PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR 1 Dana Lutfi Ilmansyah dan 2 Krishna S Pribadi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung 1 danalutfiilmansyah@gmail.com, 2 ksppribadi@bdg.centrin.net.id Abstrak : Konstruksi merupakan pekerjaan untuk mewujudkan suatu konsep maupun gambaran dalam bentuk nyata, terlihat, dan mampu dilakukan. Gedung Rusunawa ITB Jatinangor merupakan infrastruktur penunjang kegiatan belajar di wilayah ITB Jatinangor yang akan mengalami tahap konstruksi. Untuk dapat mewujudkan infrastuktur tersebut diperlukan perencanaan pelaksanaan konstruksi sehingga mampu diwujudkan sesuai dengan target yang ditetapkan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah merencanakan kembali perencanaan pelaksanaan konstruksi Gedung Rusunawa ITB Jatinangor yang terdiri dari analisis metode konstruksi eksisting kemudian merencanakan metode konstruksi terbaru dan mendapatkan penjadwalan dari kegiatan konstruksi maupun sumber daya konstruksi. Tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan dasar berupa dokumen RKS, bill of quantity, bar chart dari pihak pelaksana, serta dokumentasi pelaksanaan dari pihak pelaksana. Penjadwalan dilakukan dengan bantuan software Microsoft Project 2010 dan penentuan kebutuhan sumber daya berupa tenaga kerja dan peralatan menggunakan standar SNI. Didapatkan hasil metode konstruksi dengan dua tower gedung rusunawa dilakukan secara bersamaan menghasilkan durasi 257. hari kerja. Hasil tersebut dilakukan dengan mengganti metode pondasi struktur bawah single acting hammer dengan vibratory pile driven, penggunaan komponen Pre Cast untuk superstruktur, dan penempatan sumber daya tanpa ada kejadian overalokasi berdasarkan kebutuhan pekerjaan. Kata kunci : metode pelaksanaan, penjadwalan, sumber daya, overalokasi 1
PENDAHULUAN Gedung Rusunawa ITB Jatinangor merupakan salah satu infrastruktur pendukung kegiatan belajar mengajar kampus ITB Jatinangor. Gedung setinggi 6 lantai tersebut diperuntukan sebagai gedung asrama mahasiswa yang lokasinya berada dalam lingkungan kampus. Gedung tersebut akan mengalami masa konstruksi pada agustus 2012 dan direncanakan akan selesai dalam durasi 240 hari kerja. Untuk memenuhi target konstruksi tersebut diperlukan perencanaan pelaksanaan (construction planning) yang tepat dan mampu dilakukan. Gambar 1 Tampak Perspektif Gedung Rusunawa ITB Jatinangor Perencanaan pelaksanaan konstruksi meliputi : 1. Metode pelaksanaan 2. Penjadwalan 3. Manajemen sumber daya 4. Pembiayaan 5. Kontrol Kualitas (Quality Control) 6. Rantai Pasok Pada penyelesaan makalah ini metode pelaksanaan, penjadwalan dan manajemen sumber daya menjadi lingkup bahasan. Metode pelaksanaan akan meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan struktur atas. Pada perencanaan penjadwalan akan didapatkan urutan kerja konstruksi, durasi konstruksi, serta jadwal penggunaan sumber daya konstruksi berupa tenaga kerja dan peralatan berat. Manajemen sumber daya akan meliputi perencanaan kebutuhan tenaga kerja dan peralatan berat. METODOLOGI Perencanaan pelaksanaan konstruksi gedung rusunawa ITB akan mengacu pada dokumen RKS (rencana kerja dan syarat) dari pihak owner untuk dasar pelaksanaan konstruksi, dokumen BOQ (Bill of Quantity) untuk mendapatkan volume pekerjaan serta wawancara pihak kontraktor untuk mendapatkan metode 2
konstruksi eksisting. Metode konstruksi eksisting milik pihak kontraktor menggunakan komponen pre cast cast in situ pada struktur atas dan single acting hammer untuk pondasi tiang pancang. Metode konstruksi eksisting kemudian diubah pada jenis pelaksanaan tiang pancang dan metode konstruksi struktur atas akan sama dengan milik pihak kontraktor. Kemudian dilakukan penentuan urutan logis pekerjaan, penentuan durasi pekerjaan, dan penentuan kebutuhan sumber daya berupa tenaga kerja dan peralatan. Software microsoft project digunakan untuk mendapatkan jalur kritis dan penjadwalan konstruksi. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan konstruksi gedung rusunawa ITB Jatinangor menggunakaan prinsip bottom up, dengan urutan pekerjaan konstruksi : pemagaran, pekerjaan pembersihan lahan dan pekerjaan fasilitas kerja. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Struktur Bawah Pekerjaan Struktur Atas Pekerjaan Arsitektural Pekerjaan Finishing Gambar 2 Urutan Pekerjaan Konstruksi Konstruksi akan dimulai dengan pekerjaan persiapan yang terdiri dari pekerjaan pengukuran dan Konstruksi kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan struktur bawah yang terdiri dari pekerjaan urugan dan galian pondasi, pekerjaan pondasi tiang pancang dengan vibratory pile driver dan pekerjaan tie beam serta sloof. Pekerjaan struktur atas dilakukan dengan metode pre cast cast in situ. Komponen pre cast difabrikasi pada lahan konstruksi. Komponen pre cast kemudian di erection menggunakan tower crane. Pekerjaan arsitektural dilaksanakan per lantai setelah pekerjaan struktur atas per lantai selesai. Pekerjaan arsitektural meliputi pekerjaan dinding, pekerjaan lantai, pekerjaan kusen, pekerjaan sanitair, pekerjaan ME, dan pekerjan pengecatan. Urutan logis pekerjaan untuk konstruksi 2 tower dilakukan dengan membuat skenario durasi pekerjaan berdasarkan produktivitas tower crane. Produktivitas tower crane pada pekerjaan erection adalah pekerjaan yang menjadi jalur kritis. 3
PERENCANAAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA Sumber daya yang direncanakan meliputi sumber daya tenaga kerja dan perlatan berat. Pekerjaan yang membutuhkan alat berat selama masa konstruksi : 1. Pekerjaan pembersihan lahan (Dozer DR U Caterpillar) 2. Pekerjaan tiang pancang (APE 150 Vibratory Pile Driver, Excavator, Tower Crane) 3. Pekerjaan pembetonan tie beam dan sloof (Truck Ready Mix kapasitas 7m 3 ) 4. Pekerjaan fabrikasi komponen pre cast (Tower Crane) 5. Pekerjaan erection pre cast (Tower Crane) Penentuan kebutuhan tenaga kerja dilakukan menggunakan Analisis Harga Satuan Pekerjaan dari SNI. Perhitungan durasi dan kebutuhan tenaga kerja dilakukan dengan rumus : Pada AHS SNI, indeks tenaga kerja memiliki satuan OH yang artinya dalam 1 hari dibutuhkan 1 orang pekerja untuk menyelesaikan 1 satuan pekerjaan. Dengan demikian, Indeks tenaga kerja merupakan 1/produktivitas. Sedangkan durasi kerja ditentukan dengan melakukan iterasi dari ketersediaan tenaga kerja untuk suatu pekerjaan. Tabel 1 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Jenis Pekerjaan Satuan Volume Durasi Kebutuhan Tenaga Kerja (orang) (hari) P TBa TK TBe KT M TV OC POC TE Fabrikasi Bekisting m2 46.6 1.0 1 2 1 1 Pasang+Buka Bekisting unit 961.96 1.0 20 7 2 Pembesian kg 13541.90 6.02 16 16 2 1 Pemasangan wiremesh kg 961.96 1 25 25 2 1 Pengecoran unit 301.00 2.5 26 4 9 15 Erection unit 301.00 6.02 4 0 4 1 1 2 Grouting titik 134.00 1.96533 15 2 15 1 PENJADWALAN Penjadwalan menggunakan software Microsoft Project 2010 dengan flowchart urutan pekerjaan sebagai berikut :
Pembersihan Lahan P-1 P-7 P-14 P-22 P-29 P-36 P-45 Pengukuran & Pemagaran P-2 P- P-15 P-23 P-2 P-30 P-35 P-37 P-44 P-46 Direksi Keet & Fasilitas Kerja P-13 P-47 P-3 P-21 P-24 P-31 Galian & Urugan P-4 P-3 Pekerjaan P-9 Pemancangan & Loading Test P-5 P-16 Pile Cap & Tie Beam P-6 P-10 P-11 P-17 P-12 P-1 P-25 P-19 P-26 P-32 P-33 P-39 P-20 P-27 P-34 P-41 P-4 P-43 P-49 P-50 Gambar 3 Urutan Logis (Logic Sequence) Konstruksi Didapatkan pada penjadwalan jalur kritis berupa : Pekerjaan persiapan Pekerjaan Lantai 3 tower 4 Pekerjaan Struktural Bawah Pekerjaan Lantai 4 tower 4 Pekerjaan Lantai 1 tower 4 Pekerjaan Lantai 5 tower 4 Pekerjaan Lantai 2 tower 4 Pekerjaan Lantai atap tower 4 Saat dilakukan input kebutuhan tenaga kerja dan peralatan terjadi overalokasi yang disebabkan oleh adanya pekerjaan yang saling dikerjaan bersamaan dan menggunakan tenaga kerja yang sama. Solusi dari overalokasi tersebut dilakukan dengan : Membagi sumber daya secara spesifik, masing masing tower akan memiliki tim pekerja tersendiri dan dibedakan tim pekerja struktural dan arsitektural Menambah jumlah ketersediaan pekerja untuk tenaga kerja yang tidak berpengaruh terhadap produktivitas sehingga durasi tidak berubah. Melakukan pergeseran beberapa pekerjaan yang masih memiliki float time. Hasil akhir dari penjadwan berupa penjadwalan tenaga kerja dan peralatan
Gambar 4 Penjadwalan Penggunaan Sumber Daya Tenaga Kerja dan Peralatan
KESIMPULAN Konstruksi Gedung Rusunawa ITB Jatinangor dengan skenario paralel antara tower 3 dan tower 4 dapat diselesaikan dalam waktu 257.65 Hari. Pekerjaan yang menjadi jalur kritis menggunakan software Microsoft project 2010 adalah : o Pekerjaan Persiapan o Pekerjaan Struktural Bawah o Pekerjaan Lantai 1 Tower 4 o Pekerjaan Lantai 2 Tower 4 o Pekerjaan Lantai 3 Tower 4 o Pekerjaan Lantai 4 Tower 4 o Pekerjaan Lantai 5 Tower 4 Pekerjaan jalur kritis menjadi fokus dalam kegiatan konstruksi dikarenakan pekrjaan jalur kritis menentukan durasi konstruksi secara keseluruhan. Untuk memenuhi durasi kontrak 240 Hari kerja dan penyelesaian permasalahan overalokasi, dilakukan upaya sebagai berikut : o Penggunaan Tools leveling dari microsoft project 2010. o Menambah kebutuhan sumber daya yang tidak berpengaruh terhadap durasi pekerjaan. o Memecah sumber daya sesuai dengan jenis pekerjaan, membuat lahan fabrikasi baru dan memberlakukan shift malam. Didapatkan jadwal penggunaan sumber daya tenaga kerja dan peralatan selama masa konstruksi (terlampir) DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Jakarta. PT Pradnya Paramita Chitkara,KK. 199. Construction Project Management-Planning, Schedulling and Controlling. New Delhi. Tata Mcgraw-Hill, Inc. Ervianto, Wulfram I (2011), Pengukuran Produktivitas Kelompok Pekerja Bangunan Dalam Konstruksi Bangunan Bertingkat, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atmajawa. Gould, E Frederick. 2002. Construction Management, Singapore : Mcgraw-Hill, inc.
Peurefoy, Robert L. Schexnayder, Clifford J., Shapira,Aviad. 2006. Construction Planning, Equipment, and Method. Singapore : McGraw-Hill, Inc. Project Management Institute. 200. A Guide to The Project Management Body Of Knowledge 4 th Edition. ISBN 97-193390-51-7 Referensi Metode Kerja Struktur Bawah, http://www.ilmusipil.com/ diakses pada 22 April 2013. RSNI Analisis Harga Satuan Pekerjaan Beton Pra Cetak untuk Konstruksi Gedung SNI 235:200 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Konstruksi Gedung SNI 236:200 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pondasi untuk Konstruksi Gedung SNI 739:200 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Besi dan Aluminium untuk Konstruksi Gedung Stukhart, G (1995). Construction Materials Management, New York, Marcel Dekker, Inc