HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAHDI KELURAHAN SEMANGGI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

METODE. n = Z 2 P (1- P)

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

1 Universitas Indonesia

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

Al Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

Asumsi 10% subyek akan lepas dari pengamatan, maka subyek yang diperlukan adalah = 126 anak.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi,

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

HUBUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Julita Nainggolan, dr. Remi Zuraida, M.Si Fakultas Kedokteran Universitas Lampung No. Telpon:

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI dan SANGKRAH, KECAMATAN PASAR KLIWON, SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : WAHYU EKO PRASETYO J 300 101 020 PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dan Pengeluaran Pangan-Non Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Anak Prasekolah Di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta Wahyu Eko Prasetyo Program Studi Diploma III Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pendahulaun : Anak usia prasekolah merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, di Indonesia terdapat masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Penyebab masalah gizi yang timbul secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keadaan gizi individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu dari penyebab masalah gizi adalah rendahnya tingkat pendapatan keluarga. Tujuan : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pengeluaran pangan-non pangan keluarga terhadap status gizi anak di Kelurahan Semanggi dan sangkrah, kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Pendapatan dan pengeluaran pangan-non pangan diperoleh dengan kuesioner dan status gizi dengan pengukuran antropometri yang menggunakan berat badan menurut umur. Uji hubungan menggunakan uji Chi-square Hasil : Penelitian ini dilakukan pada 71 responden, berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden yang terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 42 orang (59,1%) dengan tingkat pendapatan yang cukup sebesar 58 responden (81,7%), tingkat pengeluaran pangan baik sebesar 56 responden (78,9%), tingkat pengeluaran non pangan baik sebesar 56 responden (81,7%), dan sebesar 42 anak prasekolah (59,2%) dengan status gizi yang baik. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta (p=0,847). Tidak tedapat hubungan antara pengeluaran pangan non pangan dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta, pangan (p=0,268) dan non pangan (p=0,606). Saran : Perlunya dilakukan penelitian ulang tentang masalah yang sama dengan variabel lainnya dan ditempat yang sama. Kata kunci : pendapatan, pengeluaran pangan-non pangan, dan status gizi PENDAHULUAN Anak usia prasekolah merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Pada saat ini, di Indonesia masih terdapat masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh kemiskinan, kualitas lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap gizi, persediaan pangan yang tidak mencukupi kebutuhan, dan kemiskinan gizi (yodium) di suatu daerah.

Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh ekonomi yang lebih baik tetapi tidak disertai dengan pengetahuan tentang gizi yang baik (Almatsier, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010, secara nasional prevalensi status gizi balita, berat badan kurang sebesar 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. Sementara di Provinsi Jawa Tengah prevalensi status gizi buruk sebesar 3,3 persen dan prevalensi gizi kurang sebesar 12,4 persen, sedangkan status gizi lebih sebesar 6,2 persen (Riskedas, 2010). Penyebab masalah gizi yang timbul secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keadaan gizi individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu dari penyebab masalah gizi adalah rendahnya tingkat pendapatan keluarga (Roedjito, 1989 dalam Kaban, 2000). Keluarga dengan pendapatan rendah sebagian besar hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan pangan. Selain itu pendapatan yang rendah menyebabkan keluarga hanya mampu membeli kebutuhan pangan dengan kualitas yang rendah, dalam jumlah yang terbatas, dan hanya sekedar bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk dapat bertahan hidup. Hal ini menggambarkan daya beli seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan (Harper dkk, 1986). TINJAUAN PUSTAKA Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman (1993). Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kinderganten, sedangkan di Indonesia sendiri pada umumnya mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 tahun 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya sudah mengikuti program Taman Kanak-Kanak (Patmonodewo, 2003).. Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Status gizi tidak seimbang dapat diartikan dalam bentuk gizi kurang dari yang dibutuhkan, sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Status gizi dibedakan mejadi gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier. 2009). Menurut Supariasa dkk (2002), mendifinisikan status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri merupakan sebagai indikator status gizi yang dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri, antara lain berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan (Supariasa dkk, 2002). Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Maka tingkat pendapatan terdapat hubungan yang erat dengan kejadian status gizi (Berg, 1986). Menurut Roedjito (1989), penyebab masalah gizi yang muncul secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Salah satu dari penyebab masalah gizi adalah tingkat pendapatan keluarga yang rendah. Pengeluaran rumah tangga/keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengeluaran pangan dan non pangan. Secara tidak langsung setiap keluarga lebih mendahulukan pemanfaatan setiap pengeluarannya digunakan untuk kebutuhan pangan, baru kemudian digunakan untuk kebutuhan nonpangan. Tetapi perilaku ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, lokasi tempat tingal, musim dan yang terutama pendapatan rumah tangga (Mangkuprawira, 1984 dalam kaban, 2000). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Observasional dan termasuk jenis penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan Januari-Mei Maret 2013 dan lokasi penelitian yaitu Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai anak prasekolah yang memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi. Variabel bebas : pendapatan, pengeluaran pangan dan non pangan. Variabel terikat : status gizi anak prasekolah Tingkat pendapatan dan pengeluaran pangan-non pangan diukur dengan menggunakan kuesioner, serta status gizi diukur rari berat badan menurut umur. Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji chi Square karena data kategorik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan proses SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Responden pada penelitian ini meliputi anak usia prasekolah dan keluarga yang memiliki penghasilan. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih secara random yang berasal dari dua kelurahan yaitu Semanggi dan Sangkrah sebanyak 71 responden. 1. Distribusi tendensi sentral responden menurut berat badan dan umur Hasil pengukuran antropometri yaitu berat badan dan umur responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tendensi sentral menurut berat badan N Minimal Maksimal Mean Std. Deviasi 71 10,2 29,5 15,5 2,68 Berat badan umur 71 4 tahun, 2 bulan Valid N 71 (listwise) 6 tahun, 4 bulan 5 tahun, 5 bulan 7,71 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa berat badan minimum responden 10,2 kg dan berat badan maksimum 29,5 kg. Berdasarkan keseluruhan data berat badan responden diperoleh rata-rata sebesar 15,5 kg. Umur anak prasekolah minimum 4 tahun, 2 bulan dan umur maksimal 6 tahun, 4 bulan. Dari keseluruhan data umur responden diperoleh rata-rata sebesar 5 tahun, 5 bulan. 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jumlah responden, diperoleh hasil distribusi frekuensi jenis kelamin responden seperti yang disajikan pada pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi responden rerdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin N % Laki-Laki 29 40,8 Perempuan 42 59,1 Total 71 100 Berdasarkan jenis kelamin responden, sebagian besar responden memliki jenis kelamin perempuan yaitu terdapat 42 orang (59,1%).

3. Distribusi Tingkat Pendapatan Keluarga Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga Tingkat pendapatan keluarga N % Cukup 58 81,7 Kurang 13 18,3 Total 71 100 Berdasarkan Tabel 3 tingkat pendapatan keluaga responden yang dibandingkan dengan UMR Kota Surakarta, terdapat 58 keluarga (81,7%) dengan berpenghasilan yang cukup. Menurut Suhardjo (1989), menjelaskan bahwa keadaan ekonomi yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan keluarga sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan pangan yang berkualitas. 4. Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Responden Tabel 4. Distribusi tingkat pengeluaran pangan responden Tingkat pengeluaran pangan N % Baik 56 78,9 Kurang 15 21,1 Total 71 100 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 50 responden (78,9%) memiliki tingkat pengeluaran pangan yang baik, sehingga pengeluaran pangan yang dibelikan memiliki kualitas dan kuantitas lebih baik (Mangkuprawira, 1988 dalam Nurliasari 2004). 5. Distribusi Tingkat Pengeluaran Non Pangan Responden Tabel 5. Distribusi tingkat pengeluaran non pangan responden Tingkat pengeluaran non N % pangan Baik 56 78,9 Lebih 15 21,1 Total 71 100

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan sebanyak 58 responden (78,9%) memiliki tingkat pengeluaran non pangan yang baik. Menurut BPS (2011), tingkat pengeluaran non pangan dikatakan baik jika besar pendapatan dikurangi pengeluaran non pangan kurang dari 50,55%. 6. Distribusi Status Gizi Anak Prasekolah Tabel 6 Distribusi status gizi anak prasekolah Status gizi N % Baik 42 59,2 Tidak baik 29 40,8 Total 71 100 Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 42 responden (59,2%) memiliki status gizi baik. 7. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Status Gizi Anak Prasekolah Hasil analisa hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil analisa hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak Status gizi anak Pendapatan orang Baik Tidak Baik Total tua N % N % Cukup 34 47,9 24 33,8 58 Kurang 8 11,3 5 7 13 Total 42 59,2 29 40,8 71 p=0,847 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan keluarga yang cukup dan status gizi anak yang baik sebesar 47,9% atau 4 kalinya responden yang memiliki pendapatan yang kurang dengan status gizi anak baik. Responden yang memiliki pendapatan yang kurang dengan status gizi anak tidak baik sebesar 7 % atau 4 kali lipatnya responden yang memiliki pendapatan keluarga yang cukup dengan status gizi tidak baik. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P > 0,05, maka Ho diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga

dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamata Pasar Kliwon, Surakarta. Menurut Husaini (1989) dalam Nurliasari (2004), menyatakan faktorfaktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dalam keluarga selain faktor ekonomi juga faktor non ekonomi. Faktor non ekonomi tersebut salah satunya yaitu besar keluarga. Besar keluarga sangat erat hubungannya dengan kurang gizi, terutama pada keluarga miskin. 8. Hubungan Tingkat Pengeluaran Pangan-Non Pangan dengan Status Gizi Anak Prasekolah Hasil analisis hubungan antara pengeluaran pangan-non pangan keluarga dengan status gizi anak di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Hasil analisa hubungan antara pengeluaran pangan keluarga dengan status gizi anak Status gizi anak Pengeluaran Baik Tidak Baik Total pangan N % N % Baik 35 43,7 21 29,6 56 Kurang 7 15,5 8 11,2 15 Total 42 59,2 29 40,8 71 P = 0,268 Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi anak yang baik dan pengeluaran pangan keluarga kurang sebesar 15,5% atau 5 kalinya responden yang memiliki pengeluaran pangan yang baik dengan status gizi anak baik. Responden yang memiliki tingkat pengeluaran pangan yang kurang dengan status gizi anak tidak baik sebesar 11,2 % atau 3 kali lipatnya responden yang memiliki pengeluaran pangan keluarga yang baik dengan status gizi anak yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P > 0,05, maka Ho diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengeluaran pangan keluarga dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamata Pasar Kliwon, Surakarta.

Tabel 9. Hasil analisa hubungan antara pengeluaran non pangan keluarga dengan status gizi anak Status gizi anak Pengeluaran non Baik Tidak baik Total pangan N % N % baik 34 47,9 22 31 56 Lebih 8 11,3 7 9,8 15 Total 42 59,2 29 40,8 71 P=0,606 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi anak yang baik dan pengeluaran non pangan keluarga yang lebih sebesar 11,3% atau 4 kalinya responden yang memiliki tingkat pengeluaran non pangan yang baik dengan status gizi anak baik. Responden yang memiliki pengeluaran non pangan lebih dengan status gizi anak tidak baik sebesar 9,8 % atau 3 kali lipatnya responden yang memiliki tingkat pengeluaran non pangan keluarga yang baik dengan status gizi tidak baik. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P > 0,05, maka Ho diterima. Dengan demikian disimpulkan tidak ada hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Kecamata Pasar Kliwon, Surakarta. Ketidak adanya hubungan ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi status gizi yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain pola makan, konsumsi makan, pengetahuan gizi orang tua, kesehatan lingkungan, dan penyakit infeksi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat pendapatan keluaga responden terdapat 58 (81,7%) keluarga dengan berpenghasilan yang cukup dan 13 (18,3%) keluarga dengan berpenghasilan yang kurang. 2. Sebanyak 56 responden (78,9%) memiliki tingkat pengeluaran pangan yang baik dan 15 responden (21,1%) memiliki pangan yang kurang tingkat pengeluaran

3. Sebanyak 56 responden (78,9%) memiliki tingkat pengeluaran non pangan yang baik dan 15 responden (21,1%) memiliki pengeluaran non pangan yang lebih. tingkat 4. Sebanyak 42 responden (59,2%) memiliki status gizi baik dan 29 responden (40,8%) memiliki status gizi tidak baik. 5. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta. 6. Tidak tedapat hubungan antara pengeluaran pangan non pangan B. Saran dengan status gizi anak prasekolah di Kelurahan Semanggi dan Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta. 1. Meskipun dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara pendapatan dan pengeluaran pangan non pangan dengan status gizi anak prasekolah, hendaknya orang tua kkhususnya ibu tetap berusaha memperhatikan makanan yang diberikan kepada keluarga. 2. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak prasekolah. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Berg. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional (Zahara, Penerjemah). C.V. Rajawali. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2011. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Biro Pusat Statisti. Jakarta Harper. L. J., B. J. Deaton & J. A Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo, penerjemah). UI Press. Jakarta Kaban,R.F. 2000. Skripsi. Karakteristik Sosial Ekonomi, Pendapatan, Dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Peserta Dan Bukan PesertaProgram PMD- DKE Di Kotamadya Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nurliasari, A. 2004. Hubungan karakteristik Rumah Tangga, Kebiasaan Makan dengan status Gizi Anak Balita Pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Bogor Barat. Institu Pertanian Bogor. Patmonodewa, S. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI Roedjito, D. 1989. Kajian Penelitian Gizi. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Supariasa, Bachyar B, Ibnu F. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.