4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua senyawa tersebut merupakan golongan senyawa flavon terprenilasi. Penentuan struktur kedua senyawa tersebut dilakukan berdasarkan data spektroskopi UV, IR, 1 NMR, dan 13 C NMR. 4.1. Artokarpin (35) Senyawa 7-metoksi-5,2,4 -trihidroksi-3,6-diisoprenil flavon atau artokarpin (35) diperoleh sebagai padatan serbuk berwarna kuning-oranye. Spektrum ultraviolet (Gambar 4.1) dalam metanol menunjukkan serapan pada λmaks (A) 203 (0,70), 278 (0,78), dan 347 (0,21) yang menjadi bahu merupakan karakteristik dari kromofor flavon terprenilasi. Penambahan pereaksi geser NaO mengakibatkan terjadinya pergeseran batokromik sebesar 14 nm, menunjukkan adanya gugus fenol bebas pada senyawa ini. 29
Gambar 4.1 Spektrum UV (MeO) senyawa artokarpin (35) setelah ditambah pereaksi geser NaO Keberadaan gugus fenolik ini diperkuat oleh spektrum IR (KBr) (Gambar 4.2), dimana terdapat serapan pada νmaks 3366 cm -1 yang menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus hidroksil. Kemudian, serapan-serapan lainnya menunjukkan adanya serapan vibrasi ulur gugus C- alifatik pada νmaks 2958, 2920, dan 2855 cm -1, serapan pada νmaks 1645 dan 1621 cm -1 mengindikasikan vibrasi ulur C=O terkonjugasi, dan serapan pada νmaks 1479, 1451, dan 1352 cm -1 mempresentasikan adanya vibrasi ulur dari C=C aromatik. Adanya serapan vibrasi ulur O-, serapan dari ulur C- alifatik, serapan C=O terkonjugasi, dan serapan C=C aromatik memperkuat dugaan bahwa senyawa hasil isolasi ini merupakan senyawa flavon terprenilasi. 30
Gambar 4.2 Spektrum IR (KBr) senyawa artokarpin (35) Berdasarkan data spektrum NMR secara keseluruhan dan didukung data-data spektrum UV diatas, senyawa ini diperkirakan sebagai flavon terprenilasi yang dimana terdapat sebuah gugus γ-γ-dimetil alil, suatu gugus 3 metil 2-butenil, dan adanya 3 gugus hidroksi pada posisi 5, 2, 4 dengan 1 gugus metoksi pada posisi 7, struktur senyawa ini ditampilkan pada Gambar 4.3. O O 3 CO O O O Gambar 4.3 Struktur senyawa hasil isolasi (35) 31
Spektrum 1 NMR (Gambar 4.4) menunjukkan adanya satu sinyal pada pergeseran kimia 13,9 ppm yang menunjukkan adanya hidroksil terkelasi pada senyawa ini. Pada daerah aromatik terdapat 3 sinyal untuk 3 proton pada pergeseran kimia 7,18 ppm (1, d, J=8 z), 6,52 ppm (1, d, J=1.75 z), dan 6,51 ppm (1, d, J=6,85 z). Selain itu terlihat juga 3 proton metoksi pada pergeseran kimia 3,94 ppm (3, s). Terdapat serapan proton pada pergeseran kimia 1,42 dan 1,55 ppm masing-masing mewakili tiga proton (3, s), kemudian pada pergeseran kimia 5,11 ppm (1, t), dan terdapat serapan untuk dua proton pada pergeseran kimia 3,12 ppm (2, d, J=7 z) menunjukkan adanya suatu gugus α-α-dimetil alil. Dari data spektrum 1 NMR juga ditunjukkan adanya suatu gugus 3 metil 1-butenil dengan adanya satu sinyal yang mewakili 6 proton pada pergeseran kimia 1,07 ppm (6, d, J=7 z), 1 proton alifatik pada 2,42 ppm (1, m), dan 2 proton vinil berturut-turut pada pergeseran kimia 6,71 (1, dd, J=7 & 16 z) dan 6,51 (1, d, J=7z). 32
Gambar 4.4 Spektrum 1 NMR senyawa artokarpin (35) Dari data 13 C NMR (Gambar 4.5) memperlihatkan 25 sinyal untuk 26 karbon, yang terdiri dari 6 sinyal pada δ C (ppm) 157,2; 157,3; 159,7; 161,5; 162,5; 163,7 untuk karbon oksiaril, sebuah sinyal metilen (24,6 ppm), 3 sinyal pada δ C (ppm) 18,0; 23,0; 25,8 untuk 4 metil, 8 sinyal pada δ C (ppm) 33,9; 90,4; 103,7; 107,9; 116,9; 122,5; 132,1; 142,1 untuk gugus metin, 5 sinyal pada δ C (ppm) 105,5; 109,7; 112,7; 121,8; 132,1 untuk karbon kuartener, sebuah sinyal dari gugus karbonil (183,2 ppm), dan sebuah sinyal metoksi (56,5 ppm). 33
Gambar 4.5 Spektrum 13 C NMR senyawa artokarpin (35) Untuk lebih jelasnya, perbandingan data spektrum 1 dan 13 C NMR dari senyawa hasil isolasi (35) dan artokarpin (35*) diperlihatkan dalam Tabel 4.1. 34
Tabel 4.1. Data δ dan δc NMR senyawa hasil isolasi (35) dan senyawa artokarpin (35*) δ (multiplisitas, L dalam z) δc No-C Artokarpin (35) Artokarpin (35*) Artokarpin (35) Artokarpin (35*) 1 - - - - 2 - - 161,5 160,4 3 - - 121,8 120,2 4 - - 183,2-4a - - 105,5 104,5 5 - - 157,2 155,9 6 - - 109,7 108,1 7 - - 163,7 162,5 8 - - 90,4 90,1 8a - - 159,7 158,0 9 3,12 (2, d, 7z) 3,09 (2, d, 7z) 24,6 23,4 10 5,11 (1, t) 5,09 (1, t) 122,5 121,4 11 - - 132,1 131,1 12 1,42 (3, s) 1,36 (3, s) 25,8 25,4 13 1,55 (3, s) 1,54 (3, s) 18 17,3 14 6,51 (1, d, 7.45z) 6,39 (1, d, 7z) 116,9 115,8 15 6,71(1, dd, 7&16z) 6,64(1,dd,7&16z) 142,1 141,1 16 2,42 (1, m) 2,41 (1, m) 33,9 32,5 17 1,07(6, d, 7z) 1,08 (6, d, 7z) 23 22,6 18 23 22,6 1' - - 112,7 110,8 2' - - 157,3 156,4 3' 6,52(1, d, 1,75z) 6,55 (1, d, 1z) 103,7 102,6 4' - - 162,5 162,3 5' 6,51 (1, d, 6.85z) 6,39 (1, d, 7z) 107,9 106,7 6' 7,18 (1, d, 8z) 7,07 (1,dd,1&8z) 132,1 131,2 7-Ome 3,94 (3, s) 3,88 (3, s) 56,5 55,4 Ref : skripsi Didin Mujahidin, 1997 4.2. Kudraflavon C (77) Senyawa 3,6-diisoprenil-5,7,2,4 -tetrahidroksi flavon atau kudraflavon C diperoleh dalam bentuk padatan serbuk berwarna kuning oranye. Spektrum ultraviolet dalam metanol menunjukan serapan pada λ maks (A) 203 (1,33), 263 (0,62), dan 298 (0,43) yang menjadi kromofor yang terprenilasi. Pada penambahan pereaksi geser NaO senyawa ini mengalami pergeseran batokromik sebesar 49 nm, menunjukan dalam senyawa ini terdapat gugus fenolik bebas. 35
Gambar 4.5 Spektrum UV (MeO) senyawa kudraflavon C setelah ditambah pereaksi geser NaO Ditinjau dari spektrum IR (KBr) terdapat serapan pada v maks 33,23 cm -1 menunjukan adanya gugus O kemudian adanya serapan pada v maks 2916 cm -1 memperlihatkan adanya vibrasi ulur C- alifatik. Serapan pada v maks 1649 dan 1621 cm- 1 menunjukan adanya vibrasi ulur gugus C=O terkonjugasi. Selain itu serapan pada v maks 1463, 1359, 1308 cm- 1 mempresentasikan vibrasi ulur dari C=C aromatik. Berdasarkan data tersebut gugus yang terdapat dalam senyawa ini, merupakan gugus yang terdapat dalam suatu flavon. 36
Gambar 4.6 Spektrum IR (KBr) senyawa kudraflavon C (77) Berdasarkan data spektrum NMR secara keseluruhan dan didukung data-data spektrum UV diatas, senyawa ini diperkirakan sebagai flavon terprenilasi yang dimana terdapat 2 buah gugus isoprenil dan adanya 4 gugus hidroksi pada posisi 5, 7, 2, 4, struktur senyawa ini ditampilkan pada Gambar 4.7. O O O O O O Gambar 4.7 Struktur senyawa hasil isolasi (77) 37
Spektrum 1 NMR (Gambar 4.8) memperlihatkan 1 sinyal pada δ 13,4 ppm menunjukkan adanya gugus hidroksi terkelasi (1, s). Pada daerah aromatik terdapat 1 sinyal doublet pada pergeseran kimia 7,16 (J= 8z), 1 sinyal doublet pada pegeseran kimia 6,54 ppm (J=2,3z) dan terdapat 1 sinyal double doublet pada pegeseran kimia 6,49 ppm (J=2,3 dan 8 z). Ketiga sinyal ini mewakili 1 unit benzen dengan sistem protonasi ABX. Pada pergeresan kimia 6,38 ppm terdapat 1 sinyal aromatik yang mengindikasikan adanya 1 unit benzen dengan 5 substituen. Pada pegeseran kimia 5,11 dan 5,25 ppm terdapat 2 sinyal vinilik triplet (1, t), pada pergeseran kimia 3,08 dan 3,34 ppm terdapat 2 sinyal doublet dari gugus metilen (2, d), dan pada pergeseran kimia 1,4 1,75 ppm terdapat 4 sinyal dari gugus metil (3, s). Data diatas mengindikasikan adanya 2 unit isoprenil yang terdapat dalam senyawa ini. Dari hasil analisa spektrum 1 NMR mengindikasikan bahwa senyawa hasil isolasi ini terdiri atas satu unit benzen dengan sistem protonasi ABX (Gambar 4.9a), satu unit benzen penta-substitusi (Gambar 4.9b), dan dua unit isoprenil (Gambar 4.9c). 38
4 Gambar 4.8 Spektrum 1 NMR senyawa kudraflavon C (77) (a) Gambar 4.9 Unit-unit yang dihasilkan dalam senyawa hasil isolasi (77) (b) (c) 39
Sebagai perbandingan, pada Tabel 4.2 diperlihatkan data spektrum 1 NMR dari senyawa hasil isolasi (77) dan kudraflavon C (77*). Tabel 4.2 Data δ NMR senyawa hasil isolasi (77) dan senyawa kudraflavon C (77*) No. C δ (multiplisitas, J dalam z) Kudraflavon C Kudraflavon C* 1 - - 2 - - 3 - - 4 - - 5 - - 6 - - 7 - - 8 6,38 (s, 1) 6,37 (s, 1) 9 3,09 (d, 2) 3,09 (d, 2) 10 5,11 (t, 1) 5,10 (m, 1) 11 - - 12 1,41 (s, 3) 1,41 (s, 3) 13 1,55 (s, 3) 1,56 (s, 3) 14 3,34 (d, 2) 3,34 (d, 2) 15 5,25 (t, 1) 5,25 (m, 1) 16 - - 17 1,77 (s, 3) 1,75 (s, 3) 18 1,63 (s, 3) 1,63 (s, 3) 1' - - 2' - - 3' 6,54 (d, 1, J=2,3) 6,54 (d, 1, J=2) 4' - - 5' 6,49 (dd, 1, J=2,3&8) 6,50 (dd, 1, J=2&8,3) 6' 7,16 (d, 1, J=8) 7,17 (d, 1, J=8,3) *ref : thesis Nurlelasari, 2003 40