TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAM RAWAPENING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

KONDISI LAHAN PASANG SURUTKAWASAN RAWA PENING DAN POTENSI PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

KAJIAN PERAN DOMINASI JENIS MANGROVE DALAM PENJERATAN SEDIMEN TERLARUT DI SEGARA ANAKAN CILACAP

BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG DANAU RAWA PENING

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH PADA HUTAN ALAM DAN HUTAN RAKYAT DI DAERAH TANGKAPAN AIR WADUK RAWAPENING, KABUPATEN SEMARANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Formulir PuPS versi 1.1

Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Rawapening terhadap Erosi dan Sedimentasi Danau Rawapening

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Analisis Program Rehabilitasi DTA Saguling

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakat setempat menghadapi umpan balik yang berasal dari

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tak Hanya Bersihkan Danau Rawa Pening, Kementerian PUPR Akan Tata Bukit Cinta

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

FUNGSI STRATEGIS DANAU TONDANO, PERUBAHAN EKOSISTEM DAN MASALAH YANG TERJADI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

commit to user BAB I PENDAHULUAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VALUASI EKONOMI EROSI LAHAN PERTANIAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

MEMBANGUN KEMITRAAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT: REMEDIASI DANAU RAWAPENING UNTUK MENJAMIN KELESTARIANNYA

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

Transkripsi:

TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAM RAWAPENING Ugro Hari Murtiono dan Agus Wuryanta Peneliti Madya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta E-mail : uh_murtiono@yahoo.com ABSTRAK - Waduk alam Rawapening merupakan salah satu prioritas penanganan permasalahan lingkungan hidup terkait dengan tingginya lonjakan populasi enceng gondok (eichornia crassipes) yang telah mengganggu pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tuntang. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening, yang berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran. Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P), hal ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin.tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah mengambil dan menganalisis sampel air permukaan yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi seperti lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) di Daerah Tangkapan Air Rawapening. Disamping itu juga dilakukan analisis sampel air permukaan pada masing masing sungai utama yang bermuara di Waduk alam Rawapening. Penentuan titik sampel, dilakukan berdasarkan peta penggunaan lahan skala 1:25.000 yang telah diperbaharui dengan analisis citra SPOT tahun 2006 dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil kajian menunjukkan, unsur Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rawapening sangat tinggi yaitu sebesar 2.181,71 ton/th (53,73% dari total semua unsur zat kimia). terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. Kandungan unsur P sebesar 420,04 ton/th (10,34% dari total semua unsur zat kimia). Kandungan unsur N dan P tertinggi pada S.Panjang yaitu sebesar 769,025 ton/th dan 105,432 ton/th. Sedangkan Sungai Kedung Ringin menyumbang unsur N dan P terendah yaitu sebesar 19,479 ton/th dan 4,790 ton/th. Dapat disimpulkan bahwa penyumbang eutrofikasi tertinggi di Waduk alam Rawapening berasal dari lahan sayur (591,923 ton/th atau 62,06 %)di Sub DAS Panjang. Kata Kunci : Eutrifikasi, Lahan Pertanian, dan Waduk Alam Rawapening. PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk buatan dalam jangka panjang secara terus menerus dan tidak terkontrol akan berdampak tidak baik pada kesuburan tanah dan lingkungan di sekitar lahan pertanian. Dampak negatif dari penggunaan pupuk 170

buatan antaralain penurunan ph tanah, rusaknya struktur tanah, keseimbangan organisme di dalam tanah terganggu dan menurunnya kualitas air permukaan pada lahan pertanian dan sungai (Novisan., 2002). Waduk alam Rawapening di Kabupaten Semarang merupakan salah satu waduk prioritas penanganan terkait dengan permasalahan lingkungan hidup yaitu lonjakan pertumbuhan gulma air (enceng gondok/eichornia crassipes dan ganggang rante/hydrilla) dan tingginya sedimentasi dan. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening. Menurut Effendi., H. (2003), Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P). Unsur hara tersebut berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) yang terbawa aliran sungai dan bermuara di waduk alam Rawapening. Terdapat 9 (sembilan) sungai yang berada di Daerah Tangkapan Air (DTA) dan bermuara di waduk alam Rawapening yaitu Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi. Selanjutnya nama sungai tersebut digunakan sebagai nama sub DAS di DTA Rawapening Selain itu, sedimentasi di waduk alam Rawapening Kabupaten Semarang terus mengalami peningkatan dari 133,75 m 3 pada tahun 1993 menjadi 149,22 m3 pada tahun 2003. Akibatnya daya tampung air Rawapening menurun sekitar 16 juta m3 selama kurun waktu 28 tahun (1976 s/d 2004) yaitu dari 65 juta m 3 menjadi 49 juta m3 (Kompas. 2009). Apabila tidak segera dilakukan upaya penyelamatan, eksistensi waduk alami tersebut terancam dan diperkirakan pada tahun 2021 Rawapening akan berubah menjadi daratan. Sedangkan melonjaknya pertumbuhan enceng gondok telah menutupi hampir 70 % (seluas 2.667 ha) luas permukaan genangan air (Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2012). Hal tersebut telah mengganggu pasokan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tuntang. Oleh karena itu kajian mengenai kualitas air permukaan sebagai penyebab eutrofikasi penting dilakukan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai upaya penanganannya. Analisis kualitas air pada lahan pertanian (Sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayur) di masing masing sub DAS sebagai point source pollution dan di masing masing sungai sebagai non point source pollution, dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan unsur hara terutama unsur N dan P. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi sumber terjadinya eutrofikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah. METODE Rancangan Penelitian Survey dan pengambilan sampel air permukaan dilakukan pada penggunaan lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayur) dan di sungai utama yang bermuara di Rawapening. Lahan sawah irigasi (dua kali panen padi) yang ada di DTA Rawapening, pemupukan dilakukan dua kali untuk satu kali masa tanam. Untuk sawah tadah hujan (satu kali panen padi), 171

pemupukan dilakukan dua kali untuk satu kali masa tanam. Sedangkan pada lahan sayur pemupukan dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Prosedur Kerja Melakukan identifikasi jenis-jenis penggunaan lahan dengan bantuan peta dan citra pengindraan jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) Informasi penutupan/penggunaan lahan di DTA Rawa Pening diperoleh dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 tahun 2001 dalam format digital dan hasil analisis citra SPOT 4 perekaman 18 Agustus tahun 2006 dan cek lapangan tahun 2015. Pengambilan sampel air juga dilakukan pada DAS Tuntang Hulu (Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi) terutama pada wilayah yang diduga sebagai penyumbang nutrient terbesar sehingga menyebabkan eutrofikasi di Waduk Alam Rawa Pening yaitu pada lahan pertanian sawah irigasi, sawah tadah hujan dan pertanian sayur. Penentuan titik pengambilan sampel tersebut, dilakukan berdasasarkan peta penggunaan lahan dan akan disesuaikan pada saat survey di lapangan. Lokasi pengambilan sampel air terbagi dalam 2 titik yaitu: point source pollution dan non point source pollution. Point source pollution merupakan titik pengambilan sampel yang berada pada masing-masing penggunaan lahan dominan (Sub sub DAS) sedangkan non point source pollution berada pada masing-masing outlet sub DAS yang masuk pada Waduk Alam Rawapening. Bahan dan peralatan Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini yaitu : ATK (kertas HVS, tonner printer, ordner, stopmap, flashdisk, stopmap); bahan perlengkapan lapangan (blocknote, pensil, ballpoint, jas hujan, sepatu lapangan; plot penjeratan sedimen erosi dengan metode stik pada tanaman mangrove; camera; meteran dan hagameter; abney level; dan peralatan survey tanah (bor, cangkul, skop, pisau, plastik, ring sampel). Lokasi Penelitian Lokasi kajian terletak di DTA Rawapening. DTA Rawapening merupakan bagian hulu DAS Tuntang. Secara administratif Sebagian besar DTA Rawapening terletak di Kabupaten Semarang, dan secara geografis terletak pada koordinat 110o17 BT s/d 110o30 BT dan 7o5 LS s/d 7o25 LS. Peta lokasi kajian disajikan pada Gambar 1. 172

Gambar 1. Lokasi kajian Analisis Data Menghitung kandungan unsur hara berupa Nitrogen (N) dan Phosphor (P) yang dilakukan pada saat pemupukan pada penggunaan lahan yang diduga sebagai penyumbang tertinggi terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawa Pening yaitu pada penggunaan lahan: sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur pada masing masing sub DAS yang masuk di DTA Waduk Alam Rawa Pening (Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi). HASIL dan PEMBAHASAN Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rowopening. Informasi penggunaan lahan DTA Rawapening dianalisis dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 yang telah di update dengan citra SPOT tahun 2006. Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya Eutrifikasi yaitu penggunaan lahan yang banyak menggunakan pupuk, pada penggunaan lahan : Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Pada sawah irigasi yang ada di DTA Tuntang terdiri dari sawah irigasi dengan pemupukan 2 kali dan 173

dalam 1 tahun 2 masa panen, pada sawah tadah hujan dengan pemupukan 2 kali dalam 1 tahun 1 masa panen, dan pada lahan sayur dengan pemupukan 1 kali dalam 1 tahun 3 masa panen. Distribusi spasial penggunaan lahan di DTA Rawapening disajikan pada gambar 2. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA Rawapening disajikan pada Tabel 1. Gambar 2. Peta penggunaan lahan DTA Rawapening 174

Tabel 1. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA Rawa Pening. No. Sub DAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Luas Penutup/penggunaan lahan (Ha) Galeh Kedung Ringin Legi Panjang Parat Rengas Ringin Sraten Torong Tubuh Air/Danau Total Prosentase Sawah Irigasi 503,05 74,62 256,23 231,58 474,04 488,84 662,94 265,17 509,97 Sawah Tadah Hujan 504,62 10,42 127,89 988,49 668,06 248,13 65,03 402,71 117,40 Lahan sayur 643,74 358,33 218,29 (ha) 1.007,67 85,04 384,12 1.863,81 1.500,43 736,97 727,97 886,17 627,37 3.466,46 3.132,74 1.220,36 7.819,56 44,33 % 40,06 % 15,61 % 100% Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi, sawah tadah, dan lahan sayur Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea 400 kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4 ton/ha/th), dan sawah tadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) sedangkan pada Lahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750 kg/ha/th (0,75 ton/ha/th), 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang = 7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th). Pemupukan Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan, dan Lahan Sayur di DTA Tuntang Hulu, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pemupukan Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan, dan Lahan Sayur di DTA Rawa Pening No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sub DAS Galeh Kedng Ringin Legi Panjang Parat Rengas Ringin Sraten Torong Sawah Irigasi () Sawah Tadah hujan () Lahan Sayur () Ponska Ponska Za 201,222 29,850 102,492 92,632 189,616 195,537 265,175 106,070 203,989 201,222 29,850 102,492 92,632 189,616 195,537 265,175 106,070 203,989 100,925 2,084 25,577 197,697 133,613 49,625 13,007 80,542 23,479 100,925 2,084 25,577 197,697 133,613 49,625 13,007 80,542 23,479 482,808 268,746 163,715 869,054 483,743 294,688 Pupuk kandang 4.828,08 2.687,46 1.637,16 626,549 626,549 915,270 1.281,378 9,152,760 1.386,583 1.386,583 175

Kandungan unsur dalam pupuk urea dan ponska pada penggunaan lahan sawah rigasi dan tadah hujan Kandungan unsur dalam pupuk urea berupa Nitrogen (N = 46 %), sedangkan 54% zat pembawa (carrier) berupa double superposfat (DS) dengan zat pembawanya, kandungan unsur pada pupuk phonska adalah Nitrogen (N) = 15 %, Phoshor (P) = 15 %, Kalium (K) = 15%, dan Sulfur = 10 %. Unsur kandungan dalam Pupuk urea dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan disajikan pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Kandungan unsur dalam Pupuk dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di DTA Rawa Pening. Sawah Irigasi No Sub DAS Ponska N = 46% N =15% P = 15% K=15% S = 10% 1 Galeh 92,562 30,183 30,183 30,183 20,122 2 Kedung Ringin 13,731 4,477 4,477 4,477 2,985 3 Legi 47,146 15,374 15,374 15,374 10,249 4 Panjang 42,611 13,895 13,895 13,895 9,263 5 Parat 87,224 28,442 28,442 28,442 18,962 6 Rengas 89,947 29,331 29,331 29,331 19,554 7 Ringin 121,981 39,776 39,776 39,776 26,518 8 Sraten 48,792 15,910 15,910 15,910 10,607 9 Torong 93,835 30,598 30,598 30,598 20,399 637,828 207,988 207,988 30,183 138,658 Tabel 4. Kandungan unsur dalam Pupuk dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan Sawah Tadah hujan No Sub DAS Ponska N = 46% N =15% P = 15% K=15% S = 10% 1 Galeh 46,425 15,139 15,139 15,139 10,092 Kedung 2 Ringin 0,958 0,313 0,313 0,313 0,208 3 Legi 11,766 3,837 3,837 3,837 2,558 4 Panjang 90,941 29,655 29,655 29,655 19,770 5 Parat 61,462 20,042 20,042 20,042 13,361 6 Rengas 22,828 7,444 7,444 7,444 4,963 7 Ringin 5,983 1,951 1,951 1,951 1,301 8 Sraten 37,049 12,081 12,081 12,081 8,054 9 Torong 10,801 3,522 3,522 3,522 2,348 288,212 93,982 93,982 93,982 62,655 176

Kandungan unsur dalam pupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur Kandungan unsur dalam pupuk ZA berupa Nitrogen (N = 21 %) dan Sulfur (S= 24%) dan pada pupuk urea nitrogen (N) = 46 %. Unsur kandungan dalam Pupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur, disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan unsur dalam Pupuk ZA, urea, dan pupuk kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur. Lahan Sayur No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sub DAS ZA N=21% Galeh Kedung Ringin Legi Panjang Parat Rengas Ringin Sraten Torong 101,390 56,437 34,380 192,207 S=24% N = 46% Pupuk Kandang 115,874 64,499 39,292 219,665 399,765 222,522 135,556 589,434 4.828,080 2.687,463 1.637,155 9.152,698 Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Disajikan pada Tabel 6. Dari unsur-unsur tersebut Pupuk kandang yang terbesar dengan 9.152,698 ton/th (78,66%), sedangkan sisanya unsur N,P,K, dan Sulfur adalah 21,34 %. Tabel 6. Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur yang masuk di Waduk Alam Rowopening. Sub DAS N P K S Pupuk Kandang Galeh Kedung Ringin Legi Panjang Parat Rengas Ringin Sraten Torong 184,309 19,479 78,123 177,257 476,129 149,55 169,691 283,768 138,756 1.677,06 45,322 4,79 19,211 43,55 48,484 36,775 41,727 27,991 34,12 301,97 177 45,322 4,79 19,211 43,55 48,484 36,775 41,727 27,991 34,12 301,97 30,214 3,193 12,807 29,033 4.828,08 32,323 2.687,46 24,517 27,819 18,661 1.637,16 22,747 201,314 9.152,760 305,167 32,252 129,352 5.005,34 247,617 280,964 1.995,57 229,743 11.635,01

Tabel 7. Unsur kandungan dalam pupuk ZA dan urea Pada Penggunaan Lahan Sayur. Sub DAS ZA Pupuk Kandang dari Kotoran Sapi + Ayam * ) N=21% S=24% N=46% N=1,88% P=1,29% K=1,81% Ca=5,56% Mg=0,67% Galeh Kdung Ringin Legi Panjang 101,390 115,874 399,765 90,768 62,282 87,388 268,441 32,348 Parat 56,437 64,499 222,522 50,524 34,668 48,643 149,423 18,006 Rengas Ringin Sraten 34,380 39,292 135,556 30,779 21,119 29,632 91,026 10,969 Torong 0 192,207 219,665 589,434 172,071 118,070 165,664 508,890 61,323 *)Sumber:http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-harakotoransapi.html. Tabel 8. Unsur N,P,K,S,Ca, dan Mg yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur yang masuk di Waduk Alam Rowopening. No. Sub DAS N P K S Ca Mg 1. Galeh 184,309 45,322 45,322 30,214 305,167 2. Kedung Ringin 19,479 4,790 4,790 3,193 32,252 3. Legi 78,123 19,211 19,211 12,807 129,352 4. Panjang 769,025 105,832 130,938 144,907 268,441 32,348 1451,491 5. Parat 526,653 83,152 97,127 96,822 149,423 18,006 971,183 6. Rengas 149,550 36,775 36,775 24,517 247,617 7. Ringin 169,691 41,727 41,727 27,819 280,964 8. Sraten 314,547 49,110 57,623 57,953 91,026 10,969 581,228 9. Torong 138,756 34,120 34,120 22,747 0 229,743 2.181,71 420,04 467,634 420,978 508,890 61,323 4.060,575 Prosentase 53,73 % 10,34 % 11,52 % 10,37% 12,53 % 1,51 % 100 % kandungan unsur N = 2.181,71 ton/th (53,73 %) tertinggi pada S.Panjang = 769,025 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. kandungan unsur P = 420,04 ton/th (10,34%), tertinggi pada S.Panjang = 105,432 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 4,790 ton/th. kandungan unsur K = 467,634 ton/th (11,52%) tertinggi pada S.Panjang = 105,432 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 4,790 ton/th. kandungan unsur S = 144,907 ton/th (10,57%), tertinggi pada S.Panjang = 144,907 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 3,193 ton/th. 178

kandungan unsur Ca = 508,890 ton/th (12,53%), tertinggi pada S.Panjang = 268,441 ton/th, terendah di Sungai Sraten 91,026 ton/th. kandungan unsur Mg = 61,323 ton/th (1,51 %) tertinggi pada S.Panjang = 268,441 ton/th, terendah di Sungai Sraten 10,969 ton/th. Dari data pada Tabel 8 Nilai Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rowo Pening sangat tinggi yaitu 53,73% yang diduga sebagai sumber Eutrifikasi yang terjadi di Waduk Alam Rowo Pening. Tabel 9. Unsur N dan P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur. Sawah irigasi Sawah tadah Lahan sayur hujan No Sub DAS 1. Galeh Kd. 2. Ringin 3. Legi 4. Panjang 5. Parat 6. Rengas 7. Ringin 8. Sraten 9. Torong Prosentase N P N P N P 122,745 30,183 61,564 15,139 0 N 184,309 P 45,322 Unsur N dan P 229,631 18,208 4,477 1,271 0,313 0 19,479 4,79 24,269 62,52 15,374 15,603 3,837 0 78,123 19,211 97,334 56,506 13,895 120,596 29,655 591,923 62,282 769,025 105,832 874,857 115,666 28,442 81,504 20,042 329,483 34,668 526,653 83,152 609,805 119,278 29,331 30,272 7,444 0 149,55 36,775 186,325 161,757 39,776 7,934 1,951 0 169,691 41,727 211,418 64,702 15,910 49,13 12,081 200,715 21,119 314,547 49,11 363,657 124,433 30,598 14,323 3,522 0 138,756 34,12 172,876 845,816 207,988 382,194 93,982 953,712 118,070 2.181,722 420,04 2.601,762 49,52% 43,71% 85.85% 14,15% Keterangan : - kandungan unsur N pada penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 2.181,722 ton/th. (85,85 %). kandungan unsur N tertinggi pada lahan sayur dengan jumlah sebesar 953,712 ton/th (43,71%), dari jumlah ini tertinggi terjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923 ton/th (62,06 %). - kandungan unsur P tertinggi pada penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 420,04 ton/th (14,15 %) Kandungan unsur P tertinggi pada sawah irigasi sebesar 207 988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadi pada lahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %). unsur P pada penggunaan lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur sebesar 420,04 ton/th (14,15%) - unsur P dan N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan 179

lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur sebesar 2.601,762 ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857 ton/th (33,62%) KESIMPULAN 1. Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya Eutrifikasi yaitu penggunaan lahan yang banyak menggunakan pupuk pada: sawah irigasi dengan luas: 3.466,46 ha (44,33 %), sawah tadah hujan dengan luas 3.132,74 ha (40,06 %), dan lahan sayur dengan luas 1.220,36 ha (15,61 %) 2. Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea 400 kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4 ton/ha/th), dan sawah tadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) sedangkan pada Lahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750 kg/ha/th (0,75 ton/ha/th), 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang = 7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th). 3. kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening pada penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.181,722 ton/th (85,85%). 4. kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada lahan sayur sebesar 953,712 ton/th (43,71%) terjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923 ton/th (62,06 %) 5. unsur P pada penggunaan lahan ( sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 420,04 ton/th (14,15%). 6. kandungan unsur P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada sawah irigasi sebesar 207,988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadi pada lahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %) 7. kandungan unsur (P + N) yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.601,762 ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857 ton/th (33,62%) PENGHARGAAN (acknowledgement) Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dr. Nur Sumedi, S.Pi. MP. yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di DTA Rawapening. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan informasi yang terkait dengan DTA Rawapening. Teknisi hidrologi (sdr. Edy Sulasmiko) dan teknisi lahan dan vegetasi (sdr. Aris Boediono) yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan lapangan dan analisis sample air, diucapkan terimakasih. 180

REFERENSI.2009. Rawa Pening. Kampung itu Berubah Menjadi Rawa. Kompas, 10 Juni 2009. Effendi.,H.2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi.html. Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam. Novizan.2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2012. Penyusunan Rencana Tata Ruang Rinci Kawasan Rawapening. 181