari pihak keluarga sehingga tidak ada perbaikan hubungan

7 dengan keluarga. Perbaikan hubungan bahkan tidak terjadi dengan korban; 4. Penyelenggaraan program pendampingan oleh Lembaga Swadaya Masyarakan Kalyanamandira pada tahun 2006 hingga sekarang dan salah satunya adalah pengolahan limbah plastik; 5. Dukungan positif dari pihak Rutan dalam penyelenggaraan program pendampingan yaitu penyediaan tempat untuk pelaksanaan program pendampingan; 6. Anak baru penghuni Rutan cenderung memisahkan diri dari anak-anak lainnya. Sehingga pelaksanaan program pendampingan tidak mudah dikondisikan dengan baik; 7. Jumlah fasilitator/pendamping yang tidak seimbang dengan jumlah anak sehingga pendamping sulit menangani/mengontrol anak-anak; 8. Beberapa bulan belakangan ini semua program yang telah dilaksanakan tetapi belum dievaluasi karena kesibukan setiap fasilitator 9. Berdasarkan informasi dari salah satu fasilitator bahwa program yang dilaksanakan hingga akhir tahun ini belum bisa dievaluasi dikarenakan AKH akan mulai pindah ke LAPAS sukamiskin sehingga tim pendamping disibukkan untuk mempersiapkan bermacam hal demi kelancaran kepindahan AKH Berdasarkan identifikasi diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut : 1. Bagaimana evaluasi penyediaan sumber pendukung pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung? 2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira hukum di Rumah Tahanan Kelans I Kebon Waru, Bandung?

8 3. Bagaimana evalusai hasil pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui evaluasi penyediaan sumber pendukung dalam pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung 2. Mengetahui evaluasi Pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung 3. Memperoleh evaluasi hasil pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung D. Manfaat Penelitian Penulis berharap dengan diadakan penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai landasan teori bagi LSM Kalyanamandira dan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan mengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan luar sekolah 2. Secara praktis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat khususnya anak-anak yang memiliki permasalahan sosial dan konflik dengan hukum

9 3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penelitian yang dilakukan baik secara teoritis maupun secara praktis di Rutan anak Kebonwaru maupun LSM Kalyanamandira E. Sistematika Penulisan Sistematika yang dipergunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I : pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian 2. BAB II : kajian pustaka yang berisikan teori, kajian dan konsep yang digunakan oleh penulis yaitu konsep program, konsep evaluasi program, konsep pendampingan, konsep Anak Konflik Hukum, konsep keterampilan, konsep taksonomi bloom dan konsep pendidikan luar sekolah 3. BAB III : metode penelitian yang berisikan lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah pengumpulan data, dan analisis data. 4. BAB IV : Deskripsi analisis penelitian dan hasil penelitian mengenai penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak konflik hukum yang dilaksanakan di Rutan Kebon Waru, Bandung 5. BAB V : Kesimpulan dan saran yang menyatakan mengenai hasil penelitian dan pemberian rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.