BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

Anterior Colporrhaphy versus Transvaginal Mesh for Pelvic-Organ Prolapse

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

: ENDAH SRI WAHYUNI J

Overactive Bladder. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KASUS PROLAPSUS UTERI DI RUMAH SAKIT DR. MOHMMAD HOESIN PALEMBANG SELAMA LIMA TAHUN ( ) Kemas Anhar, Amir Fauzi

PREVALENSI DAN DAMPAK SOSIAL OVERACTIVE BLADDER

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Ermawati, Syafrianto, Hafni Bachtiar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Laporan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

Curriculum Vitae. : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K

Penelitian Deskriptif Retrospektif

Jade Egg: Rahasia Kegel Sehat Sensual BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

INKONTINENSIA URIN PADA WANITA

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

- Cara persalinan sebelumnya*) : 1. Spontan pervaginam ( Normal )

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

KADAR ESTRADIOL YANG RENDAH PADA POSTMENOPAUSE SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PROLAPS ORGAN PANGGUL STADIUM III-IV

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

6.1 Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

Referat Fisiologi Nifas

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

PENGARUH LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL TERHADAP PENCEGAHAN INCONTINENSIA URINE PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

1 Universitas Kristen Maranatha

SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

PERBANDINGAN EKSPRESI TENASCIN LIGAMENTUM SAKROUTERINA PADA PEREMPUAN DENGAN DAN TANPA PROLAPS ORGAN PANGGUL

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

Hermie MM Tendean Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi / RSU Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

1.1. Latar Belakang Masalah

PROLAPS ORGAN PANGGUL

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

ABSTRAK (STUDI PUSTAKA) Inkontinensia Urin

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

DISTRIBUSI STAGING DAN FAKTOR RESIKO PROLAPSUS ORGAN PELVIS DI POLIKLINIK GINEKOLOGI RSUP H.ADAM MALIK- RSU DR. PIRNGADI BERDASAR SISTEM POPQ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi. Infeksi

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

Kata Pengantar Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut hasil SDKI 2007 yang dikutip Wahdi (2007) Indonesia yaitu 307 per kelahiran hidup, menempatkan upaya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ panggul (uterus, kandung kemih, usus atau rektum). Selain menyebabkan ketidaknyamanan, POP juga memberikan dampak negatif pada berbagai hal seperti fungsi seksual, penampilan, serta kualitas hidup. Atas dasar alasan perbaikan kualitas hidup, operasi POP menjadi salah satu indikasi operasi ginekologi yang sering dilakukan. Penatalaksanaan konservatif dan perubahan gaya hidup memiliki peran pada penatalaksanaan POP derajat ringan, pasien yang masih ingin memiliki anak, atau yang tidak menginginkan operasi (Himpunan Uroginekologi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 2013). POP merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan perempuan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, keluhan ini menjadi indikasi ketiga paling sering dilakukannya operasi histerektomi. Seorang wanita diperkirakan memiliki risiko 11 persen untuk menjalani operasi prolaps atau inkontinensia pada seumur hidupnya (Olsen, 1997). Menurut Bland (1999), Swift (2000), dan Trowbridge (2008), sulitnya memperkirakan prevalensi POP terjadi akibat tidak konsistennya definisi prolaps organ panggul itu sendiri. Diagnosis derajat POP berdasarkan Pelvic Organ Prolapse Quantification (POPQ) dapat menggambarkan penilaian terhadap struktur penyokong organ panggul. Pada wanita yang melakukan pemeriksaan ginekologi rutin, didapatkan 30-65% memiliki prolaps derajat 2. Sebaliknya, prevalensi POP berdasarkan gejala saja berkisar 2,9-5,7% di Amerika Serikat (Bradley, 2005; Nygaard, 2008; Rortveit, 2007). Meskipun data terbatas, penelitian menunjukkan bahwa prevalensi prolaps organ panggul meningkat sejalan dengan meningkatnya usia (Olsen, 1997; Swift, 2000). Disebutkan pula bahwa di Amerika Serikat terjadi 1

2 peningkatan prevalensi POP bila dihubungkan dengan usia dan perubahan demografi. Gejala yang sering dijumpai pada pasien POP antara lain gangguan berkemih yang meliputi stress urinary incontinence (SUI), urge urinary incontinence, frequency, urgency, retensi urin, infeksi saluran kemih berulang, bahkan terganggunya fase pengisian kandung kemih. Meskipun gejala-gejala ini disebabkan atau diperberat oleh prolaps, tidak boleh diasumsikan bahwa koreksi bedah maupun tatalaksana nonbedah selalu berfungsi sebagai terapi kuratif. Sebagai contoh, gejala berkemih iritatif (frequency, urgency, dan urge urinary incontinence) tidak selalu membaik setelah dilakukan terapi operasi prolaps, dan bahkan kadang memburuk setelah tatalaksana pembedahan. Hal ini bisa jadi tidak berhubungan langsung dengan prolaps itu sendiri, serta memerlukan terapi lain. Retensi urin akan membaik setelah dilakukan tatalaksana prolaps hanya jika gejala ini disebabkan oleh obstruksi uretra (Fitz Gerald, 2000). Prolaps anterior dikenal juga sebagai sistokel, terjadi akibat kelemahan jaringan penyokong kandung kemih, serta dinding vagina anterior, sehingga kandung kemih menonjol ke dalam vagina. Terjadinya regangan berlebihan pada otot-otot penyokong dasar panggul dapat menyebabkan prolaps anterior. Hal ini terjadi misalnya pada proses mengejan saat persalinan vaginal, pada sembelit kronis, batuk kronis, atau angkat berat. Prolaps anterior cenderung muncul dan menjadi masalah setelah menopause, ketika kadar hormon estrogen menurun. Untuk prolaps anterior ringan atau sedang, tatalaksana non-bedah seringkali sudah cukup efektif. Dalam kasus yang lebih berat, operasi mungkin diperlukan untuk mengembalikan dan menyokong organ panggul, vagina dan lainnya dalam posisi yang tepat (Mayo clinic staff, 2014). Selain tatalaksana kuratif, upaya pencegahan melalui pemahaman berbasis bukti terhadap faktor risiko terjadinya POP juga perlu mendapat prioritas. Diperlukan suatu panduan formal dalam bentuk konsensus yang bertujuan memberikan pelayanan komprehensif berdasar bukti ilmiah yang ada, didukung kesepakatan bersama untuk meningkatkan kualitas layanan penanganan POP.

3 Tindakan operatif kolporafi anterior di RSUP Dr. Sardjito saat ini merupakan tindakan invasif pada prolaps organ panggul yang sering dilakukan untuk memperbaiki kelainan anatomi POP khususnya sistokel, berdasar derajat yang diukur dengan sistem POPQ. Sistem POPQ merupakan suatu kemajuan besar dalam mempelajari POP, yang memungkinkan para peneliti membuat laporan hasil pemeriksaan dalam batasan yang terstandar, dan mudah untuk ditiru. Dengan POPQ rangkaian pemeriksaan spesifik dari struktur penyokong organ panggul dapat dilakukan. Prolaps yang terjadi pada masing-masing bagian diukur dari himen sebagai patokan, sebagai penanda anatomi yang dapat diidentifikasi secara konstan (Hoffman et al., 2012). Berdasarkan tempat terjadinya, sistokel dapat central (defek pada garis tengah pericervical fascia), lateral (lepasnya pericervical fascia dari ATFP), atau apical (lepas dari ligamen uterosacral atau pericervical ring). Kombinasi dari defek pada bagian lateral dan central juga banyak terjadi (Ghoniem, 2013). Pada sistokel penilaian POPQ difokuskan di titik Ba, yaitu titik yang berada pada dinding vagina anterior, diantara titik Aa dan forniks anterior (Prasetyo et al., 2011). Selama ini tidak ada nilai rujukan yang ditetapkan saat evaluasi perubahan nilai Ba pre dan pascaoperasi. Diperlukan adanya suatu pengukuran yang menggambarkan nilai Ba pada POPQ terhadap kualitas berkemih pasien yang telah menjalani tindakan kolporafi anterior atas indikasi sistokel. Dari hasil pengukuran ini dapat diketahui nilai target Ba dan sejauh mana tindakan penanganan tersebut mempengaruhi kualitas berkemih pasien. Penelitian yang dilakukan akan menitikberatkan pada nilai Ba pre dan pascaoperasi, dikaitkan dengan kualitas berkemih, pada pasien yang telah menjalani tindakan kolporafi anterior atas indikasi prolaps organ panggul (khususnya sistokel). Untuk membantu penilaian kualitas berkemih pasien, instrumen yang dapat digunakan diantaranya adalah Pelvic Floor Distress Inventory-20 (PFDI-20) bagian UDI-6. Instrumen ini dapat mengevaluasi kualitas berkemih pasien pre dan pascaoperasi kolporafi anterior atas indikasi sistokel.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah perubahan nilai Ba lebih dari 4 cm pada pasien pascaoperasi kolporafi anterior meningkatkan kualitas berkemih? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah perubahan Ba lebih dari 4 cm pasca operasi kolporafi anterior dapat meningkatkan kualitas berkemih pasien. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Menjadi bahan evaluasi kualitas pelayanan terhadap pasien yang memiliki masalah kualitas berkemih yang dilakukan operasi kolporafi anterior atas indikasi sistokel di RSUP Dr. Sardjito. 2. Bagi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan, khususnya di bidang obstetri dan ginekologi mengenai perubahan nilai Ba pada POPQ terhadap kualitas berkemih pasien pascaoperasi kolporafi anterior atas indikasi sistokel berdasarkan derajat POPQ preoperasi dan pascaoperasi. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai POPQ terhadap kualitas berkemih pasien terkait tindakan kolporafi anterior atas indikasi sistokel pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah lebih spesifik terhadap nilai Ba, yang selanjutnya dikaitkan terhadap kualitas berkemih pasien. Beberapa penelitian tentang kualitas hidup pasien pascaoperasi atas indikasi POP pernah dilakukan oleh : TABEL 1. Keaslian Penelitian Penulis Tujuan Lokasi

5 Teleman, et.al (2011) Segal et al., (2013) Groenendijk et al.,(2012) Vierhout et al., (2006) Mengetahui hubungan antara POPQ dan gejala urogenital berdasarkan skor kuesioner yang di tampilkan dengan sistem skor yang optimalà Dengan kesimpulan terdapat hubungan yang lemah antara POPQ dan gejala urogenital berdasarkan skor kuesioner yang di tampilkan dengan sistem skor yang optimal. mengkaji tentang luaran perbaikan fungsi saluran kemih, usus, dan gejala seksual memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup perempuan setelah operasi rekonstruksi pada POP dan / atau SUIàLuaran perbaikan fungsi saluran kemih, usus, dan gejala seksual memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup perempuan. Mengetahui kontribusi POP terhadap gejala-gejala terkait fungsi BAK dan BABàterdapat hubungan spesifik antara derajat POP dan gejala spesifik terkait, tetapi tidak terdapat hubungan kuat antara POP dan gejala berkemih atau gejala buang air besar Membandingkan situasi pre dan intra operatif menggunakan sistem POPQ, dalam kondisi standar yang optimal. Swedia Amerika Centinkaya et al.,(2013) dengan judul The correlation of lower urinary tract dysfunction and POP staging was shown to be best represented by UDI-6 and IIQ-7 menyatakan bahwa terdapat korelasi disfungsi saluran kemih dan stadium Prolaps organ panggul yang ditunjukan dalam kuisioner UDI-6 dan IIQ-7.