Model Probit Untuk Ordinal Response

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN REGRESI PROBIT ORDINAL PADA PERSENTASE SEKOLAH TERKLASIFIKASI HITAM MENURUT POLA JAWABAN UN

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

(M.9) PEMODELAN MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA STUDI DENGAN PENDEKATAN MODEL BINER BIVARIAT

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

PENERAPAN HURDLE NEGATIVE BINOMIAL PADA DATA TERSENSOR

Pemodelan Regresi Probit Ordinal Pada Kasus Penentuan Predikat Kelulusan Mahasiswa FMIPA Universitas Mulawarman Tahun 2014

Penerapan Hurdle Negative Binomial pada Data Tersensor

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

Kegiatan Anak Usia Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran

Pemetaan dan Pemodelan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Model Probit

Pemetaan dan Pemodelan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Model Probit

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp ISSN:

Pemodelan Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hiv dan Aids Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Poisson Bivariat

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data Profil

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

Regresi Bivariat Poisson Dalam Pemodelan Jumlah Kematian Bayi dan Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression

BAB III METODE PENELITIAN

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman Online di:

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEREMPUAN KAWIN DALAM KEGIATAN EKONOMI DI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam Dengan Regresi Panel

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Gender (IPG) dengan Menggunakan Regresi Probit

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remitan TKI Jawa Timur Dengan Menggunakan Regresi Tobit

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK BINER DAN NAIVE BAYES PADA STATUS PENGGUNA KB DI KOTA TEGAL TAHUN 2014

METODE PREDICTION CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS (PCFA) UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK USER DAN NON USER MOTOR X DI JAWA BARAT ABSTRAK

MODEL REGRESI POISSON YANG DIPERUMUM UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak

Pemodelan Logit, Probit dan Complementary Log-Log pada Studi Kasus Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi di Kalimantan Selatan

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

IMAM AHMAD AL FATTAH Pembimbing II : Penguji : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si. Prof. Dr. Drs. I Nyoman Budiantara, M.Si.

Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Provinsi Jawa

Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner

BINARY LOGISTIC REGRESSION (BLR) TERHADAP STATUS BEKERJA DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

EKO ERTANTO PEMBIMBING

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA

BAB 4 ANALISIS HASIL ESTIMASI Angka Kematian Bayi 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

PEMODELAN KINERJA LEMBAGA PERANGKAT DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang

PENERAPAN REGRESI ZERO-INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) UNTUK PENDUGAAN KEMATIAN ANAK BALITA

BERITA RESMI STATISTIK

Kata Kunci Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Model Log Linier, Regresi Logistik Multinomial. H 1 Ada hubungan antara dua variabel yang diamati

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di:

Pemodelan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Timur dengan Random Effect Model

KONSEP DASAR TERKAIT METODE BAYES

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

REGRESI LINIER BERGANDA

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

Hary Mega Gancar Prakosa Dosen Pembimbing Dr. Suhartono, S.Si, M.Sc Co Pembimbing Dr. Bambang Wijanarko Otok, S.Si, M.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

ESTIMASI EROR STANDAR PARAMETER REGRESI LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE BOOTSTRAP

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY Model Probit Untuk Ordinal Response S - 4 Defi Yusti Faidah, Resa Septiani Pontoh, Departemen Statistika FMIPA Universitas Padadaran defi.yusti@unpad.ac.id Abstrak Pada beberapa kasus tertentu, variabel respon berupa data kategori yang berskala ordinal. Penggunaan metode analisis regresi linier klasik tidak dapat digunakan untuk melihat hubungan variabel yang bersifat ordinal. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah regresi probit. Model probit adalah salah satu model regresi yang dapat digunakan untuk menelaskan hubungan antara variabel respon yang merupakan data kategori berskala ordinal dengan variabel prediktor yang terdiri dari variabel kontinu, diskrit atau campuran antara keduanya. Penaksiran parameter model probit menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE) dan penguian parameter model menggunakan metode Likelihood Ratio est.. Kaian penelitian ini adalah memodelkan Indeks Pembangunan Manusian (IPM) di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil pemodelan regresi probit dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap IPM Provinsi Jawa Barat yaitu persentase penduduk miskin. Diharapkan dengan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dapat diadikan sebagai masukan kepada pemerintah untuk meningkatkan IPM Provinsi Jawa Barat. Kata kunci: IPM, Model Probit, Ordinal Response I. PENDAHULUAN Pemodelan berkaitan dengan enis data yang digunakan. enis data terdiri dari data numerik dan kategori. Ketika variabel respon dari hasil penelitian merupakan data kategori yang bersifat data ordinal maka analisis regresi linear klasik tidak bisa digunakan. salah satu metode untuk mengatasi masalah tersebut adalah regresi probit. Regresi probit ordinal adalah salah satu model regresi yang dapat digunakan untuk menelaskan hubungan antara variabel respon yang merupakan data kategori berskala ordinal dengan variabel prediktor yang terdiri dari variabel kontinu, diskrit atau campuran antara keduanya []. Regresi ini pertama kali dikembangkan oleh Aitchison dan Silvey tahun 957 dari model regresi probit yang dikemukakan oleh Bliss pada tahun 934. Apabila data diketahui berdistribusi normal maka lebih disarankan menggunakan regresi probit ordinal untuk pemodelan data []. Pemodelan probit diaplikasikan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat. Masih rendahnya kualitas SDM merupakan kelemahan yang mendasar bagi negara berkembang termasuk Indonesia. erbukti bahwa Jawa Barat, yang notabene merupakan provinsi besar di Indonesia memiliki nilai IPM yang masih berada di kisaran menengah atas. Diharapkan dengan dengan diketahuinya faktorfaktor yang berpengaruh terhadap IPM dapat diadikan sebagai salah satu masukan pemerintah dalam mengambil kebiakan untuk meningkatkan kualitas SDM di Provinsi Jawa Barat. A. Model Probit II. MEODE PENELIIAN Pemodelan regresi probit ordinal diawali dengan memperhatikan model sebagai berikut [][3]. dimana Y x β Y adalah variabel respon yang merupakan variabel kontinu, adalah parameter intersep, x adalah yang tidak diketahui, β adalah vektor parameter koefisien dengan vektor variabel bebas, dengan x X N,. Berdasarkan persamaan () dilakukan transformasi ke dalam bentuk Z ~ N(,) Selanutnya dilakukan pengkategorian terhadap X X p p () dan adalah error yang diasumsikan berdistribusi Y Z ( β x), dimana Y secara or-dinal yaitu untuk Y MS 85

ISBN 978--7343-- dikategorikan dengan Y, untuk Y dikategorikan dengan Y,..., untuk Y Y dikategorikan dengan Y,..., untuk dikategorikan dengan model regresi probit ordinal sebagai berikut. ( β x) ( ) β x PZ PZ PZ P Y ( ) β x P Z P Y ( P Y P Y β x ( ) β x β x) β x), sehingga diperoleh β x ) β x ( β x ) β x β x Z () ( β ) x P Y P Y P Z dengan Y untuk kategori terendah dan distribusi kumulatif distribusi normal [4]. β x Y untuk kategori tertinggi dan adalah fungsi B. Penguian Model Probit Metode Likelihood Ratio est digunakan untuk mengui peranan variabel prediktor di dalam model. Misalkan Y, Y,, Yn adalah variabel random yang saling bebas sebanyak n, yang masingmasing mempunyai fungsi distribusi probabilitas f ;,,, ), untuk i,,, n. Himpunan ( y i p yang terdiri dari semua parameter titik,,, ) dinotasikan dengan dan subset dari. n ) f ( y i ; ), dengan L( i n L( ) f ( ;,,, i y i p ) ( p, dengan,,, Hipotesis : H : = H : Paling sedikit ada satu merupakan umlah prediktor dalam model. Statistik ui untuk Likelihood Ratio est adalah ditunukkan dalam persamaan (3). L( ˆ) G ln L( ˆ ) dengan = penaksir likelihood yang tidak mengandung variabel prediktor. = penaksir likelihood dengan variabel prediktor Statistik ui mengikuti sebaran dengan deraat bebas p, dimana H akan ditolak ika nilai [5]. C. Data Penelitian p (3) G ( p) Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas. Unit observasi adalah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari kabupaten/kota. Variabel respon dalam penelitian ini adalah IPM yang terbagi menadi tiga kategori yaitu rendah, menengah dan tinggi. Variabel prediktornya adalah persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan (X ), persentase penduduk yang berpendidikan di atas SLP (X ), rata-rata pendapatan perkapita (X 3 ), rasio ketergantungan (X 4 ), peranan sektor industri dalam PDRB (X 5 ) dan persentase penduduk miskin (X ) MS 8

SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY D. Langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah Melakukan analisis deskripsi statistik terhadap semua variabel untuk mengetahui karakteristik IPM di Provinsi Jawa Barat Melakukan penguian hipotesis terhadap parameter model regresi probit ordinal. Menarik kesimpulan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini diuraikan tentang deskripsi IPM di Provinsi Jawa Barat. Selain itu uga diuraikan pemodelan IPM beserta fakor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunkaan model probit. A. Deskripsi IPM Sebagai gambaran awal dilakukan analisis statistik deskriptif terhadap karakteristik IPM di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa engah, dan Jawa. Hasil analisis des-kriptif dapat dilihat pada abel. abel. Persentase Kelompok IPM Kelompok Jawa Barat Jumlah Persentase Rendah 9 34, Menengah 5 57,9 inggi 7,9 Sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat memiliki IPM dengan kategori menengah. Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki IPM kategori rendah masih cukup tinggi yaitu 34 persen. Sementara itu yang memiliki IPM tinggi hanya mencapai 7 persen. abel merupakan statistika deskriptif untuk menunukkan karakteristik kelompok kabupaten/kota dengan tingkat IPM rendah, menengah dan tinggi di Provinsi Jawa Barat. Variabel % penduduk yang tinggal di perkotaan (X ) % Penduduk yang berpendidikan di atas SLP (X ) abel. Karakteristik Kelompok Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Rata- Rata Rendah Menengah inggi Standar Deviasi Rata- Rata Standar Deviasi Rata- Rata Standar Deviasi 4,,83 55,3 35,7 94,85,8 7,38 5,57 4,,,5,88 Rata-rata pendapatan perkapita (ribu rupiah) (X 3 ) Rasio ketergantungan (X 4 ) Peranan sektor industri dalam PDRB (X 5 ) % Penduduk miskin (X ) 9,4 44,8 378,35 99,4 587, 5,3,58,,5,5,44,,3 9,3 3,75 4,3 4,,55 7,85,4,5 4,9 3,7,8 Kabupaten/kota dengan tingkat IPM rendah hanya 4, persen penduduknya tinggal diperkotaan, sedangkan kabupaten/kota dengan tingkat IPM menengah sudah mencapai 55,3 persen. Sementara itu, MS 87

ISBN 978--7343-- kabupaten/kota dengan tingkat IPM tinggi, 94,85 persen penduduknya tinggal di daerah perkotaan dan memiliki standar deviasi paling kecil dibanding dengan kelompok yang lain. Hal ini berarti bahwa variasi di antara kabupaten/kota pada tersebut sangat kecil atau hampir semua tinggal di daerah perkotaan. ingkat pendidikan di Provinsi Jawa Barat masih kurang bagus. Hal ini dikarenakan rata-rata dari ketiga kelompok kabupaten/kota tersebut persentase penduduk yang berpendidikan diatas SLP atau sederaat hanya berkisar antara 7 - persen. Rata-rata pendapatan perkapita kabupaten/kota yang memi-liki tingkat IPM rendah hanya 9,4 ribu rupiah, sedangkan kabu-paten/kota dengan tingkat IPM menengah dan tinggi masing-masing adalah 378,35 dan 587, ribu rupiah. Rasio ketergantungan penduduk untuk kabupaten/kota dengan IPM rendah, menengah dan tinggi masing-masing adalah,58;,5 dan,44 persen. Berdasarkan ketiga kelompok tersebut, rasio ketergantungan penduduknya masih cenderung tinggi tetapi standar deviasinya cukup kecil. Hal ini berarti kabupaten/kota di ketiga kelompok mempunyai rasio ketergantungan penduduk yang hampir sama. Kelompok dengan tingkat IPM yang tinggi mempunyai pe-ranan sektor industri paling besar terhadap PDRB, yakni rata-rata per kabupaten/kota memberikan peranan sebesar 4, persen. Sementara itu, peranan sektor industri yang paling kecil adalah kelompok dengan tingkat IPM yang rendah dengan rata-rata per kabupaten/kota memberikan peranan hanya sebesar,3 persen. Salah satu faktor yang memicu tinggi rendahnya IPM di suatu wilayah adalah kemiskinan. Jika dilihat dari persentase penduduk miskin ketiga kelompok tersebut, rata-rata memiliki persentase penduduk miskin berkisar antara 4 sampai 8 persen. Kabupaten/kota yang paling banyak penduduk miskinnya adalah ke-lompok dengan tingkat IPM rendah, yakni sebesar 7,85 persen. B. Pemodelan IPM Provinsi Jawa Barat Untuk mendapatkan model IPM yang terbaik dilakukan penguian parameter secara parsial. Variabel yang signifikan pada penguian parsial digunakan untuk pemodelan IPM. Penguian Parameter Secara Parsial Penguian parameter secara parsial dilakukan dengan mengui setiap, untuk secara parsial. Hasil dari penguian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masingmasing variabel bebas prediktor terhadap IPM Provinsi Jawa Barat. Disamping itu hasil penguian secara parsial dapat digunakan untuk memilih variabel prediktor yang digunakan pada model regresi probit ordinal multivariabel. ingkat signifikansi ( ) yang digunakan adalah sebesar,5, sehingga daerah kritis untuk menolak H adalah Z /,9. abel 3. Ui Signifikansi Parameter Secara Parsial Variabel Koefisien SE Koefisien Z Keputusan X,399,35,45995 olak H X,85,44755,483 olak H X 3,359,53,55788 olak H X 4-8,4748,78383 -,74544 olak H X 5,44,934,33954 erima H X -,44937,584 -,839453 olak H,,, p Berdasarkan abel dapat diketahui bahwa hanya variabel X, X, berpengaruh secara signifikan terhadap IPM Provinsi Jawa Barat. X 3, X 4, dan X yang Penguian Parameter Secara Serentak Setelah diperoleh variabel yang mempengaruhi IPM Provinsi Jawa Barat secara individu selanutnya dilakukan penguian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel prediktor yang signifikan dari model regresi probit ordinal secara serentak. MS 88

SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY abel 4. Hasil Penaksiran dan Penguian Parameter Secara Serentak Variabel Koefisien SE Koefisien P-value X -,734,744,9787 X -,359,94,834 X 3 -,447,787,97 X 4 -,8488,973,937 X -,453337,59,358-3,83755,4779,8-8,4 9,7834,43 LR = 5,858,5; 4,7 Berdasarkan hasil dari penguian serentak diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik ui LR (5,83) lebih besar daripada,7 sehingga paling sedikit satu yang tidak sama dengan nol. Variabel yang berpengaruh secara serentak hanya X karena memiliki P-value kurang dari. Pˆ Y [ 7,3 (,44937X )] (4) Pˆ Y [,7739 (,44937X )] [ 7,3 (,44937X )] (5) Pˆ Y [,7739 (,44937X )] () Berdasarkan model probit di atas dapat diperoleh nilai prediksi probabilitas kabupaten/ kota Provinsi Jawa Barat memperoleh IPM rendah, menengah dan tinggi yang dapat dilihat pada. Misalnya dipilih Kabupaten Cirebon untuk menelaskan model regresi probit ordinal yang diperoleh. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Cirebon adalah 9,7 persen. Berdasarkan persamaan (4), persamaan (5) dan persamaan () diperoleh nilai prediksi untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut,93;,84 dan. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Cirebon mempunyai probabilitas yang besar untuk mendapatkan IPM rendah. Hasil perhitungan prediksi probabilitas kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat dengan model probit dapat diketahui kabupaten/kota mana saa yang memiliki IPM rendah, menengah, dan tinggi. Adapun hasil pengelompokannya dapat dilihat pada abel 3. abel 4. Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Kelompok Kabupaten/Kota Kabupaten Cainur, Kabupaten Garut, Kabupaten asikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Maalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, kota Cimahi, Kota asikmalaya, Kota Banar Kota Bandung, Kota Depok Kebenaran pengelompokan kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat dapat dilihat berdasarkan ketepatan hasil pengklasifikasian antara prediksi dan observasi. abel 5 memperlihatkan bahwa model yang telah diperoleh memiliki kemampuan mengklasifikasikan obek dengan benar sebanyak kabupaten/kota atau men-capai 73,8 persen. MS 89

ISBN 978--7343-- abel 5. Klasifikasi Hasil Prediksi Dan Observasi Observasi Prediksi 3 Efek marginal digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel peranan persentase penduduk miskin terhadap probabilitas kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat mendapatkan IPM rendah, menengah dan tinggi. Y ˆ ˆ Pˆ X β x (,44937) 7,3 (,44937X ) (7) Y ˆ βˆ x βˆ x Pˆ X 7,3 (,44937X ),7734 (,44937 ) (,44937) X Y ˆ βˆ x Pˆ X,44937),7734 (,44937X ) (9) ( Selain itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh persentase penduduk yang tinggal di perkotaan digunakan efek marginal. Berdasarkan persamaan (4.5) hingga (4.7) diperoleh nilai efek marginal dari persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Barat seperti yang terdapat pada Lampiran. Misalkan untuk Kabupaten Cirebon, nilai efek marginal persentase penduduk miskin terhadap probabilitas Kabupaten Cirebon mendapat IPM rendah, menengah dan tinggi berturut-turut adalah sebesar,7; -,7 dan. erlihat bahwa nilai efek marinal terbesar adalah untuk kategori IPM rendah. Hal ini menunukkan bahwa persentase penduduk miskin memberikan pengaruh yang besar terhadap probabilitas Kabupaten Cirebon mendapatkan IPM rendah karena setiap kenaikan persentase penduduk miskin sebesar satu satuan maka akan meningkatkan peluang Kabupaten Cirebon memperoleh IPM rendah sebesar 7, persen. (8) IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pemodelan probit dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi IPM Provinsi Jawa Barat adalah persentase penduduk miskin dengan ketepatan klasifikasi yang mencapai 73,8 persen. Penelitian ini belum memperhatikan adanya keterkaitan antar wilayah dalam pemodelan. Perlu dilakukan pemodelan probit spasial untuk mengatasi adanya keterkaitan antar wilayah yang saling berdekatan. DAFAR PUSAKA [] J.H. Aldrich, and Nelson, F.D., Linear Probability, Logit, and Probit Models, California: Sage, 984. [] D.J. Finney, Probit Analysis, 3 th edition, Cambridge: Cambridge University Press, 97. [3] C. O Donnell, and D.H. Connor, Predicting the Severity of Motor Vehicle Accident Inuries Using Models of Ordered Multiple Choice, Accident Analysis and Prevention, vol.8(); pp: 739 753, 99. [4] W.H. Greene, Econometrics Analysis, th edition, New Jersey: Prentice Hall, 8. [5] A. Agresti, Categorical Data Analysis, nd edition. New York: John Willey and Sons,. MS 9