Penerapan Gaya Desain Modern Natural pada Perancangan Interior Museum Teh di Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Interior Kafe Pada House Of Batman di Surabaya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB III STUDI LAPANGAN

Perancangan Interior Perpustakaan Umum di Surabaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

Repetizione con Moto pada Interior House of Music di Surabaya

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB III KAJIAN LAPANGAN

Konsep Lantai. Studio Balet. Area Lobby. Perpustakaan. Tugas Akhir. Perancangan Interior Sekolah Balet di Surabaya dengan Nuansa Fairy

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

Putih Abu Hitam Coklat

Perancangan Interior Galeri Batik Semar di Surabaya

Penerapan Konsep Outer Space Garden pada Perancangan Interior Viola Florist Centre di Surabaya

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

Sistem Pelayanan Terbuka Pada Interior Perpustakaan Umum di Kota Semarang

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-133

Perancangan Interior Pusat Terapi dan Sekolah Anak Autis di Surabaya

PERANCANGAN RUANG DALAM

Perancangan Interior Fasilitas Studio Program Studi Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra

Desain Interior Outlet Batik Dengan Konsep Wisata Budaya dan Belanja Bernuansa Kolonial

`Desain Interior Galeri Rumah Batik dengan Konsep Jawa Timur Kontemporer sebagai Sarana Workshop dan Edukasi

BAB V. PENGOLAHAN INTERIOR DENAH KHUSUS

Studi Antropometri TEMPAT DUDUK HAIR TREATMENT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Teh merupakan salah satu minuman terkenal di dunia yang terbuat dari daun

Desain Interior Kate s Home Sebagai Ritel dan Sarana Komunitas dengan Tema Victorian

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

BAB V PENUTUP. Dari tinjauan dan analisa pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

Desain Interior Restoran Seafood Layar Bukit Mas dengan Konsep Modern Country di Surabaya

Aplikasi Konsep Black and Grey pada Brand Galeri Kent Tattoo studio di Surabaya

PERANCANGAN INTERIOR QUEEN GRAPHIC HOUSE PADANG PANJANG SUMATERA BARAT. Amry Diza jade. Abstrak

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

Interior Museum Permainan Anak-Anak Tradisional Jawa di Surabaya

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN

EKSTERIOR SIANG HARI

Komentar, Kritik dan Saran dari Diskusi Sidang Tugas Akhir (13 Juli 2011)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

JURNAL INTRA Vol. 5, No. 2, (2017) Perancangan Interior Perpustakaan Fasilitas Multimedia di Surabaya

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Beberapa simpulan dari hasil perancangan ini adalah:

Perancangan Interior Pusat Rekreasi Indoor Green Park di Surabaya

PENERAPAN MATERIAL FINISHING INTERIOR KAFÉ DI TEMBALANG, SEMARANG

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

Perancangan Interior Studio Program Studi Desain Interior Gedung P2 Universitas Kristen Petra di Surabaya

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Desain Interior Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

Pengaruh Interior Toko Oen Malang terhadap Perilaku Pengunjung

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

Desain Interior Kantor PT. Insastama dengan Konsep Industrial Modern

Perancangan Interior Magnum Kafe di Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1. Desain Interior Furniture Store di Surakarta dengan Konsep Industrial Modern PENDAHULUAN

Eksotisme & GALLERY. Vol. 13 No. 05 Mei 2012

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB III PERMASALAHAN & DATA SURVEY PEMBANDING

Perancangan Interior Arts Center dengan Pendekatan Ruang Fleksibel

Transkripsi:

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Penerapan Gaya Desain Modern Natural pada Perancangan Interior Museum Teh di Surabaya Andrie Wardhana Lokito, Sriti Mayang Sari Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: andrienjcc@gmail.com ; sriti@petra.ac.id Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman teh terbesar di dunia. Namun, Indonesia tidak memiliki suatu wadah untuk menginformasikan tentang tanaman teh khususnya di Surabaya. Kurangnya minat masyarakat Surabaya untuk pergi ke museum juga menjadi masalah tersendiri akibat dari museum-museum yang terdapat di Surabaya kurang menarik dan masyarakat Surabaya lebih memilih menghabiskan waktu untuk rekreasi di mall. Perancangan interior museum teh di Surabaya ini bertujuan untuk menyediakan suatu wadah untuk mengenalkan tanaman teh serta menjadi salah satu tempat rekreasi yang berbasis edukasi kepada masyarakat Surabaya. Desain interior museum teh ini memiliki gaya desain yang berbeda dari museum-museum yang terdapat di Surabaya, yaitu dengan menerapkan gaya desain modern natural, serta menjadi satu-satunya museum di Indonesia yang letaknya di dalam mall. Kata Kunci : Museum Teh, Perancangan, Museum, Teh Abstrac Indonesia is one of the largest tea producer in the world. However, Indonesia doesn t have a place to give an information about the tea plants especially in Surabaya. The lack of interest of the people of Surabaya to go to the museum is also a problem due to the museums in Surabaya are less attractive and the people in Surabaya prefer to spend their leisure time at the mall. Interior design of a tea museum in Surabaya aims to provide a place for introducing tea plants as well as becoming one of the recreational place based in education to the people of Surabaya. Interior design of the tea museum has a different design style from the other museums in Surabaya, that is with the application of modern natural design style, also being the only museum in Indonesia, which is located in the mall. Keyword Tea Museum, Design, Museum, Tea T I. PENDAHULUAN anaman teh merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dikonsumsi oleh seluruh masyarakat di Indonesia setelah air putih. Seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi tanaman teh ini sebagai minuman teh, baik kaya, miskin, dari dewasa hingga anak kecil minum teh. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman teh terbesar nomor 7 di dunia. Negara-negara penghasil tanaman teh terbesar lainnya seperti China, Srilanka, dan Korea memiliki wadah berupa museum untuk menginformasikan jenis-jenis tanaman teh yang negara tersebut hasilkan. Tetapi di Indonesia tidak terdapat suatu wadah yang digunakan untuk menginformasikan tentang tanaman teh khususnya di Surabaya. Di Surabaya belum terdapat museum teh dimana penduduk Surabaya masih banyak yang belum mengenal tanaman teh. Masyarakat Surabaya hanya menikmati teh sebagai pelepas dahaga atau sebagai pendamping makanan tanpa mengetahui tanaman teh lebih detail. Selain tidak mengetahui tanaman teh, masyarakat Surabaya juga minim minat untuk ke museum, dimana masyarakat Surabaya lebih senang ke mall, dan menghabiskan waktu dengan pergi ke cafe. Surabaya merupakan kota terbesar nomer dua di Indonesia. Surabaya yang juga merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Timur. Dikenal dengan sebutan "Kota Pahlawan". Banyak turis domestik maupun mancanegara yang datang ke Surabaya, sehingga dapat menambah pendapatan daerah. Selain itu desain interior pada museum-museum yang telah ada masih dianggap kurang memadai. Oleh karena itu, adanya desain interior yang menarik dan lokasinya di mall berbeda dari museum lainnya akan memberi nilai tambah pada suatu museum, disamping dari kualitas edukasi yang diberikan. Pembahasan dari penulisan ini adalah menguraikan bagaimana penerapan perancangan interior museum teh yang dapat menyediakan wadah untuk edukasi serta rekreasi untuk masyarakat khususnya di Surabaya dengan gaya desain modern natural. II. METODE PERANCANGAN Perancangan interior pada umumnya memiliki kompleksitas permasalahan yang relatif tinggi, maka metode yang paling cocok digunakan adalah metode analitis. Hal ini mengacu pada metodologi desain [3] sebagai formulasi dari apa yang dinamakan berpikir sebelum menggambar (thingking before drawing). Dalam metode analitis ini hasil rancangan akan sangat dipengaruhi oleh proses yang dilakukan sebelumnya. Proses tersebut meliputi penetapan masalah, pendataan lapangan, literatur, tipologi, analisis pemrograman, sintesis, skematik desain, penyusunan konsep dan perwujudan.[1]

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 III. KONSEP Konsep perancangan interior Museum Teh ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tanaman "Teh". Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia Sinensis dengan air panas. Teh terdiri dari daun dan ranting, yang dapat diterapkan ke desain dalam bentuk warna dan material. Daun memiliki warna hijau dan coklat, sedangkan ranting merupakan kayu. Tanaman teh juga terdiri dari pucuk dan pokok, dimana yang paling nikmat untuk dinikmati adalah pada bagian pucuk, sehingga dalam penerapan desain mempengaruhi pembagian area atau ruang pada museum. seperti misalnya area cafe lebih tinggi daripada area pamer, karena cafe tempat pengunjung menikmati teh sedangkan area pamer tempat dimana pengunjung melihat tanaman teh. Teh tumbuh didaerah pegunungan yang memiliki suhu rendah serta mendapat cahaya matahari yang tidak terlalu panas, sehingga dapat diterapkan kepada pencahayaan didalam perancangan museum, sedangkan penanaman tanaman didaerah pegunungan menggunakan teknik terasering, apabila diterapkan dalam perancangan interior museum teh mempengaruhi pola lantai serta ketinggian dari lantai museum. Nuansa yang terdapat diperkebunan teh merupakan nuansa alam dan terbuka, berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang tertutup, sehingga penerapan kedalam perancangan yaitu berupa perancangan yang open space, dalam arti tidak ada terdapat partisi atau dinding penutup yang menghalangi dalam pembagian area, serta menggunakan material-material alam berupa batu, kayu, dll. Gaya desain yang diterapkan dalam Perancangan Museum Teh di Surabaya adalah Gaya desain natural. Gaya desain ini sesuai dengan tema Perancangan Interior Museum Teh di Surabaya yaitu The Essential of Nature (Essential artinya nilai dasar, Nature artinya alam) [4], sehingga gaya desain natural menampilkan suasana alam pada museum dengan karakter ruang yang tenang. Menggunakan material-material alam seperti kayu, batu alam yang di-finishing clear sehingga keaslian tekstur dari material tersebut dapat terlihat dan tidak merusak bahan, serta menggunakan tanaman dibeberapa area sebagai penunjang. Gambar 1. Layout Objek Perancangan Pola Lantai terbentuk dari bentuk kebun teh yang berpetakpetak dan untuk permainan ketinggian lantai dari tanaman teh yang terdiri dari akar, pokok dan pucuk. Material menggunakan parquet kayu, rangka aluminium, kaca, dan batu alam kerikil. Gambar 2. Rencana Lantai Objek Perancangan Pola lafon merupakan cerminan dari rencana lantai dengan permainan ketinggian plafon. Bentukan dari plafon juga berfungsi sebagai penunjuk arah kepada pengunjung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Objek Perancangan terdiri dari lobby, waiting area, museum, cafe, workshop, dan merchandise shop. Bentukan layout terinspirasi dari kebun teh, dimana kebun teh berbentuk berpetak-petak dan berbaris, sehingga dalam penerapan kedalam layout, penataan perabot yang berbaris seperti tanaman teh. Gambar 3. Rencana Plafon Objek Perancangan

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3 a. Resepsionis b. Museum Gambar 4. Reception Gambar 6. Museum Gambar. 5. Lobby & Introduction Area Analisis Resepsionis & Lobby Dinding menggunakan material Resin dengan tekstur bata berwarna putih dan tekstur batu alam andesit, kayu serta kaca. Menggunakan material resin dengan pertimbangan dinding partisi mall yang tidak boleh bersifat pemikul dan tidak boleh menggunakan material mudah terbakar. Menggunakan kaca agar terkesan terbuka sesuai dengan konsep dari tanaman teh yang tumbuh diperkebunan yang bersifat terbuka, menggunakan warna coklat memberikan kesan natural dengan finishing clear. Warna putih memberikan kesan luas, bersih dan rapi. Sering diartikan tidak berwarna. Memiliki makna murni, bersih, kesederhanaan, dan kejernihan. Namun juga dapat terlihat sebagai kekosongan dan kebosanan. Penggunaan warna putih dibidang yang luas dalam desain telah membuat warna ini sebagai simbol pergerakan modern untuk menyongkong atau melawan prinsip - prinsip modernitas [2]. Plafon menggunakan multiplek, rangka aluminium dengan finishing cat putih dan permainan ketinggian plafon pada area receptionis untuk mempertegas pembagian area. Lantai pada area lobby dan reception merupakan area pertama yang didatangi oleh pengunjung, sehingga lantai pada area ini merupakan yang paling rendah. Sesuai dengan konsep dari tanaman teh yang terdiri dari akar, pokok, dan pucuk. Seluruh lantai pada area lobby dan reception menggunakan material parket dengan warna sama agar tidak terkesan ramai. Gambar 7. Museum Gambar 8. Museum Analisis Museum Dinding museum terbuat dari kaca pada sisi kiri museum dan untuk pembagian area pada museum menggunakan sistem display seperti pada pokok-pokok teh di kebun yang sejajar dan tidak menghalangi pandangan. sehingga terkesan open space walaupun ada display yang membagi area. Plafon menggunakan material rangka aluminium, akrilik, dan lampu. permainan rangka aluminium yang direpetisi serta terdapat lampu yang terkesan menunjuk arah pada area museum, sehingga pengunjung secara tidak langsung mengetahui arah yang akan dituju berikutnya. Terdapat permainan ketinggian plafon pada area dimana pengunjung

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 melihat display, sehingga terkesan pembagian area yang jelas antara area tempat pengunjung menikmati objek pajangan dan pengunjung yang jalan. Lantai pada area museum lebih tinggi dari area lobby, karena area museum merupakan area yang hanya dinikmati dengan cara dipandang. sama seperti tanaman teh berupa pokok yang hanya dapat dinikmati dengan cara dipandang. Pada area museum terdapat 3 area berbeda. yang pertama menggunakan material kaca, batu alam, dan rangka aluminium yang berbentuk kotak-kotak seperti bentuk tanaman teh yang merupakan area tempat pengunjung jalan. Kedua menggunakan material parket dengan warna coklat tua sebagai area pengunjung berhenti untuk menikmati benda pajangan. Dan ketiga menggunakan material parket dengan warna coklat muda sebagai pembatas antara area pengunjung untuk jalan dan area untuk pengunjung menikmati benda pajangan. c. Kafe Analisis Kafe Dinding kafe menggunakan material resin dengan tekstur bata berwarna putih. Warna putih memberikan kesan luas, bersih dan rapi. Sering diartikan tidak bewarna. Memiliki makna murni, bersih, kesederhanaan, dan kejernihan. Namun juga dapat terlihat sebagai kekosongan dan kebosanan. Penggunaan warna putih yang, meluas dalam desain telah membuat warna ini sebagai symbol pergerakan modern untuk menyongkong atau melawan prinsip - prinsip modernitas [2]. Terdapat dinding pemisah antara area workshop dan kafe yang terbuat dari material kaca dan batu alam serta terdapat tanaman yang membuat area cafe terkesan lebih tenang dan nyaman. Plafon pada area kafe berbentuk seperti kebun teh. Memperjelas pembagian ruang serta sebagai pembentuk ruang. menggunakan material kayu dengan finishing clear sehingga terkesan natural dan tidak merusak bahan. Ketinggian lantai kafe merupakan yang tertinggi karena kafe merupakan area yang dinikmati seperti pada pucuk tanaman teh. pucuk terletak di bagian teratas pada tanaman teh. Lantai area kafe lebih gelap dari area lainnya agar terkesan pembagian ruang yang jelas serta memberikan kesan yang terpisah agar terkesan lebih nyaman dan tenang. Menggunakan material parket. d. Workshop Gambar 10. Kafe dan Mini Library Gambar 12. Workshop Gambar 10. Kafe dan Mini Library Gambar 11. Bar Analisis Workshop Dinding pada area workshop menggunakan kaca agar terkesan luas serta menjadi daya tarik untuk menarik pengunjung untuk masuk ke museum. serta terdapat dinding batu alam sebagai vocal point dengan permainan repetisi kayu yang difinishing clear dan mebggunakan lampu spot light sebagai aksen. Terdapat penurunan plafon pada area workshop untuk mempertegas pembagian area. menggunakan material kayu yang difinishing clear agar tidak meruak bahan serta berbentuk seperti area kebun teh. Lantai pada area workshop memiliki ketinggian sama dengan area kafe. karena area workshop juga merupakan area yang dinikmati dengan cara dikonsumsi. sama halnya dengan tanaman teh, yang dapat dikonsumsi hanya pada bagian pucuk yang merupakan bagian tertinggi pada tanaman teh. menggunakan material parket coklat muda agar terkesan nyaman dan hangat.

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5 e. Merchandise Store Gambar 13. Merchandise Store Analisis Merchandise Store Dinding pada area merchandise store hanya terdapat dibagian belakang display, sehingga pada sisi lainnya tidak terdapat dinding dan bersifat open space. Dinding menggunakan material resin dengan tekstur bata berwarna putih. Warna putih memberikan kesan luas, bersih dan rapi. Sering diartikan tidak bewarna. Memiliki makna murni, bersih, kesederhanaan, dan kejernihan. Namun juga dapat terlihat sebagai kekosongan dan kebosanan. Penggunaan warna putih yang, meluas dalam desain telah membuat warna ini sebagai symbol pergerakan modern untuk menyongkong atau melawan prinsip - prinsip modernitas [2]. Terdapat penurunan plafon pada area merchandise store, agar mempertegas pembagian area, karena perancangan museum ini bersifat open space, sehingga pembagian area dilakukan salah satunya dengan penurunan plafon. Plafon menggunkan material kayu yang difinishing clear. Lantai pada area merchandise store memiliki ketinggian yang sama seperti area kafe dan workshop, karena sama-sama dinikmati dengan cara dikonsumsi. Lantai menggunakan material parket. santai, sesuai kehendak penghuni. Seiring perkembangan teknologi, material wallpaper pun menjadi beragam. Tidak hanya dari kertas, tetapi juga ada yang terbuat dari vinyl, kain, plastik, bahkan jerami. (Serial Rumah: Dinding). Warna yang digunakan yaitu putih dengan aksen lampu. Warna putih memberikan kesan luas, bersih dan rapi. Sering diartikan tidak bewarna. Memiliki makna murni, bersih, kesederhanaan, dan kejernihan. Namun juga dapat terlihat sebagai kekosongan dan kebosanan. Penggunaan warna putih yang, meluas dalam desain telah membuat warna ini sebagai symbol pergerakan modern untuk menyongkong atau melawan prinsip - prinsip modernitas [2]. Plafon menggunakan material gypsum yang dicat putih. Warna putih memberikan kesan luas, bersih dan rapi. Sering diartikan tidak bewarna. Memiliki makna murni, bersih, kesederhanaan, dan kejernihan. Namun juga dapat terlihat sebagai kekosongan dan kebosanan. Penggunaan warna putih yang, meluas dalam desain telah membuat warna ini sebagai symbol pergerakan modern untuk menyongkong atau melawan prinsip - prinsip modernitas [2]. Lantai menggunakan karpet, karena karpet dapat meredam suara dari sisi akustik, sehingga menjaga area privasi, karena kantor merupakan area privasi. Warna yang digunakan yaitu warna coklat tua. Warna cokelat juga merupakan warna hangat dan memiliki dampak yang berasal dari warna asalnya seperti merah, kuning, dan oranye. Warna ini memiliki efek psikologis hangat dan menyenangkan tetapi juga berhubungan dengan tanah dan lumpur, namun perlu diwaspadai jika menggunakan warna cokelat terlalu banyak dan tidak dipadukan dengan warna lain yang memberi kesan semangat makan akan memberi efek depresi dan menjemukan. Lantai bertekstur doff, agar membuat kantor tidak berkesan terlalu formal. g. Main Entrance f. Kantor Gambar 14. Kantor Gambar 14. Kantor Analisis Kantor Dinding kantor menggunakan wallpaper. Wallpaper menawarkan berbagai jenis tekstur, pola, dan motif. Wallpaper memiliki tingkat konsistensi warna dan motif yang stabil hingga suasana ruang dapat menjadi berubah total. Suasana bisa menjadi dramatis, intim, hangat, formal, maupun Analisis Main Entrance Pintu masuk museum terbuat dari material kaca yang bertujuan untuk menarik pengunjung untuk masuk dengan menampilkan bagian lobby dan area tunggu. Shopfront dari museum harus sesuai dengan fitout guide yang berlaku di Lenmarc mall.

JURNAL INTRA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 V. KESIMPULAN Kurangnya minat masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Surabaya terhadap museum sangat mengkhawatirkan. Masyarakat Surabaya lebih suka menghabiskan waktu di mall daripada di museum. Dengan adanya Museum Teh yang letaknya di mall dapat memecahkan masalah kurangnya minat masyarakat Surabaya terhadap museum. Selain dari letaknya yang berada di mall, desain interior museum teh dengan gaya desain modern natural ini dapat memberikan suasana yang berbeda dari museum-museum yang ada di Surabaya sehingga menarik minat masyarakat Surabaya. Diharapkan selain menjadi sarana edukasi museum ini juga menjadi sarana rekreasi yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat Surabaya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.W.L mengucapkan terima kasih kepada ibu Sriti Mayang Sari selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak masukan dalam penulisan jurnal. DAFTAR PUSTAKA [1] A. Santosa. (2005, Desember). Pendekatan Konseptual Dalam Proses Perancangan Interior. [Online]. 3(2). pp.6-7. Available: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/int/article/view/16387/16379 [2] Hartman, Taylor. The Color Code. 1987 [3] Jones, John Chris. 1971. The State of the Art in Design Methods. DMG- DRS Journal. Vol. 7, No. 2 [4] Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1993.