BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan makhluk lainnya didunia ini. Dikatakan bahwa bahasa memiliki

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna kepada seseorang, baik secara lisan maupun tulisan.

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk berkomunikasi kepada orang lain. Bahasa merupakan alat yang sangat tepat untuk dipakai dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa juga digunakan sebagai alat penghubung antara satu individu dengan individu lain, baik dalam keluarga, masyarakat maupun hubungan sosial lainnya. Menurut Gorys Keraf (1980:53), bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Lebih lanjut Sutedi (2003:2) mengungkapkan bahwa ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Namun, sering pula terjadi penafsiran makna yang diakibatkan karena seseorang kurang dapat menangkap ataupun salah tangkap dari maksud yang ingin disampaikan. Hal ini dapat mengakibatkan tidak lancarnya hubungan komunikasi.

Keanekaragaman bahasa yang terdapat di dunia ini menyebabkan manusia dapat mengenal banyak bahasa-bahasa yang ada. Dalam mempelajari bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing diperlukan pemahaman tentang aturan dan kaidah-kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif. Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna dan akan lebih jelas apabila tersusun menurut pola dan bentuk kalimatnya. Bentuk kalimat tertentu akan melahirkan makna tersendiri. Demikian halnya dengan bahasa Jepang, kalimat pengandaian yang menggunakan bentuk to, ba, tara dan nara juga memilki makna tersendiri. Hal ini akan menyulitkan pembelajar bahasa Jepang yang berasal dari Indonesia karena jika hanya memahami makna leksikal yang terdapat di dalam kamus, ini akan sangat membingungkan, karena semua bentuk tersebut memiliki kesamaan arti dalam bahasa Indonesia yaitu kalau. Untuk itu, diperlukan pemahaman makna agar tidak terjadinya salah penafsiran yang dapat mengakibatkan tidak efektifnya suatu komunikasi. Contoh: (1) このボタンを押すと お釣りが出ます Kono botan wo osuto, otsuri ga demasu. (Kalau tombol ini ditekan, uang kembaliannya akan keluar.) (Minna no Nihongo, 1998:190) (2) よろしければ どうぞお使いください Yoroshikereba, douzo otssukai kudasai. Kalau kamu senang, silahkan pakai. (Japanese Language Pattern, 1974:674) (3) あおうめを食べたら おなかが痛くなった Ao-ume wo tabetara, onaka ga itakunatta. Kalau makan ao ume, perut saya menjadi sakit.

(Suzuki, 1972: 112) (4) 北海道旅行なら 6 月がいいです Hokkaidoryoko nara, roku gatsu ga ii desu. (Kalau perjalanan ke Hokkaido, sebaiknya bulan Juni.) (Minna no Nihongo, 1998: 76) Dari keempat contoh di atas dapat kita lihat bahwa semua bentuk kalimat pengandaian yang terdapat dalam bahasa Jepang memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, terdapat perbedaan makna yang terdapat pada kalimat-kalimat tersebut.. Pada contoh (1), to menunjukkan makna syarat yang harus dipenuhi untuk membentuk suatu keadaan. Jika syarat yang terdapat pada klausa pertama telah terpenuhi maka akan muncul suatu perubahan seperti yang terdapat pada klausa kedua. Pada contoh (2), ba menunjukkan makna pengantar (maeoki), acuan kalimat tersebut terletak pada klausa kedua. Sedangkan klausa pertama hanya sebagai pengantar saja. Pada contoh (3), tara menunjukkan makna alasan. Biasanya subjek pada klausa pertama dan kedua sama. Pada contoh (4), nara menunjukkan makna topik/tema. Pada klausa kedua terdapat saran yang diberikan kepada lawan bicara. Dari uraian di atas, apabila kita telaah lebih jauh lagi, akan terdapat perbedaan makna antar kalimat tersebut. Hal ini lah yang mendasari ketertarikan penulis untuk mengambil pokok bahasan mengenai Analisis Makna kalimat Pengandaian Bahasa Jepang dalam Novel Noruwei No Mori. Novel ini terdiri

dari 2 jilid. Jilid 1 berjumlah 297 halaman. Jilid 2 berjumlah 299 halaman. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana, kedua jilid tersebut dijadikan 1jilid dan berjumlah 550 halaman. Dalam penulisan ini, Penulis hanya akan membahas kalimat pengandaian yang terdapat pada novel jilid 1 saja, atau hanya pada bab1-5 pada buku terjemahannya. 1.2 Perumusan Masalah Menurut Shigeyuki Suzuki dalam bukunya yang berjudul Nihongo Bunpo Keitairon, bentuk pengandaian adalah bentuk yang dipakai sebagai predikat dari anak kalimat dalam suatu kalimat majemuk, dimana anak kalimat itu merupakan sebuah frase keterangan atau juga frase sambung. Bentuk pengandaian adalah bentuk yang menunjukkan hal penting untuk membentuk suatu keadaan yang ditunjukkan pada akhir kalimat dari frase utama sekaligus frase penutup (1972:349). Beragamnya bentuk kalimat pengandaian yang terdapat dalam bahasa Jepang, menyulitkan pembelajar bahasa Jepang yang berasal dari Indonesia mengingat dalam bahasa Indonesia kalimat pengandaian yang menggunakan bentuk to, ba, tara dan nara mempunyai arti yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu kalau. Walaupun begitu, kata kalau mempunyai makna yang berbeda jika terdapat dalam kalimat. Berdasarkan hal di atas, Penulis akan membahas mengenai makna kalimat pengandaian bahasa Jepang yang terdapat di dalam kalimat. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana makna kalimat pengandaian to, ba, tara dan nara dalam bahasa Jepang?

2. Kalimat pengandaian yang mana yang paling banyak dipergunakan dalam novel Noruwei no Mori serta makna apa yang terkandung di dalamnya? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Sesuai dengan permasalahan yang ada, Penulis menganggap perlu adanya ruang lingkup pembahasan permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh serta terjadinya tumpang tindih yang mengakibatkan penulisan ini tidak optimal. Dalam penulisan ini, makna kalimat pengandaian bahasa Jepang hanya akan dikaji dalam novel karangan Murakami Haruki, yaitu Noruwei No Mori jilid 1. Pengkajian yang akan penulis tampilkan bukan pengkajian terhadap semua bentuk kalimat pengandaian serta makna-makna apa saja yang ditimbulkan, namun dari keempat kalimat pengandaian tersebut hanya akan dikaji bentuk kalimat pengandaian yang paling banyak digunakan, serta menganalisis makna yang ditimbulkan. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Menurut Nita dalam Dedi Sutedi(1997:18) pada buku Dasar Dasar Linguistik Bahasa Jepang bahwa dalam bahasa Jepang jenis kalimat dapat digolongkan dua macam, yaitu berdasarkan pada struktur 構造上 kouzou dan berdasarkan pada makna 意味上 imi jou. Penggolongan kalimat berdasarkan pada struktur, mengarah pada peranan setiap bagian (unsur pembentuk kalimat) dalam kalimat secara keseluruhan. Sedangkan penggolongan

kalimat berdasarkan pada makna, mengarah pada bagaimana makna dan fungsi dari kalimat tersebut. Menurut Chafe dalam Chaer (1994:21) menyatakan bahwa dalam analisa bahasa, komponen semantiklah yang menjadi pusat. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa. Lebih lanjut Samsuri ( 1994:350) mengungkapkan bahwa berpikir tentang bahasa, sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. Bolinger dalam Aminuddin (2001:52) menyatakan bahwa makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993:548) kata makna diartikan sebagai (1) arti, maksud, (2) maksud pembicaraan dan penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam buku Semantik I, Djajasudarma mengungkapkan bahwa pengertian makna (sense-bahasa Inggris) dibedakan dari arti (meaning-bahasa Inggris) di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Makna setiap kata yang digunakan dalam berkomunikasi merupakan payung dari kajian semantik. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema artinya tanda atau lambang. Istilah semantik tersebut digunakan oleh para pakar untuk menyebut bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari makna dalam bahasa tertentu.

Tidak hanya makna kata, makna kalimat juga dapat dijadikan sebagai objek dalam kajian semantik, karena suatu kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan strukturnya (Dedi Sutedi, 2003:105). 1.4.2 Kerangka Teori Setiap penelitian yang dilakukan selalu memerlukan suatu acuan untuk meneliti. Acuan tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyoroti masalah yang akan dipecahkan. Pada penulisan ini, perbedaan pola-pola yang menyatakan kalimat pengandaian dalam bahasa Jepang namun memiliki makna yang sama dalam bahasa Indonesia merupakan permasalahan yang akan dikaji. Menurut Chaer (1994:59), makna itu terbagi dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut jisho teki imi (makna kamus) atau goi teki imi (makna kata) yang sesungguhnya sesuai dengan referensi sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau dapat juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Sedangkan makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpo teki imi (makna kalimat) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya (Sutedi, 2003:105-106). Banyak teori yang dikemukakan oleh para pakar filsafat dan linguistik sekitar teori makna dalam studi semantik. Menurut Parera (1990:16), secara umum teori makna dibedakan atas: 1. Teori Referensial atau Korespondensi. 2. Teori Kontekstual. 3. Teori Mentalisme.

4. Teori Formalitas. Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori makna kontekstual. Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks (Chaer, 2003:290). Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks ( Parera, 1991:18). Penggunaan pola to, ba, tara dan nara pun disesuaikan dengan konteks yang ada. Walaupun dalam bahasa Indonesia keempat pola tersebut memiliki arti yang sama, namun terdapat perbedaan penafsiran mengenai makna tersebut. Dalam buku Nihongo Bunpo Keitairon, Shigeyuki Suzuki mengatakan bahwa kalimat pengandaian to menunjukkan suatu syarat dari suatu gatra yang sudah tetap/pasti, tidak ada hubungannnya dengan masa lalu, sekarang, atau masa yang akan datang dan tidak ada hubungannya dengan asumsi/ perkiraan dan hal yang sudah ditetapkan. Contoh: (5). 本をよむと 僕はねむくなる Hon wo yomuto, boku wa nemuku naru. Kalau membaca buku, saya jadi mengantuk (Suzuki, 1972: 355) Sependapat dengan pendapat Suszuki di atas, Yokobayashi dan Shimomura juga menjelaskan bahwa bentuk pengandaian to menunjukkan kebiasaan, kebenaran, gejala alam dan lain-lain, dimana ketika telah dipenuhi

syarat pada klausa pertama, maka akan terjadi apa yang diungkapkan pada klausa kedua secara otomatis. Shinobu Suzuki menguraikan fungsi ba sebagai persyaratan (joken), dengan memperkirakan keadaan yang terjadi di masa mendatang (mirai ni okoru kotogara wo katei shite, sore wo jouken to shita mono). Contoh: (6). 君が来れば 五人になります Kimi ga kureba, go nin ni narimasu. Kalau anda datang, menjadi lima orang. (Suzuki, 1977:211) Pada kalimat pengandaian tara, Alfonso menguraikan arti dasar dari tara, bahwa dengan terkandungnya unsur ta, maka selalu berarti bahwa kata kerja yang tampil dalam bentuk tara menunjukkan perbuatan atau keadaan yang sudah terjadi atau rampung, yang mendahului perbuatan atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Contoh: (7) そんなものを見たらすぐわかりました Sonna mono wo mitara, sugu wakarimashita. Kalau makan sesuatu seperti itu, nanti sakit perut. (Alfonso, 1974:659) Lebih lanjut, Shigeyuki Suzuki dalam bukunya yang berjudul Nihongo Bunpo Keitairon juga menjelaskan bahwa kalimat pengandaian nara menunjukan pendapat atau penilaian terhadap sesuatu keadaan itu sendiri dan menunjukkan maksud (ishi) atau rencana (yotei).

Contoh: (8) 経済を勉強をやるなら あの大学がいいでしょう Keizai no benkyou wo yaru nara, ano daigaku ga ii deshou. Kalau mau mengambil bidang ekonomi, universitas itu bagus (Suzuki, 1977:234) Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan di atas, landasan teori yang dipergunakan dalam menjelaskan makna kalimat pengandaian to, ba, tara dan nara sebagai makna gramatikal dalam bahasa Jepang adalah teori milik Hisayo Yokobayashi Dan Akiko Shimomura. Teori Tokobayashi ini juga didukung oleh pendapat-pendapat pakar lainnya, seperti Naoko Maeda, Tomita Takayuki, Shigeyuki Suzuki, dan lain sebagainya. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana makna kalimat pengandaian to, ba, tara dan nara dalam bahasa Jepang. b. Untuk mengetahui bentuk kalimat pengandaian mana yang paling banyak dipergunakan dalam novel Noruwei No Mori dan makna apa saja yang terkandung di dalamnya.

1.5.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat daripada penulisan ini adalah: a. Dapat menambah wawasan mengenai makna kalimat pengandaian bahasa Jepang, baik bagi peneliti maupun bagi para pembaca mengingat bahwa bentuk tersebut merupakan salah satu hal yang paling sulit dimengerti. b. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik. c. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca dalam memahami makna kalimat pengandaian bahasa jepang yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam menyusun penulisan ini adalah metode deskriptif. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin descriptivus yang berarti uraian. Penelitain deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.(m. Nazir, 1999:63) Metode lain yang digunakan adalah metode kepustakaan. Dalam penelitian dengan menggunakan metode kepustakaan,digunakan sumber-sumber data berupa buku-buku yang relevan dengan judul makalah/skripsi/tesis atau disertasi yang akan disususn. (Erna Widodo Mukhtar, 2000:76). Pada skripsi ini, Penulis mencari sumber-sumber data yang berbahasa Indonesia, Inggris maupun Jepang yang relevan dengan topik yang dibahas.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain: a. Mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan topik, serta menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. b. Mempelajari penggunaan bentuk pengandaian yang ada. c. Mengutip kalimat-kalimat pengandaian yang terdapat dalam sumber data, dalam hal ini adalah novel Noruwei no Mori yang berbahasa Jepang, dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. d. Menganalisa masing-masing bentuk dan membandingkannya dengan pendapat pakar. e. Menarik kesimpulan.