BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN PSIKIATRI DI TURKI

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

BAB 1. PENDAHULUAN. mood, khususnya gangguan ansietas. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

Ketika Stroke Terlanjur Menyerang

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian adalah ilmu kedokteran jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri semakin meningkat, dalam 45 tahun terakhir angka kejadian bunuh diri di dunia meningkat hingga 60% (Befrienders Worldwide, 2009). Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, bunuh diri terletak pada peringkat ke-7 untuk semua umur (CDC, 2010). Lebih dari 5.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu remaja setiap 90 menit (Kaplan, 2010). Data tentang insidensi di Indonesia sendiri belum jelas sehingga masih banyak dilakukan survei mengenai angka percobaan bunuh diri di Indonesia. Ide, isyarat dan usaha bunuh diri sering disertai gangguan depresi. Ide bunuh diri terbesar terjadi jika gangguan depresi sudah parah. De Catanzaro menemukan bahwa antara 67% hingga 84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah hubungan sosial dan hubungan dengan lawan jenis, terutama yang berkaitan dengan loneliness dan perasaan membebani keluarga. Adapun dua motivasi yang paling sering muncul dalam pikiran bunuh diri adalah untuk melarikan diri dari masalah dalam kehidupan dan untuk membalas dendam pada orang lain (Maris, et al 2000). Tapi seringkali didapatkan banyak usaha bunuh diri dengan sebab yang berbeda, sehingga banyak sekali hal yang bisa membuat seseorang ingin melakukan bunuh diri. Faktor budaya juga berpengaruh terhadap usaha bunuh diri. Seperti hara-kiri di Jepang, di Denmark bunuh diri merupakan jalan untuk bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai, di Swedia banyak orang melakukan bunuh diri akibat gagal dalam mencapai ambisinya, dan di India seorang istri yang ditinggal mati oleh suami akan menenggelamkan dirinya di sungai temoat abu suaminya dibuang (Maris, et al, 2000). Di Indonesia dengan beragam agama dan budaya, bunuh diri 1

adalah sesuatu hal yang berkonotasi negatif, namun masih banyak orang yang melakukan bunuh diri seperti contohnya dengan bom bunuh diri. Depresi seringkali disebut sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak semua orang yang melakukan usaha bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi tidak selalu melakukan usaha bunuh diri. Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang lainnya akan meningkatkan risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963) mengkaitkan dengan rasa duka setelah kehilangan seseorang yang dicintai karna kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang. Secara tidak sadar orang tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang yang dicintai. Pasien depresi menjadi objek kemarahan dan kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap orang yang meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang meninggalkannya terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan. Oleh karena banyaknya percobaan bunuh diri dengan penyebab dan faktorfaktor yang sangat bervariatif maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran dinamika percobaan bunuh diri pada pasien depresi berat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran dinamika terjadinya usaha bunuh diri pada pasien depresi berat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dinamika usaha bunuh diri pada pasien depresi berat. 2

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Untuk mendapatkan data yang komprehensif mengenai pasien yang mempunyai risiko bunuh diri. 1.4.2 Manfaat Praktis Untuk meningkatkan pengetahuan terhadap percobaan bunuh diri sehingga para tenaga medis dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap percobaan bunuh diri dan mencegah percobaan bunuh diri. 1.5 Landasan Teori Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri dan memilih untuk tidak ada, sedangkan percobaan bunuh diri adalah percobaan yang mengancam nyawa secara disengaja, ditimbulkan sendiri, yang belum sampai mengakibatkan kematian (Varcarolis, 2013). Tindakan ini termasuk dalam kedaruratan psikiatri (Kaplan, 2010). Faktor risiko dari bunuh diri antara lain (Kaplan, 2010). 1. Jenis kelamin: laki laki melakukan bunuh diri empat kali lebih sering dari pada perempuan, tetapi percobaan bunuh diri empat kali lebih sering pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. 2. Usia: angka bunuh diri meningkat seiring dengan usia. Laki-laki mempunyai insidensi puncak bunuh diri setelah usia 45 tahun, sedangkan perempuan pada usia setelah 55 tahun. 3. Ras: dua dari tiga kejadian bunuh diri dilakukan oleh laki-laki kulit putih. 4. Agama: angka bunuh diri pada Katolik Roma lebih rendah dibandingkan dengan populasi Protestan dan Yahudi. 5. Status perkawinan: perkawinan yang dilengkapi anak mengurangi risiko bunuh diri secara signifikan. 6. Pekerjaan: semakin tinggi status sosial seseorang semakin tinggi risiko bunuh diri pada orang tersebut. 3

7. Kesehatan fisik. 8. Kesehatan jiwa. 9. Pasien psikiatrik: Gangguan depresi seperti gangguan mood banyak melakukan bunuh diri jika sedang depresi. Skizofrenia: 10% pasien skizofrenia meninggal karena bunuh diri. Ketergantungan alkohol: 15% orang dengan ketergantungan alkohol meninggal karena bunuh diri. Ketergantungan zat, seperti heroin atau zat-zat lain yang dimasukkan secara intravena Gangguan kepribadian: gangguan kepribadian menyendiri memiliki predisposisi terhadap gangguan jiwa utama yang berakhir dengan bunuh diri. Gangguan ansietas: percobaan bunuh diri yang tidak berhasil sekitar 20% pasien dengan gangguan panik dan fobia sosial. Sedangkan etiologi dari bunuh diri terdiri dari beberapa faktor yaitu (Kaplan, 2010) : 1. Faktor Sosiologis 2. Faktor Psikologis Ahli bunuh diri kontemporer tidak menganjurkan bahwa struktur kepribadian atau psikodinamik tertentu terkait dengan bunuh diri. Mereka yakin bahwa banyak yang dapat dipelajari mengenai psikodinamik pasien bunuh diri dari khayalan mereka mengenai apa yang akan terjadi dan apa akibatnya jika mereka bunuh diri. Khayalan seperti ini sering mencakup keinginan untuk balas dendam, kekuatan, kendali, penebusan kesalahan, pengorbanan, penyelamatan, penyatuan kembali dengan kematian atau suatu kehidupan baru. Percobaan bunuh diri dapat menghilangkan depresi yang lama. 3. Faktor Biologis 4. Faktor Genetik 5. Perilaku parasuicidal. 4

1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur untuk mendiagnosis gangguan depresi berat dan wawancara psikiatrik secara heteroanamnesis maupun autoanamnesis untuk mengetahui gangguan secara komprehensif. Wawancara direkaman dalam bentuk audiovisual berdasarkan persetujuan klien dan keluarga. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi: Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha. Waktu: Juni 2016-Januari 2017. 5