BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

Gambar 1. Alat kromatografi gas

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB IV METODE PENELITIAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

4002 Sintesis benzil dari benzoin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Bab III Bahan dan Metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

3 Metodologi Penelitian

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

5026 Oksidasi antrasena menjadi antrakuinon

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 3 METODE PENELITIAN

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol, toluen, heksan, etanol, dietil eter, petroleum eter, asetil klorida) 4. Aquadest 5. Gas Nitrogen HP (High Purity) 6. Sampel Produk Telur yang Diperkaya Omega-3 (tiga merek berbeda) 7. Larutan NaCl 5% dan 9% (5 g dalam 100 ml aquadest dan 9 g dalam 100 ml aquadest) 8. K 2 CO 3 6% (6 g dalam 100 ml aquadest) 9. Larutan H 2 SO 4 pekat 10. Larutan NaHCO 3 2% (2 g dalam 100 ml aquadest) 11. Serbuk Na 2 SO 4 anhidrat 12. KOH 10 N (56,1 g dalam 100 ml aquadest) 13. HCl 1,5 N (25 ml HCl 12 N adalam 200 ml aquadest) 49

B. ALAT 1. Kromatografi gas Shimadzu GC-17A yang dilengkapi dengan Detektor Ionisasi Nyala, capillary column dengan panjang 60 meter, 0,32 mm id, film thickness 0,25 µm, dengan fase diam VB-Wax, gas pembawa helium 2. Data processor Class GC solution 3. Mycrosyringe berukuran 10 μl 4. Neraca analitik, alat penguap dengan gas nitrogen, tabung reaksi tahan panas bertutup teflon, vortex, oven, sentrifugator, alat-alat ekstraksi dan alat-alat gelas yang umum digunakan dalam analisa kuantitatif C. CARA KERJA 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan optimasi dari dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian dibandingkan luas puncak DHA yang diperoleh. Metode esterifikasi DHA optimum yakni yang memberikan luas puncak DHA terbesar, cara kerja lebih mudah dan waktu pengerjaan lebih singkat. a. Esterifikasi Lepage (41) Ditimbang seksama kurang lebih 182 mg standar DHA (oil), dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml dan dilarutkan dengan heksan sampai batas. Diperoleh larutan standar DHA (oil) dengan konsentrasi 50

DHA 10000 ppm (asumsi kadar DHA oil seperti tertera di sertifikat analisis yakni 27,5%). Dari larutan induk di atas dipipet 0,4 ml ke dalam tabung reaksi bertutup teflon, kemudian dikeringkan dengan gas N 2. Selanjutnya dilakukan esterifikasi sehingga diperoleh DHA termetilasi dengan kadar akhir DHA setara dengan 10000 ppm. Larutan yang telah dikeringkan dengan gas N 2 ditambahkan 2 ml metanol-toluen (4:1 v/v), vortex. Kemudian tambahkan 0,2 ml asetil klorida perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi sambil divortex. Tabung ditutup rapat kemudian dipanaskan dalam oven (100 C) selama 1 jam. Dinginkan tabung dalam air, tambahkan 5 ml K 2 CO 3 6% perlahan-lahan, vortex. Tabung ditutup rapat lalu disentrifuge 3000 rpm selama 5 menit. Sebanyak 1,0 µl lapisan atas toluen siap disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas. Kondisi kromatografi gas yang digunakan yakni dengan suhu terprogram, suhu awal kolom 120 C, kenaikan suhu 2 C/menit sampai 230 C (ditahan 20 menit) dan laju alir gas pembawa (He) 1,35 ml/menit. Suhu injektor dan detektor diatur pada suhu 230 C dan 250 C. b. Esterifikasi Merck (42) Ditimbang seksama kurang lebih 364 mg standar DHA (oil) dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 40 ml reagen pemetilasi metanoltoluen-asam sulfat pekat (20:10:1). Reflux selama 2,5 jam pada suhu 75-80 C diatas penangas air. Setelah dingin tambahkan 40 ml larutan NaCl 5% b/v dan 50 ml heksan. Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke 51

dalam corong pisah, kocok kuat, diamkan dan keluarkan lapisan air. Tambahkan 5 ml larutan NaHCO 3 2% b/v, kocok, diamkan dan keluarkan lapisan air. Untuk menyerap air yang masih tersisa, tambahkan 5 g Na 2 SO 4 anhidrat, kocok dan biarkan mengendap. Cairan supernatan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu diuapkan sampai kering menggunakan gas N 2. Setelah dingin, residunya dilarutkan dengan 10 ml heksan, diperoleh larutan standar DHA (oil) dengan konsentrasi DHA 10000 ppm (asumsi kadar DHA oil seperti tertera di sertifikat analisis yakni 27,5%). Sebanyak 1,0 μl larutan disuntikkan ke dalam kromatografi gas. Kondisi kromatografi gas yang digunakan yakni dengan suhu terprogram, suhu awal kolom 120 C, kenaikan suhu 2 C/menit sampai 230 C (ditahan 20 menit) dan laju alir gas pembawa (He) 1,35 ml/menit. Suhu injektor dan detektor diatur pada suhu 230 C dan 250 C. 2. Pencarian kondisi analisis optimum DHA murni a. Penyiapan larutan standar DHA murni Ditimbang seksama kurang lebih 25 mg standar DHA murni, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan dengan heksan sampai batas. Diperoleh larutan standar DHA murni dengan konsentrasi 2500 ppm. Selanjutnya dapat dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu. Larutan standar DHA murni yang akan digunakan untuk optimasi diesterifikasi terlebih dahulu dengan metode esterifikasi DHA yang telah 52

dioptimasi sebelumnya (dipilih salah satu prosedur eterifikasi, yakni prosedur Lepage atau prosedur Merck), hingga didapatkan DHA murni termetilasi 1250 ppm (0,2 ml larutan terlarut dalam 0,4 ml toluen). b. Pencarian kondisi analisis optimum DHA murni Sebanyak 1,0 μl larutan DHA murni termetilasi 1250 ppm di atas disuntikkan pada kromatografi gas. Parameter yang diubah adalah suhu awal kolom dan laju alir gas pembawa. Elusi dilakukan dengan 2 cara yakni dengan suhu terprogram dan suhu tetap/ isotermal. Elusi dengan suhu terprogram dilakukan dengan variasi suhu awal kolom yaitu 120 C, 130 C dan 140 C. Dielusi dengan kenaikan suhu 2 C/menit sampai mencapai suhu 230 C dan dipertahankan selama 20 menit. Elusi dilakukan dengan variasi laju alir gas pembawa 1,35; 1,8 dan 2 ml/menit. Elusi dengan suhu tetap/ isotermal dilakukan pada suhu kolom tetap 200 C dan laju alir gas pembawa 1,35 ml/menit. Untuk semua elusi, suhu injektor dan detektor diatur pada suhu 230 C dan 250 C. Masing-masing kondisi dicatat waktu retensinya dan dihitung jumlah lempeng teoritisnya (N). Kondisi yang terpilih adalah kondisi yang mempunyai harga plat teoritis (N) tinggi dan HETP kecil. 3. Pembakuan DHA dalam DHA (oil) menggunakan kurva kalibrasi DHA murni 53

a. Pembuatan kurva kalibrasi standar DHA murni Dari larutan induk standar DHA murni 2500 ppm diesterifikasi dengan metode esterifikasi DHA optimum hingga didapatkan DHA murni termetilasi dengan 6 titik konsentrasi berbeda yakni 312,5; 625; 1250; 1875; 2500 dan 3125 ppm. Sebanyak 1,0 µl larutan disuntikkan pada kromatografi gas menggunakan kondisi analisis optimum terpilih. Luas puncak DHA murni dicatat dan diolah secara statistik sehingga diperoleh persamaan regresi linier dan koefisien korelasinya. b. Penetapan kadar DHA dalam DHA (oil) Ditimbang seksama kurang lebih 250 mg standar DHA (oil) dalam labu ukur 25 ml dan dicukupkan volumenya dengan heksan sampai batas. Diperoleh larutan standar DHA (oil) dengan konsentrasi 10000 ppm. Pipet 0,3 ml larutan standar DHA (oil) 10000 ppm sebanyak tiga kali untuk diesterifikasi dengan metode esterifikasi DHA optimum, hingga didapat konsentrasi larutan DHA (oil) termetilasi 7500 ppm (0,3 ml terlarut dalam 0,4 ml toluen). Sebanyak 1,0 µl larutan disuntikkan pada kromatografi gas menggunakan kondisi analisis optimum terpilih. Luas puncak DHA (oil) dicatat. Kadar DHA dalam DHA (oil) didapatkan dengan memplot luas puncak DHA berdasarkan persamaan regresi linier standar DHA murni. 54

4. Validasi metode analisis DHA (oil) a. Pembuatan kurva kalibrasi dan uji linearitas DHA (oil) Digunakan larutan standar DHA (oil) 10000 ppm dengan konsentrasi DHA 2750 ppm (asumsi kadar DHA seperti tertera di sertifikat analisis yakni 27,5%). Kemudian diesterifikasi dengan metode esterifikasi DHA optimum hingga didapatkan DHA (oil) termetilasi dengan 6 titik konsentrasi DHA berbeda yakni 340, 690, 2060, 2750, 3430 dan 4125 ppm. Sebanyak 1,0 µl larutan disuntikkan pada kromatografi gas menggunakan kondisi analisis optimum terpilih. Luas puncak DHA dicatat dan diolah secara statistik sehingga diperoleh persamaan regresi linier dan koefisien korelasinya. b. Uji presisi DHA Digunakan larutan standar DHA (oil) 10000 ppm dengan konsentrasi DHA 2750 ppm (asumsi kadar DHA seperti tertera di sertifikat analisis yakni 27,5%). Pipet 0,1 ml, 0,3 ml dan 0,6 ml larutan standar DHA (oil) 10000 ppm sebanyak enam kali untuk diesterifikasi dengan metode esterifikasi DHA optimum, hingga didapat konsentrasi larutan DHA (oil) termetilasi dengan 3 konsentrasi DHA yang berbeda (rendah, sedang dan tinggi) yakni 690, 2060 dan 4125 ppm (0,1 ml, 0,3 ml dan 0,6 ml larutan terlarut dalam 0,4 ml toluen). Sebanyak 1,0 μl larutan dari masing-masing konsentrasi tersebut disuntikkan pada kromatografi gas dan dianalisis dengan menggunakan 55

kondisi analisis optimum terpilih dan diulang sebanyak enam kali pengukuran untuk masing-masing konsentrasi. Kemudian dihitung nilai simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) dari masing-masing konsentrasi. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) 2% atau kurang. c. Uji perolehan kembali DHA Dilakukan uji perolehan kembali dengan metode adisi. Digunakan 5 butir telur biasa yang dipisahkan kuning telurnya dan dikocok homogen. Pisahkan menjadi dua bagian, yakni untuk pemeriksaan kadar DHA dalam telur blanko dan telur dengan penambahan standar DHA sebanyak 0,5237% (konsentrasi ini dipilih berdasarkan salah satu sampel telur omega-3 yang diperiksa sebelumnya). Kemudian dilakukan ekstraksi lemak dari telur, penyabunan, pembebasan asam lemak dan esterifikasi seperti pada penetapan kadar DHA dalam sampel. Sebanyak 1,0 µl dari masing-masing larutan disuntikkan pada alat kromatografi gas dengan kondisi analisis optimum terpilih. Luas puncak DHA dicatat, kemudian dihitung persentase uji perolehan kembali DHA. d. Penentuan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) DHA Batas deteksi dan batas kuantitasi DHA ditentukan dengan metode perhitungan statistik, melalui persamaan regresi linier berdasarkan kurva kalibrasi standar DHA (oil) yang telah dibuat sebelumnya. 56

5. Penetapan kadar DHA dalam sampel telur yang diperkaya omega-3 a. Ekstraksi lipid (43) Sebanyak tiga buah telur dipisahkan kuningnya dan dihomogenkan. Timbang 10-15 gram kuning telur ke dalam erlenmeyer, tambahkan 40 ml larutan Folch 1 (kloroform-metanol 2:1 v/v) (26), kocok dengan alat shaker selama 15 menit dengan kecepatan 200 rpm sampai tercampur. Fraksi protein akan terpisah dan ekstraknya disaring dengan kertas saring, tampung di corong pemisah. Cuci erlenmeyer dan kertas saring dengan 10 ml kloroform-metanol 2:1 v/v. Tambahkan NaCl 9% 10 ml, kocok kuat dan biarkan memisah. Akan diperoleh lapisan atas yang terdiri dari air, metanol, garam dan lapisan bawah yang terdiri dari kloroform. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah yang terdiri dari kloroform mengandung lemak. Cuci permukaan yang tertinggal (permukaan kloroform) dengan kloroform-metanol-nacl 9% (3:47:48 v/v) untuk menghilangkan sisa air. Lapisan kloroform yang mengandung lemak kemudian diuapkan. b. Penyabunan (43) Hasil ekstraksi lemak ditambahkan 20 ml etanol-dietil eter (3 :1 v/v) dan 0,2 ml KOH 10 N, reflux 1 jam untuk menyempurnakan reaksi. Dinginkan dan tambahkan ± 10 ml air sehingga diperoleh larutan sabun yang mengandung etanol dalam air. Tambahkan 25 ml petroleum eter (30-60 C) dalam corong pemisah sambil dikocok kuat dan biarkan 57

memisah. Akan diperoleh lapisan atas yang terdiri dari petroleum eter dan sterol kolesterol serta bagian bawah yang terdiri dari alkohol, air dengan garam kalium dari asam lemak. Cuci bagian bawah dengan 10 ml petroleum eter lalu dipisahkan. Petroleum eter yang mengandung sterol kolesterol untuk analisa kolesterol. Lapisan bawah yang mengandung garam kalium dari asam lemak untuk analisa lemak. c. Pembebasan asam lemak (43) Lapisan bawah yang mengandung garam kalium dari asam lemak di atas ditambahkan 3 ml HCl 1,5 N dan 25 ml petroleum eter, kocok kuat dan biarkan memisah. Akan diperoleh lapisan atas yang terdiri dari petroleum eter yang mengandung asam lemak. Lalu lapisan bawah dicuci dengan 10 ml petroleum eter lalu dipisahkan. Lapisan petroleum eter dikeringkan, diperoleh ekstrak asam lemak. d. Esterifikasi Ekstrak asam lemak diesterifikasi dengan metode esterifikasi DHA yang telah dioptimasi sebelumnya (dipilih salah satu prosedur eterifikasi, yakni prosedur Lepage atau prosedur Merck). Sebanyak 1,0 µl larutan disuntikkan pada kromatografi gas dengan kondisi analisis optimum terpilih. Luas puncak DHA dicatat dan dihitung kadarnya menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi DHA (oil). 58