III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Bab III Bahan dan Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

METODE. Materi. Rancangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan nugget dan pengujian organoleptik dilaksanakan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

IV. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

III. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2015. 3.2. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan yaitu daun pegagan berasal dari desa Batanghari Lampung Timur, rumput laut dari pasar Bambu Kuning, dan saus teriyaki. Sedangkan bahan untuk analisis antara lain etanol 96%, DPPH (1,1-difenil-2- pikrilhidrazil), BHA (Butylated Hydroxyanisole), NaOH, HCl, n-heksana, asam borat, alkohol 95%, larutan bromcresol green, larutan metil merah, dan aquades. Alat yang digunakan antara lain blender, baskom, cetakan nori, pisau, neraca analitik, hotplate, teflon, oven, nampan, tabung reaksi, inkubator, pipet ukur, rubber bulb, spektofotometer, alumunium foil, erlenmeyer, tabung kuvet, tabung sentrifuge, sentrifugasi, spatula, vortex, labu lemak, cawan porselin, labu kjeldahl, tanur, dan desikator.

3.3. Metode Penelitian 22 Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) non faktorial dengan tiga kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan 9 taraf perlakuan yaitu proporsi antara daun pegagan dan rumput laut yang terdiri dari 90:10 (P1), 80:20 (P2), 70:30 (P3), 60:40 (P4), 50:50 (P5), 40:60 (P6), 30:70 (P7), 20:80 (P8), dan 10:90 (P9). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan uji tuckey dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%. 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pembuatan Nori dari Pegagan Pembuatan nori dari proporsi daun pegagan dan rumput laut dilakukan dengan metode Teddy (2009) yang dimodifikasi. Daun pegagan dan rumput laut dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran. Daun pegagan dan rumput laut dikombinasikan dengan perbandingan 90:10 (P1), 80:20 (P2), 70:30 (P3), 60:40 (P4), 50:50 (P5), 40:60 (P6), 30:70 (P7), 20:80 (P8), dan 10:90 (P9). Proporsi daun pegagan dan rumput laut total setiap perlakuan sebanyak 150 g. Kedua bahan tersebut dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur halus. Selanjutnya bubur dicetak menjadi lembaran nori dengan ceatakan ukuran 20 x 20 cm. Lembaran nori yang terbentuk kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 3 hari. Setelah kering nori diangkat dari

cetakan, kemudian direbus dengan saus teriyaki sebanyak 3 sendok makan per 23 200 ml air selama satu menit. Lembaran nori selanjutnya dikeringkananginkan selama 2 jam pada suhu kamar lalu dikeringkan pada oven suhu 60 o C selama 15 menit. Lembaran nori yang sudah kering selanjutnya dianalisis organoleptik dan aktivitas antioksidan dengan standar BHA (Butylated Hydroxyanisole). Hasil pengujian terbaik selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Diagram alir proses pembuatan nori dari proporsi daun pegagan dan rumput laut dapat dilihat pada Gambar 5.

Daun pegagan (Centella asiatica) Rumput laut (Eucheuma cottonii) 24 Pembersihan (air mengalir) Pembersihan (air mengalir) Kombinasi daun pegagan dan rumput laut (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, dan 10:90) Penghalusan (Blender,10 menit) Pencetakan (20 x 20 cm) Pengeringan (Suhu kamar, 3 hari) Perebusan (1 menit) Ditambah saus teriyaki (3 sendok/200 ml air) Pengeringan (15 menit, 60 ºC) Nori (Analisis organoleptik dan antioksidan) Hasil terbaik Analisis proksimat Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan nori dari proporsi daun pegagan dan rumput laut (Teddy, 2009; dimodifikasi)

3.5. Pengamatan 25 Parameter yang diamati meliputi uji organoleptik dan aktivitas antioksidan dengan standar BHA untuk menentukan proporsi terbaik. Hasil terbaik selanjutnya dilakukan analisis proksimat yang meliputi kadar air, abu, karbohidrat, lemak, dan protein. 3.5.1 Uji Organoleptik Uji organoleptik terhadap nori yang dibuat dari proporsi daun pegagan dan rumput laut dilakukan dengan metode uji skoring dan hedonik. Pengujian uji skoring bertujuan untuk memberikan skor terhadap karakteristik mutu nori, sedangkan uji hedonik bertujuan untuk memberikan nilai berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Panelis diminta memberikan nilai sesuai dengan penilaian terhadap atribut sensori yang dinilai yaitu tekstur, aroma, dan warna untuk uji skoring, serta penerimaan keseluruhan untuk uji hedonik. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih, mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian yang telah mengambil mata kuliah uji sensori serta digunakan panelis yang mengetahui tentang produk nori. Panelis yang digunakan sebanyak 20 orang. Sampel yang sudah diberi kode disajikan secara acak kepada panelis, kemudian panelis diminta untuk memberikan nilai menurut tingkat skoring dan kesukaannya. Lembar kuesioner uji skoring dan hedonik dapat dilihat pada Gambar 6.

Lembar Kuesioner Uji Skoring dan Hedonik 26 Nama : Tanggal : Di hadapan anda disajikan sembilan sampel nori. Evaluasi sampel-sampel dihadapan anda berdasarkan tekstur, aroma, warna, dan penerimaan keseluruhan dengan cara mencicipi sampel satu persatu. Gunakan skala yang tersedia untuk menunjukkan penilaian anda terhadap masing masing parameter sampel. Penilaian Tekstur Kode 413 162 590 720 663 823 312 903 244 Warna Aroma Penerimaan keseluruhan Keterangan: Skala uji skoring Skala hedonik Tekstur Penerimaan keseluruhan Sangat tidak kompak 1 Sangat tidak suka 1 Tidak kompak 2 Tidak suka 2 Agak kompak 3 Agak suka 3 Kompak 4 Suka 4 Sangat kompak 5 Sangat suka 5 Warna Coklat tua 1 Coklat 2 Coklat kehijauan 3 Hijau 4 Hijau tua 5 Aroma Sangat beraroma daun pegagan 1 Beraroma daun pegagan 2 Agak beraroma daun pegagan 3 Tidak beraroma daun pegagan 4 Sangat tidak beraroma daun pegagan 5 Gambar 6. Lembar kuesioner uji skoring dan hedonik

3.5.2 Uji Aktivitas Antioksidan 27 Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2- pikrilhidrazil). Metode DPPH ditandai dengan adanya perubahan warna sampel dari ungu menjadi kuning atau kuning muda. Perubahan warna terjadi setelah dilakukan inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 o C dalam wadah tertutup alumunium foil. Tujuan inkubasi yaitu untuk mempercepat reaksi antara sampel yang bertindak sebagai antioksidan dan radikal DPPH. Data kuantitatif uji aktivitas antioksidan diperoleh dari pengukuran absorbansi sampel nori pada panjang gelombang 517 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi maka nilai persentase penghambatnya akan semakin rendah. Dari absorbansi yang diperoleh kemudian dihitung persen (%) penghambatannya (Molyneux, 2004). Pengujian antioksidan dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Prinsip metode uji antioksidan adalah pengukuran penangkapan radikal bebas dalam pelarut etanol pada suhu kamar oleh senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan dari sampel dilakukan secara spektrofotometri menggunakan larutan pembanding berdasarkan kemampuannya dalam pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas. Senyawa DPPH yang bereaksi dengan senyawa antioksidan sampel melalui reaksi penangkapan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron dan mengubahnya menjadi difenil pikril hidrazin (DPPH-H) dan senyawa bukan radikal yaitu DPPH yang stabil. Adanya penurunan absorbansi tersebut maka aktivitas antioksidan penangkap radikal dapat ditentukan (Pokorni, 2001; Afriani et al., 2014).

Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH 28 akibat penambahan sampel. Nilai absorbansi larutan DPPH sebelum dan setelah penambahan ekstrak nori dihitung dengan metode Ismail et al. (2012) dengan rumus sebagai berikut: Aktivitas Antioksidan (%) = A blanko - A sampel A blanko x 100% Keterangan : A sampel : nilai absorbansi sampel A blanko : nilai absorbansi tanpa sampel a. Persiapan ekstrak nori Sampel nori diblender, kemudian sampel diambil sebanyak 1,5 g dan dilarutkan dalam 15 ml etanol 96%, sampel divortex selama 1 menit. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Diagram alir persiapan ekstrak sampel dapat dilihat pada Gambar 7.

29 Nori (Blender) Sampel diambil sebanyak 1,5 g dilarutkan dalam 15 ml etanol 96% Homogenisasi (Divortex selama 1 menit) Sentrif ugasi (Kecepatan 3500 rpm selama 15 menit) Ekstrak nori Gambar 7. Persiapan ekstrak nori b. Persiapan larutan kontrol DPPH Pengujian aktivitas antioksidan diawali dengan pembuatan larutan kontrol DPPH 0,007 mm. Serbuk DPPH 0,0027 g ditimbang dalam ruang gelap kemudian dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 100 ml. Larutan DPPH 0,007 mm kemudian dimasukan kedalam kuvet untuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil pengukuran absorbansi sebagai Absorbansi kontrol (Ak). Digram alir persiapan larutan kontrol DPPH (Ak) dapat dilihat pada Gambar 8.

30 c. Pengukuran aktivitas antioksidan Pengujian aktivitas antioksidan sampel nori dilakukan dengan metode (Molyneux, 2004). Ekstrak sampel nori diambil sebanyak 7,5 ml dan ditambahkan larutan DPPH 0,007 mm dalam etanol 96% sebanyak 2,5 ml. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, kemudian dimasukan kedalam kuvet untuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil pengukuran absorbansi yang didapat digunakan sebagai Absorbansi sampel (As). Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 9.

31 Ekstrak sampel nori (7,5 ml) Ditambahkan larutan DPPH 0,007 mm dalam etanol 96% sebanyak 2,5 ml Diinkubasi (Suhu 37 o C selama 30 menit) Sampel dimasukan ke dalam kuvet Diukur absorbansinya (Panjang gelombang 517 nm) Gambar 9. Pengukuran aktivitas antioksidan (Molyneux, 2004). 3.5.3 Uji Kadar Antioksidan Nori Pembuatan standar untuk aktivitas antioksidan menggunakan antioksidan sintetik yaitu BHA. Standar BHA digunakan untuk menentukan kadar antioksidan sampel dari larutan yang diuji. Dari nilai absorbansi yang diperoleh dihitung persen terhadap aktivitas antioksidan standar BHA. Persen aktivitas antioksidan dan konsentrasi sampel BHA digunakan untuk menentukan persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier ( Y = a + bx) akan digunakan untuk menentukan kadar antioksidan sampel dengan memasukkan nilai aktivitas antioksidan sampel ke dalam persamaan tersebut. Metode pengujian standar BHA dilakukan sama seperti sampel. Serbuk BHA 0,01 g dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 15 ml. Larutan di encerkan sampai didapat nilai absorbansi sekitar 0,2-0,4 dengan cara serbuk BHA yang telah

dilarutkan dalam etanol 96% divortex. Sampel diambil sebanyak 7,5 ml 32 kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi 7,5 ml etanol 96%, kemudian larutan divortex. Pengenceran dilakukan sampai 13 kali. Setelah pengenceran, pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH seperti pada sampel. Setelah diperoleh data absorbansi kemudian dihitung aktivitas antioksidan (%) dan dibuat grafik untuk menentukan persamaan regresi linier. 3.5.4 Analisis Proksimat a. Kadar air Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven (AOAC, 2005). Prinsipnya dengan menguapkan molekul air bebas yang ada dalam sampel. Sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan dengan asumsi semua air yang terkandung dalam sampel sudah diuapkan. Banyaknya air yang diuapkan merupakan selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan. Cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105ºC. Cawan didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dioven pada suhu 100-105ºC selama 6 jam. Sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Penentuan kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan : Kadar air (%) = B - C B- A x 100% 33 A : berat cawan kosong (g) B : berat cawan + sampel awal (g) C : berat cawan + sampel kering (g) b. Kadar abu Analisis kadar abu dilakukan menggunakan metode oven (AOAC, 2005). Prinsipnya adalah pembakaran bahan-bahan organik yang diuraikan menjadi air dan karbondioksida tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini disebut abu. Cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105ºC. Cawan didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dibakar di atas nyala pembakar sampai tidak berasap dan dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur bersuhu 550-600ºC sampai pengabuan sempurna. Sampel yang sudah diabukan didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap pembakaran dalam tanur diulangi sampai didapat bobot yang konstan. Penentuan kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut. Keterangan : Kadar abu (%) = C - A B- A x 100% A : berat cawan kosong (g) B : berat cawan + sampel awal (g) C : berat cawan + sampel kering (g)

c. Kadar lemak 34 Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet (AOAC, 2005). Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut non polar. Labu lemak yang akan digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100-105ºC. Labu lemak didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g (B) kemudian dibungkus dengan kertas saring, ditutup dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam sokhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Sampel sebelumnya telah dioven dan diketahui bobotnya. Pelarut heksan dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks atau ektraksi selama 5-6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling, dan ditampung. Ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105ºC selama 1 jam. Labu lemak didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Penentuan kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut. Keterangan : Lemak total (%) = (C - A) x 100% B A : berat labu alas bulat kosong (g) B : berat sampel (g) C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)

d. Kadar protein 35 Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl (AOAC, 2005). Prinsipnya adalah oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan baku asam. Sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, ditambahkan dengan 1/4 buah tablet, kemudian didekstruksi sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO 2 hilang. Larutan dibiarkan dingin dan dipindahkan ke labu 50 ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda tera, dimasukkan ke dalam alat destilasi, ditambahkan dengan 5-10 ml NaOH 30-33% dan dilakukan destilasi. Destilat ditampung dalam larutan 10 ml asam borat 3% dan beberapa tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan metil merah 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan antara 10 ml bromcresol green dengan 2 ml metil merah) kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan berubah warnanya menjadi merah muda. Penentuan kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut.

36 Protein (%) = (VA - VB) HCL x N HCL x 14,007 x 6,25 x 100% W x 1000 Keterangan : VA : ml HCl untuk titrasi sampel VB : ml HCl untuk titrasi blangko N : normalitas HCl standar yang digunakan 14,007 : berat atom Nitrogen 6,25 : faktor konversi protein untuk ikan W : berat sampel (g) Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel e. Kadar Karbohidrat Penentuan kadar karbohidrat dihitung menggunakan by difference (Winarno, 1996) dengan rumus sebagai berikut. Karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + kadar protein + kadar abu + kadar lemak)%