BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kebanyakan dari pakar pendidikan menjadikan masalah belajar sebagai sentral

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI BUKU PETUNJUK ALAT PERAGA SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Dua Angka Menggunakan Alat Peraga di Kelas I SD GKST Hanggira

ALAT PERAGA MATEMATIKA SEDERHANA UNTUK SEKOLAH DASAR. Oleh : Drs. Ahmadin Sitanggang, M.Pd Widyaiswara LPMP Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SRAGEN 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

14. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI

PEMANFAATAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP DIKLAT SMP JENJANG DASAR

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I

SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PEMULA (DASAR)

ALAT PERAGA MATEMATIKA A.

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan.

PENGEMBANGAN SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1) R. Rosnawati 2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perkalian & Pembagian Pecahan

2 x 1 dengan x anggota bilangan bulat adalah. 1 bagian senang sepakbola, 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Siti Annisah 1 STAIN Jurai Siwo Metro

KISI KISI UJIAN SEKOLAH TULIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Demonstrasi Pengertian Metode Demonstrasi Menurut Syah (1995:209) Pendekatan metode

1. BARISAN ARITMATIKA

PEMANFAATAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP DIKLAT SMP JENJANG DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

HANDOUT MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MT.../ 2 SKS) PROGRAM DEPAG. Oleh: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Ruang Lingkup... 2

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik

4. Kompetensi Dasar Matematika KELAS: I

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Oleh: Nasaruddin Prodi Tadris Matematika FTIK IAIN Palopo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

PERMAINAN ULAR TANGGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

GAGASAN PEMBELAJARAN

SOAL MATEMATIKA SIAP UN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA

MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP KABUPATEN PURWOREJO Sekretariat: Jl. Jendral Sudirman 8 Purworejo Telepon/Fax (0275)

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BIODATA DIRI. Biodata Diri

model bangun lingkungan, kawat atau datar dari karton 2x40 menit Buku teks, sebangun? Mengapa? Teknik Bentuk

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P 22 MEMBANGUN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET

Azmy Lauranita ( )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat perkembangan teknologi augmented reality (AR). Augmented reality

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

Latihan Soal Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika

PENJABARAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 75 TAHUN SKL Kemampuan yang diuji Alternatif Indikator SKL

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs DAN PEMBAHASAN

SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento

Copyright Hak Cipta dilindungi undang-undang

bab 4 bangun ruang q menata mainan

SRI MARDANI A

KATALOG ALAT PERAGA MANIPULATIF MATEMATIKA. Pembelajaran Matematika Pendidikan Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

DDS (Dadu Duabelas Sisi)

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61

PAKET 2 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Benyamin, (dalam Uno dkk, 2004:191) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

Transkripsi:

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Masalah belajar adalah masalah yang pelik dan komplek, sehingga tiada seorang ahlipun yang dapat membahas secara tuntas dan sempurna. Oleh karena itu kebanyakan dari pakar pendidikan menjadikan masalah belajar sebagai sentral pembahasannya. Dan sewajarnya apabila antara pakar yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan pendapat dalam mengemukakan definisi tentang belajar meskipun bukan perbedaan yang mendasar. Menurut Selameto (2003 : 2) u proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan Slameto (2003: 3), belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indera. Dalam hal ini seorang yang belajar akan mendapatkan perubahan tingkah laku yang sesuai dengan proses pertumbuhan yang dimiliki anak tersebut akibat adanya penyesuaian diri oleh anak terhadap apa yang telah dipelajarinya. Dari pengertian Slameto ini jelas bahwa belajar merupakan upaya sadar dari seorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru sehingga seseorang itu akan mendapatkan pengalaman hidup yang baru akibat dari adanya hubungan antara si anak dengan lingkungan dimana anak menjalankan proses belajar. Menurut Winkel (2005 : 59), belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan,

perubahan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berkas. Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta ketrampilan (psikomotor) sebagai hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu cerminan atau kesimpulan yang mantap pada penampilan atau tingkah laku potensial dengan akibat dari praktek pengalaman situasi pada masa lalu. 2.1.1 Faktor-faktor Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : (Sutopo, 1997 : 41-42) 1. Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk dalam faktor ini antara lain : a. Kematangan b. Kecerdasan/Intelegensi c. Latihan dan Ulangan d. Motivasi e. Sifat-sifat pribadi seseorang 2. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Faktor ekstern ini meliputi sebagai berikut : a. Keadaan keluarga. b. Guru dan cara mengajar c. Alat-alat pelajaran d. Motivasi sosial e. Lingkungan dan kesempatan. 3. Faktor Situasional.

Faktor-faktor situasional ini meliputi : a. Keadaan politik ekonomis b. Keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari yang tersedia bagi kegiatan belajar mengajar c. Keadaan musim iklim kerap menciptakan kondisi psikis dan kondisi fisik pada siswa dan guru yang kurang menguntungkan. 2.2 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. (Rooijakkers, 1982:1). Sedangkan menurut Sulistriyo (1997:1) Pembelajaran adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Apabila definisi tersebut dijadikan pegangan maka kita akan mengetahui bahwa: a. Dalam kegiatan mengajar ada dua pihak yang terkait yaitu pengajar dan yang diajar. Dalam hal ini guru dan siswa. b. Dalam kegiatan mengajar harus ada bahan yang diajarkan yaitu pengetahuan. c. Dalam kegiatan mengajar harus terjadi suatu proses, yaitu proses belajar. 2.2.1 Jenis-jenis Metode Pembelajaran Banyak jenis metode pengajar yang ada dalam dunia pendidikan, yaitu antara lain: (Syaiful Sagala, 2005: 261) a. Metode Ceramah. b. Metode Diskusi dan Musyawarah. c. Metode Tanya Jawab. d. Metode pemberian tugas dan resitasi. e. Metode Karwa Wisata. f. Metode Demonstrasi dan Alat Peraga. g. Metode Problem Solving. h. Metode Discovery-Inquiiry. i. Metode Role Playing. j. Metode belajar atau paket berdasar kompetensi.

2.2.2 Faktor-faktor dalam Memilih Metode Pembelajaran Agar dalam memilih jenis metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan tujuan pengajaran maka guru haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan yang hendak dicapai. b. Siswa. c. Bahan Pelajaran. d. Fasilitas yang tersedia. e. Guru. f. Kebaikan dan kelemahan metode tertentu. 2.3 Pembelajaran Matematika di SD 2.3.1 Bilangan Pecahan Dalam pelaksanaan penelitian ini materi bilangan pecahan dikutip dari buku Matematika Kelas VI SD. Sub pokok bahasan bilangan pecahan terdiri dari: (1) arti bilangan pecahan (2) pecahan senilai (3) menyederhanakan pecahan (4) membandingkan dua pecahan (5) mengubah bentuk pecahan ke bentuk decimal dan sebaliknya (6) operasi pecahan. 2.3.2 Arti Bilangan Pecahan a. Suatu bilangan Pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk b a dengan b =0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut b. Suatu bilangan Pecahan dapat dipandang sebagai hasil bagi dari dua bilangan bulat a dan b dengan b bukan faktor dari a, b =0 c. Suatu Pecahan dapat dipandang sebagai bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah atau bagian dari suatu himpunan. Contoh:

gambar: a gambar: b Gambar 2.1 Arti Pecahan Keterangan: Gambar a, sebuah kue dibagi menjadi 4 bagian untuk setiap bagian memperoleh ¼ bagian dari seluruhnya. Gambar b, sebuah kue dibagi menjadi 2 bagian untuk setiap bagian memperoleh ½ bagian dari seluruhnya. Bilangan ¼ dan ½ disebut bilangan pecahan. Pada pecahan ¼ angka 1 disebut pembilang dan angka 4 disebut penyebut. 2.3.3 Pecahan Senilai Suatu Pecahan nilainya tetap sama jika pembilang atau penyebutnya dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama, tetapi bilangan yang sama itu bukan nol. Contoh: Keterangan: (i) (ii) (iii) Gambar 2.2 Pecahan Senilai

gambar (i) = ½ gambar (ii) = 2/4 gambar (iii) = 4/8 Pecahan: 1/2 = 2/4 = 4/8 2.3.4 Menyederhanakan Pecahan Untuk menyederhanakan suatu pecahan bagilah pembilang dan penyebutnya dengan FPB terbesar dari pembilang dan penyebut. Pecahan itu jika FPB tidak segera ditemukan maka untuk menyederhanakan pecahan secara bertahap. Suatu pecahan dikatakan paling sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak memiliki faktor persekutuan lagi selain satu (1). Contoh: 1) 30/ /45 : 15/15 = 2/3 2) 20/36 = 20/36 : 2/2 = 10/8 10/18 = 10/18 : 2/2 = 5/9 3) 825/1000 = 825/1000 : 25/25 = 33/40. 2.4 Pengertian Prestasi Belajar Winkel (2005: 532) prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor. Menurut Muhibbin Syah (2004: 141), prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Sedangkan menurut Lukman Ali

dkk (1995: 768), bahwa Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai atau yang telah dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian. Dari pengertian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang dicapai. Adapun tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik adapula yang memiliki prestasi belajar yang buruk, tergantung bagaimanakah siswa itu dalam belajarnya. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajarnya akan mendapat prestasi yang baik dan memuaskan, dan siswa tersebut akan lebih baik dan giat dalam belajarnya. Berbeda dengan siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajarnya akan mendapatkan prestasi belajar yang buruk sehingga tidak memuaskan hatinya. Prestasi belajar dapat diukur dan dievaluasi langsung dengan tes dan hasil inilah yang disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubaha tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kebiasaan, perubahan kualitas penguasaannya. Prestasi belajar dapat juga digunakan untuk mengetahui kualitas materi pelajaran yang diberikan sampai di mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Selain itu prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar yang bisa menentukan perubahan sikap. 2.4.1 Pengertian Evaluasi Masalah evaluasi bukan merupakan hal yang asing bagi dunia kependidikan, lebih-lebih bagi seorang guru yang tugas utamanya mengajar. Guru setelah selesai menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada siswa kemudian melaksanakan evaluasi untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan yang

diajarkannya. Definisi pengukuran dan evaluasi, pengukuran dapat dirumuskan sebagai kegiatan untuk menetapkan dengan pasti tentang luas, dimensi, atau kualitas seuatu, dengan membandingkan dengan ukuran tertentu. Sedangkan evaluasi adalah sebagai usaha untuk memberikan nilai terhadap hasil pengukuran tersebut (Hartoyo, 1989 :4). Apabila kedua definisi tersebut diterapkan dalam pengukuran hasil belajar maka diperoleh pengertian sebagai berikut : Mengukur akan diperoleh skore tertentu, dan dengan mengevaluasi akan diintepretasikan apakah seorang siswa yang memperoleh skore tertentu tersebut tergolong anak yang pandai atau bodoh menurut norma tertentu. Dari pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa dalam pengukuran akan berhubungan dengan kuantitatif / angka, sedangkan dalam evaluasi berhubungan dengan kualitatif / kualitas tertentu. 2.5 Pengertian Alat Peraga Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsipprinsip dalam matematika. Dengan alat peraga hal-hal yang abstrak itu dapat disajikan dalam bentuk model.model berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang diputarbalikkan sehingga mudah dipahami.

Tugas utama seorang guru adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Rooijakkers, 1982 :1). Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dari uraian di atas berarti dalam mengajar guru dituntut agar mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik. Selain itu guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Banyak cara yang dapat dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Salah satu cara yang dapat dipergunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Pembelajaran dengan alat peraga, maksudnya adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. Alat peraga akan sangat mudah sekali penggunaanya apabila dipersiapkan, dirancang dan dipergunakan sebagai alat bantu sendiri. Dalam pembuatan alat peraga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, untuk memilih, mempersiapkan bahan, pengayaan atau penjelasan. Pergunakan kesempatan yang baik dalam menggunakan alat peraga sehingga ada respon yang positif dari siswa, sehingga dapat melatih daya pikir dan perkembangan siswa. Namun demikian manfaat lain dari alat peraga bisa dipergunakan dilain waktu atau apabila materi pembahasan sama.

2.5.1. Jenis- jenis Alat Peraga yang Dipakai Pada dasarnya anak belajar melalui benda kongkrit. Untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau media. Benda-benda tersebut biasanya disebut dengan alat peraga.. Penggunaan alat peraga tidak hanya pembentukan konsep anak, tetapi dapat pula digunakan utuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Beberapa macam alat peraga pembelajaran matematika antara lain: a. Alat peraga Kekekalan Luas Luas daerah persegi panjang, luas daerah persegi, luas daerah segitiga, luas daerah lingkaran, dalil Pythagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan balok, luas permukaan limas, tangram. b. Alat Peraga Kekekalan Panjang Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung dan batang Cuisenaire. c. Alat Peraga Kekekalan Volume Blok Dienes, volume kubus, volum balok, volum prisma, volum tabung, volum kerucut, volum bola. d. Alat Peraga Kekekalan Banyak Abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat. e. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan Uang logam, dadu, gasingan, paku payung, kartu, distribusi Galton (sesatan hexagon). f. Alat Peraga untuk Pengukuran

Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahowk, jepit bola, spereometer. g. Bangun-Bangun Geometri Macam-macam model bangun geometri. h. Alat Peraga Untuk Permainan Dalam Matematika Mobius, aritmetika jam, kartu domino, kartu penebak hati. 2.5.2 Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga 1. Papan Flanel Fungsi/Kegunaan : Sebagai sarana atau alat bantu guru untuk memperagakan topik-topik yang menggunakan peraga yang dibuat dari kain flanel atau berlapiskan busa tipis. Petunjuk kerja : a. Sebelum digunakan, sikatlah papan flanel terlebih dahulu dengan sikat yang lembut agar bulu-bulu papan flanel tidak menggumpal. b. Guru mendemonstrasikan peraga-peraga yang terbuat dari kain flanel atau kartu-kartu yang berlapiskan busa dengan menempelkan ke papan flanel sesuai dengan topik yang dibawakan. 2. Pengenalan Lambang Bilangan Peraga pengenalan lambang bilangan terdiri dari bermacam-macam kartu bergambar dan kartu angka yang pada bagian belakangnya dilapisi dengan busa tipis. Digunakan bersama-sama dengan papan flanel. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 2.3.Pengenalan konsep bilangan Fungsi/kegunaan : Pengenalan konsep bilangan a. Tempelkan sejumlah kartu bergambar buah atau binatang yang sejenis pada papan flanel. b. Jodohkan dengan lambang bilangan yang senilai dengan banyaknya buah atau binatang dalam kartu tersebut. 3. Kartu Bilangan Fungsi/kegunaan : Untuk menambah ketrampilan siswa dalam memahami atau mendalami suatu materi. Petunjuk kerja : 1. Permainan ini dimainkan oleh 2, 3 atau 4 pemain. 2. Aturan permainan sama dengan permainan kartu domino 3. Kartu dikocok dan dibagi rata kepada peserta 4. Satu kartu diletakkan terbuka ditengah 5. Secara bergiliran pemain menyambung susunan kartu dengan syarat sisi kartu yang menyambung memiliki pengertian yang sama. Contoh: 1 3 1 2 1 4 6 8 7

1 4 50% 1 2 75% 3 4 25% Gambar 2.4.Contoh kartu bilangan 6. Pemain yang tidak memiliki kartu yang sesuai kehilangan gilirannya. Pemenang adalah yang menghabiskan kartu terlebih dahulu. 7. Jika tidak ada pemain yang dapat melangkah, maka pemenangnya adalah pemaian yang memegang kartu paling sedikit. 4. Pembuatan Kartu Permainan (Domino) Kegunaannya : Untuk menambah ketrampilan siswa setelah mendalami/memahami suatu topik tertentu. Cara pembuatannya : Satu set kartu jumlahnya harus 28 lembar untuk itu kita perlu membuat daftar yang terdiri dari 8 baris dan 7 kolom berarti ada 56 kotak ( nilai ) 0 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 A B C D E F G 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 A 2 2 H 3 2 I 4 2 J 5 2 K 6 2 L 7 2 M 8 2 B 3 3 H 4 3 N 5 3 O 6 3 P 7 3 Q 8 3 R 9 3 C 4 4 I 5 4 N 6 4 S 7 4 T 8 4 U 9 4 V 10 4 D J O S W X Y

5 5 6 5 7 5 8 5 9 5 10 5 11 5 E 6 6 K 7 6 P 8 6 T 9 6 W 10 6 Z 11 6 A 12 6 F 7 7 L 8 7 Q 9 7 U 10 7 X 11 7 Z 12 7 B 13 7 G M R V Y a B Gambar 2.5. Permainan Kartu Domino Sehingga terlihat bahwa pada kolom 1 ada 8 nilai yang bervariasi di mana nilainya sama (misal kolom 1 nilainya 0, kolom 2 nilainya 1 dan seterusnya). Setelah 56 kotak (nilai) terisi semua baru kita beri tanda huruf -huruf dengan aturan seperti diatas. Kemudian baru kita masukkan kedalam kartu-kartu kosong sesuai dengan huruf dalam kotak. Perhatikan contoh berikut : Kartu A Kartu B Kartu C 0 0 1 1 1 0 2 1 2 0 3 1 Sehingga setiap set kartu terdapat 28 lembar. 1. Satu set kartu jumlahnya tidak harus 28 lembar. Jumlah kartu bisa 21 lembar, 25 lembar, 36 lembar, atau sejumlah fungsi yang akan dibedakan. Contoh : Topik : Mengubah persen kedalam pecahan biasa Kita tulis bentuk persen pada bagian kiri dan bentuk pecahan yang senilai dengan bentuk persen pada kolom sebelah kanan, I 100% 1 A II 75% 3 B 4

III 50% IV 25% V 20% VI 10% Selanjutnya dipasangkan : 1 C 2 1 D 4 1 E 5 1 F 10 Sehingga jumlah kartu seluruhnya ada 6 6 = 36 kartu Cara Penggunaannya : - Permainan ini dimainkan oleh 2, 3, 4 atau 6 orang pemain. - Bagikan kartu domimo yang khusus dibuat untuk permainan ini, sampai habis terbagi untuk masing-masing pemain - Pemain pertama meletakkan sebuah kartu di meja ( undilah siapa yang jadi pemain pertama ) - Dengan urutan sesuai arah jarum jam para pemain mejatuhkan satu kartu pada setiap gilirannya - Nilai kartu yang dipasangkan ( dijatuhkan ) diseuaikan dengan nilai kartu - yang ada ( yang dijatuhkan ) sampai pemain tidak memiliki kartu lagi. - Pemenangnya ialah yang pertama-tama dapat menghabiskan kartunya. Contoh : a) Pengurangan 2 2 1 0 4 3 3 1 6 4 5 2 3 0 1 0

b) Persen c) Pecahan 75% 20% 25% Contoh : Permainan Kartu Pecahan Senilai Tabel 2.1 Permainan kartu untuk pecahan Senilai 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 2 2 2 2 2 2 2 4 6 6 6 8 10 12 3 3 3 3 3 3 3 6 9 12 15 18 21 24 4 4 4 4 4 4 4 8 12 16 20 24 24 32 5 5 5 5 5 5 5 10 15 20 25 30 35 40 6 6 6 6 6 6 6 12 18 24 30 36 42 48 7 7 7 7 7 7 7 14 21 28 35 42 49 56 8 8 8 8 8 8 8 16 24 32 40 48 56 64 5. Blok Pecahan A. Bentuk dasar lingkaran. I. Fungsi / Kegunaan : Menanamkan konsep : 1. Pecahan adalah hal yang tidak utuh

2. menyatakan pecahan ke bentuk lain yang ekuivalen 3. menyederhanakan pecahan 4. membandingkan dua pecahan II. Cara kerja : Dalam membarikan penanaman konsep guru melakukannya dengan tahapantahapan sebagai berikut : 1. Konsep pecahan sebagai hal yang tidak utuh - peragakan konsep bilangan bulat 1 dengan menempelkan lingkaran satuan ke papan flanel. - tengahan yang dirangkai membentuk lingkaran satuan ( ditempelkan di papan flanel). Kemudian kedua tengahan itu kita pisahkan dengan cara menggeser. Katakanlah bahwa masing- Gambar 2.6 Blok bilangan pecahan 1/2 - Lakukan hal yang sama untuk memperagakan bilangan-bilangan lain seperti 1/3, ¼, dan 1/5

Gambar 27 Blok bilangan pecahan 1/3 2. Menyatakan pecahan ke bentuk lain yang ekuivalen (pecahan yang senilai) Contoh : ½ dapat dinyatakan sebagai 2/4 dengan cara : - letakkan pecahan ½ kemudian di atasnya letakkan pecahan 2/4. - Setelah dihimpitkan terlihat bahwa kedua pecahan tersebut sama. - Gambar pecahan yang dihimpitkan. ½ dapat dinyatakan sebagai 3/6 dengan cara : - letakkan pecahan ½ kemudian di atasnya letakkan pecahan 3 /6 - Setelah dihimpitkan terlihat bahwa kedua pecahan tersebut sama. 2/3 dapat dinyatakan sebagai 4/6 - letakkan pecahan 2/3 kemudian di atasnya letakkan pecahan 4/6 - setelah dihimpitkan terlihat bahwa kedua pecahan tersebut sama - Diperoleh 2/3 = 4/6. Setelah diberikan beberapa contoh lain, diperoleh kesimpulan bahwa : - suatu pecahan tidak berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dikalikan dengan bilangan yang sama.

- Suatu pecahan bisa disederhanakan dengan cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama, dengan syarat pembaginya 3. Membandingkan dua pecahan Contoh : ½... 1/3 gambar pecahan ½, gambar pecahan 1/3, dihimpitkan, diperoleh ½ > 1/3 4/5... 5/6 gambar pecahan 4/5, gambar pecahan 5/6, dihimpitkan, diperoleh 4/5 < 5/6. Untuk menjawab tanpa menggunakan alat peraga (diberikan setelah penanaman konsep dengan alat peraga diperagakan) dilakukan dengan cara menyamakan penyebut kedua pecahan. 4 5... 5 6 4 6 5 5 x X 5 6 6 5 Kedua ruas disamakan penyebutnya 24 25 30 30 24 25 < 30 30 a. Bentuk Persegi Panjang

Gambar 2.6. Pecahan dalam bentuk persegi panjang Kegunaan : 1. Dapat digunakan juga untuk penanaman konsep membandingkan dua pecahan, menyatakan pecahan ke bentuk lain yang senilai dan menyederhanakan pecahan, hanya saja agak sulit untuk memberikan konsep bahwa pecahan adalah sesuatu yang tidak utuh. 2. Cara kerja : Sejalan dengan bentuk dasar lingkaran. 2.6 Kerangka berfikir Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa dengan mudah menerima dan memahami materi pelajaran. Siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik dan maksimal. 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: pembelajaran Matematika menggunakan alat peraga maka prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Sukaraja dapat meningkat