Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MODA ENTRI PENYEDIA JASA RITEL INDONESIA KE ASEAN: STUDI KASUS PADA ALFAMART

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT (RDR) LAOS. Komitmen Jadwal Spesifik. (Untuk Paket Komitmen Pertama)

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

ANALISIS JASA ICT DALAM KERJASAMA RCEP (REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

Naskah diterima: 07 Oktober 2013 Disetujui diterbitkan: 2 Mei 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Pejabat Magang TPSA Menyampaikan Argumen untuk Mendorong Perdagangan Jasa di Indonesia

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB 3 RELATIVE GAIN DALAM KOMITMEN-KOMITMEN NEGARA- NEGARA ANGGOTA ASEAN (PAKET 1 DAN 2 SKEDUL KOMITMEN AFAS)

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

Analisis Keterbukaan Dan Daya Saing Sektor Perasuransian Indonesia Di ASEAN 1

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA THAILAND

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

PERBANDINGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN ABSTRAK

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Ulangan Formatif Keempat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

PELUANG PERDAGANGAN JASA INDONESIA AUSTRALIA. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

LAPORAN AKHIR ANALISIS POSISI PERDAGANGAN JASA INDONESIA PADA PERUNDINGAN ACFTA

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011


PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SINGAPURA PERIODE : JANUARI MEI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Singapura

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq

Outline 1. Latar Belakang 2. Jasa dalam UU Perdagangan dan WTO ; 3. Pentingnya sektor jasa di ASEAN; 4. Pentingnya sektor jasa dalam perundingan Perdagangan Internasional; 5. ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS); 6. Ekspor jasa melalui Moda 3; 7. Peluang di ASEAN dalam AFAS; 8. Studi Kasus Ekspor Jasa Ritel; 9. Faktor pendukung suksesnya ekspor jasa ritel dalam studi kasus di Penyedia jasa ritel Indonesia 10. Belajar dari Pengalaman Penyedia jasa di Dunia; 11. Moda Entri ritel Indonesia dalam Pemanfaatan Akses Pasar ASEAN;

PENGANTAR

Latar Belakang... Sektor Jasa merupakan sektor yang penting dalam perekonomian dan perundingan perdagangan internasional; Perundingan perdagangan internasional sektor jasa di ASEAN dibuat dalam suatu framework yang disebut dengan AFAS; Dalam perundingan AFAS, jasa ritel merupakan salah satu jasa yang dirundingkan untuk diperdagangkan, Sampai pada perundingan terakhir yang diratifiaksi oleh Indonesia, perundingan AFAS di jasa ritel belum dimanfaatkan oleh penyedia jasa Indonesia; Hanya satu penyedia jasa ritel Indonesia yang telah berhasil mengekspor jasanya ke luar negeri tetapi tidak memanfaatkan AFAS; Keberhasilan ini dapat dijadikan contoh baik bagi penyedia jasa ritel lainnya.

Jasa dalam UU Perdagangan dan WTO Nomenklatur jasa berdasarkan Dokumen WTO nomor MTN.GNS/W/120 dan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, jasadibagi dalam 12 sektor jasa: 1. Jasa bisnis 2. Jasa komunikasi 3. Jasa konstruksi dan jasa teknik terkait 4. Jasa distribusi 5. Jasa pendidikan 6. Jasa lingkungan 7. Jasa keuangan 8. Jasa terkait kesehatan dan sosial 9. Jasa pariwisata dan perjalanan 10. Jasa rekreasi, budaya, dan olahraga 11. Jasa perhubungan 12. Jasa lain yang tidak tercakup di atas

Selanjutnya mengenai moda perdagangan jasa yang melampaui batas negara diatur pada pasal 39 UU Nomor 7 2014. Cara Perdagangan jasa tersebut dibagi ke dalam 4 moda:

Ekspor jasa melaui Moda 3 Moda 3 (Commercial presence) adalah dalam bentuk pendirian usaha atau profesional melalui konstitusi, akuisisi, kantor cabang antara wilayah negara mitra dagang dengan tujuan untuk menyediakan jasa (WTO, 2013).

dalam persen terhadap GDP Pentingnya sektor jasa dalam perekonomian negara-negara ASEAN (2014) 40,3 56,0 44,5 32,8 57,8 44 44,1 41,8 41,6 74,7 21,3 25,5 32,2 45,5 38,1 43,3 66,5 34,7 31,5 32,7 37,1 25,3 23,7 14,2 17,9 9,3 12 10,7 0 0,8 Indonesia Malaysia Singapura Thailand Brunei Philippines Vietnam Laos Cambodia Burma Sumber: CIA Factkook (diolah), 2014 agriculture industry services Kontribusi sektor jasa telah dominan pada perekonomian beberapa negara ASEAN seperti Singapura, Filipina, Malaysia, dan bahwan negara-negara CLMV; Di Indonesia, kontribusi sektor jasa sudah lebih besar dari kontribusi sektor pertanian dan mendekati kontribusi sektor manufaktur;

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) Ratifikasi AFAS Paket 8 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014.

HASIL PENGKAJIAN

Peluang Jasa Ritel di ASEAN dalam 1 AFAS 0,5 0 MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT Brunei Kamboja Indonesia Laos Malaysia Myanmar Filipina Singapura Thailand Vietnam Mode 3 Mode 4 Ket. MA: Pembatasan akses pasar; NT: Pembatasan perlakuan nasional

Tantangan Masuknya Ritel ASEAN (AFAS /peraturan domestik Indonesia) Komitmen di AFAS 8 No Daftar Negatif Investasi Pernyataan Subsektor di AFAS Paket 8 (delapan) Pembatasan Akses Pasar Pembatasan Perlakuan Nasional 1 Supermarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 1200 meter persegi Modal dalam negeri 100 persen Jasa perdagangan grosir untuk makanan dan minuman serta tembakau dengan luas lantai lebih dari 5.000 meter persegi (CPC 6222) Secara spesifik dicantumkan pada komitmen horisontal. Unbound kecuali tercantum pada komitmen horisontal. 2 Minimarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 400 meter persegi termasuk compenience store dan community store Modal dalam negeri 100 persen Jasa perdagangan grosir untuk tekstil, pakaian dan alas kaki dengan luas lantai lebih dari 5.000 meter persegi (CPC 6223) Secara spesifik dicantumkan pada komitmen horisontal. Unbound kecuali tercantum pada komitmen horisontal. 3 Department Store dengan luas lantai penjualan kurang dari 2000 meter persegi Modal dalam negeri 100 persen

Moda Entry dalam Teori Bisnis Internasional

Studi Kasus Ekspor Jasa Ritel Penyedia Jasa (AMRT) : Alfamart 33% pangsa Pasar nasional; Peningkatan kinerja perdagangan jasa dalam negeri; Telah berhasil mengekspor jasanya Moda entri: Moda entri yang dipilih adalah pendekatan moda entri tanpa ekuitas yaitu waralaba (franchise) Negara: Filipina Negara ini belum membuka sektor jasa ritel pada kerjasama AFAS 8

Faktor pendukung suksesnya ekspor jasa ritel dalam studi kasus di Penyedia jasa ritel Indonesia Kunci suksesnya ekspor jasa ritel Mitra Lokal di Luar Negeri yg berminat membeli master franchise. Penelitian Rompho, et. al. (2014) mitra penting sangat penting dalam studi kasus ekspansi perusahaan-perusahaan Thailand.

Belajar dari Pengalaman Penyedia jasa di Dunia yg Memilih Pendekatan Waralaba Para penyedia jasa ritel Afrika (Dakora dan Bytheway, 2014). 500 perusahaan Amerika Serikat dengan sekitar 50.000 gerai di seluruh dunia dalam bentuk restoran cepat saji (seperti McDonald s, KFC, Subway, dan Pizza Hut) (Ball et al., 2012). Hotel (intercontinental), jasa bisnis (Muzak, UPS Store), tempat kebugaran (Curves, Jazercise), pemeliharaan gedung (Services Master, Nationwide Exterminating), dan real estate (ReMax) (Ball et al., 2012). Dari 94 penyedia jasa ritel dari Ingris yang melakukan aktifitas internasional, 34 diantaranya menggunakan pendekatan waralaba sebagai moda entrinya (Alexander dan Doherty dalam Ovcina, 2010).

Moda Entri dalam Pemanfaatan Akses Pasar ASEAN Penyedia Jasa Ritel Indonesia PELUANG AKSES PASAR JASA RITEL DI AFAS 8 Tanpa Ekuitas Waralaba Belum ada komitmen (tertutup): 1). Brunei Darussalam; 2). Laos; 3). Filipina Moda Entri Ekuitas Usaha patungan Kepemilikan modal penuh Terbuka dengan pembatasan: 1). Malaysia; 2). Myanmar Terbuka tanpa pembatasan: 1).Vietnam; 2). Kamboja; 3). Singapura; 4). Thailand.

KESIMPULAN

Kesimpulan Terdapat ekspor jasa ritel atas inisiatif penyedia jasa tanpa campur tangan pemerintah dan tanpa pemanfaatan AFAS; Padahal peluang ekspor jasa ritel telah terbuka melalui perundingan AFAS; Suksesnya ekspor jasa ritel tanpa pemanfaatan hasil perundingan dapat menjadi tolak ukur dalam pemanfaatan AFAS di masa mendatang;

Peran Pemerintah dalam Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Yang telah dilakukan: - Negosiasi perdagangan untuk mendapatkan peluang akses pasar di AFAS; - Ratifikasi hasil perundingan AFAS; Yang sedang dilakukan: - Negosiasi perdagangan untuk meningkatkan peluang akses pasar Yang belum dilakukan : - Promosi sektor jasa untuk membantu penyedia jasa mendapatkan mitra bisnis (peran mitra bisnis sangat besar dalam banyak kasus); - Misi dagang yang berkaitan dengan perdagangan jasa.

TERIMA KASIH