EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)DAN LEARNING TOGETHER (LT) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Nurholis Hafid Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: nurholishafid@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa dengan (1) model TS-TS lebih baik dari pada LT. (2) komunikasi matematis tinggi lebih baik dari pada siswa rendah. (3) model TS-TS pada komunikasi matematis tinggi lebih baik dari pada siswa rendah. (4) model LT pada komunikasi matematis tinggi lebih baik dari siswa rendah. (5) komunikasi matematis tinggi pada siswa TS-TS lebih baik dari pada LT. (6) komunikasi matematis rendah pada siswa TS-TS lebih baik dari pada LT. (7) interaksi antara model dan komunikasi matematis. Metode penelitiannya adalah metode eksperimental semu dengan variabel bebas model pembelajaran dan komunikasi matematis. Analisis data mengunakan anava dua jalan dengan sel tak sama. Taraf signifikansinya sebesar 5%. Hasil dari uji anava adalah prestasi belajar siswa dengan (1) model TS-TS lebih baik dari pada LT. (2) komunikasi matematis tinggi dan rendah adalah sama. Dengan melihat hasil uji Scheffe pada uji pasca anava maka diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa dengan (3) model TS-TS pada siswa dengan komunikasi matematis tinggi dan rendah adalah sama. (4) model LT pada siswa dengan komunikasi matematis tinggi dan rendah adalah sama. (5) komunikasi matematis tinggi pada siswa dengan model TS-TS dan LT adalah sama.(6) komunikasi matematis rendah pada siswa dengan model TS-TS lebih baik dari pada LT. (7) ada interaksi antar model dan komunikasi matematis. Kata kunci: Two Stay-Two Stray (TS-TS), Learning Together (LT), prestasi belajar, komunikasi matematis PENDAHULUAN Salah satu dari standar proses pembelajaran adalah komunikasi. Komunikasi dalam hal ini tidak sekedar komunikasi secara lisan atau verbal tetapi juga komunikasi secara tertulis. Komunikasi secara lisan dan tertulis termuat dalam komunikasi matematis. National Council of Teachers of Mathematics (2000:60) dikutip dari Jamilah,dkk (2013:82) menyatakan bahwa: Kemampuan komunikasi matematis siswa dirasakan penting karena melalui komunikasi, siswa mampu mengungkapkan ide matematik baik secara lisan maupun tulisan, mampu bertukar gagasan baik sesama siswa maupun antara siswa dan guru, serta mengklarifikasi pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pembelajaran. 38
Berdasarkan hasil observasi di kelas X IPA 1 - X IPA 3 SMA Negeri 1 Pejagoan pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015 dan wawancara dengan guru matematika, diperoleh informasi bahwa: (1) kemampuan siswa dalam membaca dan membuat grafik pada konsep pertidaksamaan linier masih kurang. (2) kemampuan siswa dalam menyampaikan ide pemikiran dari permasalahan kontekstual (soal cerita) masih kurang. (3) Nilai Ulangan Harian tentang pertidaksamaan linier dari tiga kelas tersebut rata-rata masih 68.67% daya serap materinya. Dapat dilihat dari hasilnya untuk kelas X IPA 1 rata-ratanya 76.5, kelas X IPA 2 ratanya 78.6 dan kelas X IPA 3 rataratanya 76.2. Tujuan dari penelitian ini adalah:untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan (1) model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Together. (2) kemampuan komunikasi matematis tinggi lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis rendah. (3) model pembelajaran Two Stay-Two Stray pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi lebih baik dari siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah. (4) model pembelajaran Learning Together pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi lebih baik dari siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah. (5) kemampuan komunikasi matematis tinggi pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada model pembelajaran Learning Together. (6) kemampuan komunikasi matematis rendah pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada model pembelajaran Learning Together. (7) ada interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematis terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan menurut sumarmo (2012), beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis diantaranya (dikutipdari Husna, dkk (2013:85)) : (1) Menggunakan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, (2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik atau bentuk aljabar, (3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, (4) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, (5) Membaca prestasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan, (6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan 39
generalisasi. METODE PENELITIAN jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental research), Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pejagoan Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas X IPS semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes berbentuk essay. Dan teknik analisis data dengan menggunakan Ujin Analisis Variansi Dua Jalan. Jenis penelitiannya dalah Penelitian Eksperimen Kuantitatif. Dalam penelitian ini, digunakan rancangan penelitian faktorial 2 x 2 untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel Rancangan Penelitian Pendekatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Matematis Tinggi ( 1 ) Rendah ( 2 ) Two Stay Two Stray ( 1 ) () 11 () 12 Learning Together ( 2 ) () 21 () 22 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data tes prestasi belajar berdasarkan kelas belajar: Pada kelas eksperimen I, dari 36 siswa diperoleh nilai tertinggi 90,00 dengan skala 3,60 dan nilai terendah 61,67 dengan skala 2,47. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen I adalah 3,22 dengan standar deviasi 0,2970. Sedangkan pada kelas eksperimen II, dari 36 siswa diperoleh nilai tertinggi 90,00 dengan skala 3,60 dan nilai terendah 53,33 dengan skala 2,13. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen II adalah 2,77 dengan standar deviasi 0,3776.Data tes prestasi belajar berdasarkan komunikasi matematis: Pada siswa yang mempunyai komunikasi matematis tinggi, dari 32 siswa diperoleh nilai tertinggi 90,00 dengan skala 3,60 dan nilai terendah 56,67 dengan skala 2,27. Nilai rata-rata 32 siswa tersebut adalah 2,94 dengan standar deviasi 0,3837. Sedangkan pada siswa yang mempunyai komunikasi matematis rendah, dari 40 siswa diperoleh nilai tertinggi 90,00 dengan 40
skala 3,60 dan nilai terendah 53,33 dengan skala 2,13. Nilai rata-rata 40 siswa tersebut adalah 3,04 dengan standar deviasi 0,4194.Data tes prestasi belajar berdasarkan kelas belajar dan komunikasi matematis. Berdasarkan kelas belajar dan komunikasi matematis siswa, hasil tes prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kelas Belajar dan Komunikasi Matematis Keterangan Eksperimen I Eksperimen II Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tertinggi 3,53 3,60 3,60 3,20 Terendah 2,67 2,47 2,27 2,13 Rata-rata 3,09 3,29 2,85 2,68 STDEV 0,2988 0,2826 0,4053 0,3298 Banyak Siswa 12 24 20 16 Selanjutnya hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan. Tabel Hasil Analisis Variansi Dua Jalan. Sumber JK Dk RK F obs F a Kep Uji Model Pembelajaran (A) 0.835 1 0.835 6.320 4.000 Ho ditolak KomunikasMatematis (B) 0.0035 1 0.0035 0.026 4.000 Ho diterima Interaksi (AB) 0.537 1 0.537 4.062 4.000 Ho ditolak Galat (G) 8.200 62 0.132 Dari hasil analisis variansi diperoleh F obs untuk model pembelajaran berada di daerah penolakan Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Two Stray Two Stay (TS-TS) dan Learning Together (LT) terhadap prestasi belajar. Untuk variabel komunikasi matematis Fobs berada di daerah penerimaan Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh terhadap komunikasi matematis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Pada interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematis, diperoleh > yang artinya berada di daerah penolakan Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematis siswa terhadap prestasi belajar, maka diperlukan uji lanjut pasca anava. Pada uraian diatas telah dijelaskan bahwa uji lanjut pasca anava dilakukan pada model pembelajaran dan interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematis. Dengan metode Scheffe dapat diketahui ada tidaknya perbedaan efek masing-masing sel. Berikut ini tabel rataan dan jumlah rataan; 41
Tabel Rataan dan Jumlah Rataan MODEL KOMUNIKASI MATEMATIS Rataan TOTAL TINGGI RENDAH Marjinal TSTS 3.09 3.29 6.38 3.185 LT 2.85 2.68 5.53 2.765 JUMLAH 5.94 5.97 11.91 Rataan Marjinal 2.97 2.98 5.950 Dari hasil analisis variansi diperoleh keputusan uji H 0A ditolak. Karena dalam baris model pembelajaran hanya terdapat dua macam variable saja, maka untuk uji komparasi rerata antar baris tidak perlu dilakukan cukup dengan melihat rataan marjinalnya saja. Dari rataan marjinalnya diperoleh rataan kelas eksperimen I (Two Stray Two Stay). = 3.185 dan rataan kelas eksperimen II (Learning Together). = 2.765. Dari kedua rataan tersebut terlihat bahwa rataan kelas eksperimen I lebih tinggi dari pada rataan kelas eksperimen II. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Straylebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Together. Komparasi Tabel Uji Komparasi Rerata Antar Sel Kolom yang Sama ( ) 1 + 1 RKG F DK Keputusan µ11 vs µ21 0.057 0.1333 0.1322 3.234 8.25 H0 diterima µ12 vs µ22 0.372 0.1214 0.1322 23.178 8.25 H0 ditolak Dari hasil uji komparansi rerata antar sel kolom yang sama, dapat ditarik kesimpulan bahwa:prestasi belajar siswa dengan (a) kemampuan komunikasi matematis tinggi pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray dan model pembelajaran Learning Together adalah sama, (b) kemampuan komunikasi matematis rendah pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada model pembelajaran Learning Together. Komparasi Tabel Uji Komparansi Rerata Antar Sel Baris yang Sama ( ) 1 + 1 RKG F DK Keputusan µ11 vs µ12 0.040 0.133 0.1322 2.269 8.25 H0 diterima µ21 vs µ22 0.028 0.121 0.1322 1.800 8.25 H0 diterima 42
Dari hasil uji komparansi rerata antar baris, dapat ditarik kesimpulan bahwa: prestasi belajar siswa dengan (a) model pembelajaran Two Stay-Two Stray pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi dan siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah adalah sama, (b) model pembelajaran Learning Together pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi dan siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah adalah sama. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: prestasi belajar siswa dengan (1) model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Together, (2) kemampuan komunikasi matematis tinggi sama baik dari pada kemampuan komunikasi matematis rendah, (3) model pembelajaran Two Stay-Two Stray pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi dan siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah adalh sama,(4) model pembelajaran Learning Together pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi dan siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah adalah sama, (5) kemampuan komunikasi matematis tinggi pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray dan pada model pembelajaran Learning Together adalah sama, (6) kemampuan komunikasi matematis rendah pada siswa dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray lebih baik dari pada model pembelajaran Learning Together. (7) ada interaksi antara model pembelajaran dengan komunikasi matematis terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian penulis memberikan saran bagi guru dan tenaga pendidik harus mampu memberikan stimulus dan pembelajaran yang tepat bagi siswa. Dan pemilihan model pembelajaran yang tetap agar kemampuan komunikasi matematis siswa bisa berjalan dengan maksimal dalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Husna,dkk. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran 43
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang Volume 1.www.jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/download/1061/997. Jamilah, dkk.2013. Eksperimentasi Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Metode Discovery Learning Pada Materi Pokok Bentuk Aljabar ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis. Jurnal Pendidikan. 44