1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya. Adapun salah satu teknik baru yang sedang berkembang ialah rekayasa jaringan (tissue engineering). Rekayasa jaringan ini dapat diterapkan dalam proses penyembuhan luka, dimana penyembuhan luka ini merupakan proses pergantian jaringan rusak atau mati dengan jaringan baru yang sehat dan fungsional seperti sedia kala (Robbins et al., 2007). Pada suatu rekayasa jaringan dibutuhkan tiga syarat utama, yaitu 1)Sel, 2) Sinyal Pertumbuhan, dan 3) Perancah (scaffold). Sel-jaringan yang mengalami injury berperan sebagai fokus penyembuhannya. Dalam penyembuhan kerusakan sel-jaringan sendiri ada 4 fase, yaitu: hemostasis, inflamasi, proliferasi, remodelling (Robson, 2006; Li, 2007). Untuk terjadinya keempat fase tersebut dibutuhkan faktor pertumbuhan (growth factor),dan hal itu didapat dari komponen darah yang berperan dalam penyembuhan luka, khususnya platelet. 1
2
Platelet mengandung faktor pertumbuhan seperti PDGF (Platelet Derivied Growth Factor), TGF-B (Transforming Growth Factor B), EGF (Epidermal Growth Factor), VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor), FGF-2 (Fibroblast Growth Factor), IGF (Insulin Growth Factor), dan lainnya (Knighton et al., 1990; Anitua et al., 2004). Kandungan growth factor yang tinggi pada platelet ini menjadi dasar dikembangkan suatu metode penggunaan Platelet Rich Plasma (PRP). Platelet Rich Plasma (PRP) dimulai di dunia kedokteran sejak tahun 1970 pada bidang bedah dan di tahun 1980 diperkenalkan sebagai terapi topikal alternatif penyembuhan luka. Platelet Rich Plasma (PRP) merupakan plasma darah yang mengandung platelet dengan konsentrasi tinggi dan berperan dalam membantu percepatan pertumbuhan jaringan baru melalui kandungan faktor pertumbuhan yang terkandung di dalamnya. Pada tempat terjadinya luka secara fisiologis juga akan terdapat cairan yang mengandung faktor-faktor pertumbuhan tersebut sebagai respon inflamasi, akan tetapi pada penelitian di beberapa kasus luka kronis ditemukan adanya penurunan jumlah faktor pertumbuhan (Cooper et al., 2005). Hal tersebut menunjukkan
pentingnya substitusi faktor pertumbuhan eksternal untuk mempercepat penyembuhan luka. Dalam penyembuhan luka perlu dipikirkan perancah (scaffold) yang digunakan sebagai tempat perlekatan platelet. Perancah (scaffold) itu sendiri merupakan suatu kerangka yang berperan sebagai microenvironment bagi sel yang akan melakukan adhesi, proliferasi, dan diferensiasi, yang pada akhirnya menghasilkan jaringan yang diharapkan (Dwikora, et. al., 2013). Regenerasi luka dengan baik memerlukan perancah agar Platelet Rich Plasma (PRP) tetap berada pada luka pada waktu yang cukup sehingga diharapkan faktor pertumbuhan yang ada dalam Platelet Rich Plasma (PRP) menempel pada perancah lalu dilepas secara perlahan hingga diserap oleh tubuh (Komobuchi et al., 2010). Sistem perancah dapat berupa perancah alami maupun sintetik. Perancah sintetik yang banyak digunakan ialah perancah berbentuk membran yang berbasis gelatin hydrogel (Komobuchi et al., 2010). Pada banyak penelitian yang berfokus pada metode penyembuhan luka, para peneliti lebih mementingkan persyaratan jaringan tubuh dan Platelet Rich Plasma (PRP) yang telah disebutkan sebelumnya, namun tidak
banyak yang mencoba memaksimalkan persyaratan mengenai perancah (scaffold), padahal pemilihan perancah secara maksimal dapat pula mengoptimalkan metode pengunaan Platelet Rich Plasma (PRP) tersebut. Setelah semua syarat tersebut terpenuhi, tentunya metode pengaplikasian Platelet Rich Plasma (PRP) pun juga penting untuk diperhatikan agar di dapatkan hasil yang cepat dan optimal. Pada penelitian ini diuji perancah sintetik berbasis CaCO 3 -Gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% dengan metode celup dan tetes. Platelet pada Platelet Rich Plasma (PRP) diharapkan akan banyak terikat pada membran perancah tersebut, Efektivitas perancah tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah platelet yang melekat pada perancah. Untuk itu pengujian perancah sintetik berbasis CaCO 3 -Gelatin penting dilakukan untuk mengetahui efektivitasnya dalam perlekatan platelet, yang nantinya apabila terbukti efektif, dapat mengoptimalkan penerapan Platelet Rich Plasma (PRP) pada proses penyembuhan luka. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah efektivitas inkorporasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 - gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% dengan metode celup dan tetes? 2. Bagaimanakah distribusi perlekatan platelat pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 -gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% dengan metode celup dan tetes? 3. Manakah metode yang lebih efektif digunakan pada inkorporasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 -gelatin konsentrasi kandungan 5/5 wt% dan 6/4 wt%? I.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efektivitas inkorporasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 - gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% dengan metode celup dan tetes 2. Mengetahui distribusi perlekatan platelat pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 -gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% dengan metode celup dan tetes 3. Mengetahui metode manakah yang lebih efektif digunakan pada inkorporasi Platelet Rich Plasma
(PRP) pada perancah sintetik berbasis CaCO 3 -gelatin konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt% I.4 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengujian efektivitas perancah sintetik sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Shell et al (2011), pada penelitiannya didapatkan bahwa faktor pertumbuhan berpengaruh pada bioaktivitas perancahnya dan bermakna bagi aplikasi rekayasa jaringan. Penelitian Willerth et al (2007) melakukan pengujian perancah sintetik dan perancah alami namun bukan sebagai alat bantu dalam mengaplikasikan Platelet Rich Plasma (PRP) dan faktor pertumbuhannya melainkan untuk pengantaran obat pada jaringan saraf (otak, spinal cord, dan saraf perifer). Suatu penelitian karya Greisler et al (2010) melakukan observasi perancah alami yang berbasis kolagen tipe I sebagai jaringan vaskular serta melihat interaksinya dengan sel tubuh.
Penelitian yang terkait juga dilakukan oleh Hasibuan et al,(2010), dalam penelitiannya dilihat efek langsung dari aplikasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada jaringan kulit. Penelitian yang lain dilakukan oleh Silvia (2013) di penelitian tersebut Platelet Rich Plasma ditambahkan calcium chloride terlebih dahulu kemudian diaplikasikan pada perancah sintetik yang berbasis gelatin-hidrogel namun hasilnya tidak terbukti optimal dalam pengembalin fungsi motorik saraf yang terluka. Mengenai inkorporasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada perancah sintetik membran berbasis CaCO 3 -gelatin konsentrasi 5/5 w% dan 6/4 w% dengan metode celup (impregnansi) dan tetes (drop), belum pernah dilakukan sebelumnya. I.5 Manfaat Penelitian 1. Akan diperoleh Informasi ilmiah mengenai efektivitas suplementasi Platelet Rich Plasma (PRP) pada perancah sintesis berbasis CaCO 3 dengan konsentrasi 5/5 wt% dan 6/4 wt%.
2. Dapat menjadi dasar dalam penelitian tentang pengujian perancah sintesis dengan inkorporasi Platelet Rich Plasma (PRP) untuk selanjutnya. 3. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai Platelet Rich Plasma (PRP) dan rekayasa jaringan dalam hubungannya dengan optimalisasi proses penyembuhan luka.