HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, pengangkatan anak merupakan cara untuk mempunyai

PERWALIAN MENURUT KONSEP HUKUM TERTULIS DI INDONESIA GUARDIANSHIP BY CONCEPT OF WRITTEN LAW IN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ISLAM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA KOTA JAMBI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah: suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

TANGGUNG JAWAB AHLI WARIS TERHADAP HUTANG PEWARIS BERDASARKAN HUKUM ISLAM THE RESPONSIBILITY OF INHERITOR TOWARDS BEQUEATHOR LOAN BASED ON ISLAMIC LAW

WARIS ISLAM DI INDONESIA

PENGANGKATAN ANAK DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PEMERINTAH NO.54 TAHUN 2007 TENTANG PENGANGKATAN ANAK. Oleh : Sasmiar, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA MELALUI WASIAT WAJIBAH

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembagian harta warisan dengan aturan yang sangat adil sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

A. Tenripaang Chairan. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

BAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

Sejarah. Adopsi Dalam Hukum Islam. Surah Al-AhzabAyat4 dan5 08/03/2018

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGANGKATAN ANAK ANTAR WARGA NEGARA INDONESIA DAN AKIBAT HUKUMNYA DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. (Dra. Muhayah, SH) : Apakah pewarisan terhadap anak angkat berdasarkan penetapan

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

PENGATURAN MENGENAI PENGANGKATAN ANAK YANG DILAKUKAN OLEH SESEORANG YANG TIDAK KAWIN

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

SKRIPSI HARTA WARIS BAGI ANAK ANGKAT BERDASARKAN HUKUM WARIS ISLAM ESTATE FOR THE FOSTER CHILD IS BASED ON ISLAMIC INHERITANCE LAW

TESIS. Oleh : DESMI YARNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2003

Transkripsi:

Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM THE RIGHTS OF ADOPTED CHILD TOWARDS THE INHERITANCE OF ADOPTED PARENTS BASED ON ISLAMIC LAW Oleh: Susiana *) ABSTRACT An adopted child is the child which his rights has been changed from his parents, guardian that is valid or other people that are responsible for taking care, education and to grow the child by in the family of adopted parents based on the decision of the court. The parents are responsible for daily life and education of the child. In Islamic law the adopted parents are still having relationship with his biological parents; hence the child is not going to be one of the parties receiving the legacy from the adopted parents. If the parents die, the adopted child would not be one of them but Islamic law provide centanty and protection to the child receiving the legacy from his adopted parents is through the institution wasiat wajibah as ruled in Article 209 (2) of Islamic Law Compilation. Keywords: Rights adopted child, Inheritance Property. A. PENDAHULUAN Keberadaan anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat berarti dan menjadi harapan setiap orang yang membangun keluarga. Anak memiliki arti yang berbedabeda bagi setiap orang. Anak merupakan penyambung keturunan, sebagai investasi masa depan, dan anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala usia tua. Anak merupakan penerus keturunan. Sebuah keluarga yang ideal terdiri dari ayah, ibu dan anak, namun dalam sebuah keluarga tidak selamanya ketiga unsur ini terpenuhi. Terkadang ada keluarga yang tidak mempunyai anak, ada keluarga yang memiliki anak, namun tidak mampu membiayai anaknya, dan ada juga keluarga yang menelantarkan anaknya. Keluarga yang tidak memiliki anak dan sangat menginginkan anak biasanya melakukan pengangkatan anak. Pengangkatan anak harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. *) Susiana, S.H., M.Hum adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. ISSN: 0854-5499

Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Susiana Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan dan penetapan pengadilan. 1 Selanjutnya dalam Pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan dalam hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Di dalam hukum Islam ditentukan bahwa pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan antara anak angkat dengan orang tua kandungnya, terutama dalam hal mewarisi harta peninggalan orang tuanya dan secara tegas ditentukan bahwa anak angkat bukanlah ahli waris dari orang tua angkatnya. Berkaitan dengan pengangkatan anak sebagaimana diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana hak anak angkat terhadap harta peninggalan orang tua angkat menurut hukum Islam, karena dalam kenyataan setelah orang tua angkat meninggal dunia sering terjadi perselisihan mengenai harta peninggalan orang tua angkat antara anak angkat dengan saudara kandung orang tua angkat. B. PEMBAHASAN 1. Tinjauan Tentang Pengangkatan Anak Pengangkatan anak merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang tidak memiliki keturunan. Pengangkatan anak menjadi bagian dari sistem hukum kekeluargaan, karena menyangkut kepentingan orang perorangan dalam keluarga. 2 140 1 Ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 2 Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan anak di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm ix.

Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Pengangkatan anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan dan penetapan pengadilan. Pengangkatan anak harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku agar sah secara hukum, sehingga dapat memberikan kepastian bagi anak angkat dan orang tua angkat. Pasal 39 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak menyebutkan bahwa: (1) Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dan orang tua kandungnya. (3) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat. (4) Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. (5) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat. Sejak Tahun 2007, pengangkatan anak telah mendapat pengaturan tersendiri, yakni di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Di dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Pengangkatan anak bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan 141

Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Susiana ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya di dalam Pasal 3 ditentukan bahwa: (1) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat. (2) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat. Lebih lanjut, di dalam Pasal 4 ditentukan bahwa pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya. Menurut hukum Islam, pengangkatan anak hanya dibenarkan apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 3 a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua biologis dan keluarga. b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua angkat, melainkan tetap sebagai pewaris dari orang tua kandungnya, demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya. c. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung kecuali sekedar sebagai tanda pengenal/alamat. d. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan terhadap anak angkatnya. 2. Anak Angkat Bukan Ahli Waris dalam Hukum Islam Masalah warisan pasti akan dialami oleh setiap orang. Pada saat seseorang meninggal dunia, harta yang ditinggalkannya akan dibagikan di antara ahli waris yang ditinggalkannya. Menurut Pasal 171 Huruf (a), hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, 3 Muderis Zaini, Adopsi suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, 2002, hlm 54. 142

Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Menurut Muhammad Amin Summa, hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan pengalihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya. 4 Dalam hukum Islam, tata cara pembagian warisan telah diatur dengan sebaikbaiknya. Al-Quran menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan. Di Indonesia, dasar hukum yang dijadikan pedoman dalam hal kewarisan dan penetapan ahli waris bagi masyarakat yang beragama Islam adalah Kompilasi Hukum Islam (KHI). Warisan atau harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Pewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang meninggalkan sejumlah harta benda maupun hak-hak yang diperoleh selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 5 Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni, pengertian peninggalan yang dikenal di kalangan fuqaha adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya. Jadi pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan, baik itu berupa harta, piutang maupun utang. 6 Menurut ulama fiqih, dasar pewarisan dalam Islam adalah pertalian darah (alqarabah), hubungan perkawinan (al-musaharah) dan memerdekakan hamba sahaya (wala ). Pewarisan atas dasar memerdekan hamba sahaya sudah tidak ada lagi pada zaman ini. Dasar pewarisan menurut KHI disebutkan dalam Pasal 174 ayat (1) ysaitu: 107. 4 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 143

Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Susiana a. Menurut hubungan darah; golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek, dan golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan nenek. b. Menurut hubungan perkawinan; terdiri dari duda atau janda Dari ketentuan Pasal 174 ayat (1) sebagaimana disebutkan di atas dapat diketahui bahwa, dasar mewaris menurut hukum Islam hanya 2 sebab yakni sebab adanya hubungan darah dan sebab perkawinan. Anak angkat tidak termasuk ke dalam 2 kategori yang disebutkan di atas, karena anak angkat bukan satu kerabat atau satu keturunan dengan orang tua angkatnya, dan bukan pula lahir dari perkawinan yang sah dari orang tua angkatnya. Oleh karena itu, di antara anak angkat dan orang tua angkatnya tidak berhak saling mewarisi. Hak saling mewarisi hanya berlaku antara anak angkat dengan orang tua kandungnya atas dasar hubungan darah. 7 3. Wasiat Wajibah Bagi Anak Angkat Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa anak angkat tidak berhak mewarisi harta peninggalan orang tua angkatnya, karena menurut Islam dasar pewarisan hanya disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu hubungan darah dan hubungan perkawinan. Anak angkat tidak mempunyai hubungan darah dengan orang tua angkatnya, sehingga anak angkat bukan ahli waris dari orang tua angkatnya, namun tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya. Untuk memberikan jaminan bagi anak angkat dalam perolehan harta orang tua angkatnya, maka orang tua angkat dapat memberikan hibah harta kepada anak angkat 5 Eman Suparman, Hukum Waris di Indonesia: dilihat dari Perspektif Hukum Perdata, Hukum Islam dan Hukum Adat, Refika Adytama, bandung, 2006, hlm 16. 6 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Gema Insani, Jakarta, 1995, hlm 33. 144

Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). semasa hidupnya. Selain itu dapat juga diberikan melalui wasiat. Dalam Islam ditentukan bahwa wasiat dapat diberikan sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta orang yang memberi wasiat. Apabila wasiat itu lebih dari 1/3 harta, maka wasiat itu hanya berlaku sejumlah 1/3 harta tanpa perlu persetujuan dari seseorang. Akan tetapi apabila wasiat lebih dari 1/3 harta akan memerlukan persetujuan ahli waris. Wasiat dalam keadaan ini ada 3 (tiga) bentuk: 8 a. Semua ahli waris membenarkan wasiat yang dilakukan oleh pewaris, sedang mereka mengetahui hukum yang mereka lakukan. Dalam keadaan ini diberilah wasiat dari harta peninggalan tersebut dan sisanya dibagi di antara para pewaris. b. Para ahli waris tidak membenarkan yang lebih dari 1/3. Dalam hal ini berlaku wasiat yang 1/3 diberikan kepada yang menerima wasiat, sedangkan 2/3 dibagi antara para ahli waris. c. Sebagian ahli waris menyetujui wasiat yang lebih dari 1/3 sedangkan yang lain tidak menyetujui. Dalam hal ini dibagi harta peninggalan dua kali. Apabila orang tua angkat tidak memberikan hibah semasa hidupnya dan juga tidak meninggalkan wasiat kepada anak angkatnya, maka hukum Islam tetap memberikan jaminan bagi anak angkat untuk memperoleh hak atas harta peninggalan orang tua angkatnya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 209 KHI yang menentukan bahwa: (1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal-pasal 176 sampai dengan 193 KHI, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya. (2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyakbanyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya. 7 Musthofa Sy, Pengangkatan Anak: Kewenangan Pengadilan Agama, Kencana, Jakarta, 2008, hlm 130-131. 145

Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Susiana KHI menegaskan bahwa antara anak angkat dengan orang tua angkat tidak ada hubungan kewarisan, tetapi sebagai pengakuan dari lembaga pengangkatan anak, maka hubungan anak angkat dengan orang tua angkatnya dikukuhkan dengan perantaraan wasiat atau wasiat wajibah. 9 Wasiat wajibah adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa atau hakim sebagai aparat negara untuk memaksa atau memberi putusan wajib wasiat bagi orang yang telah meninggal, yang diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu. 10 Menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, wasiat wajibah adalah wasiat yang wajib dilakukan untuk kerabat-kerabat terdekat yang tidak mendapat harta pusaka. 11 KHI menentukan kewajiban orang orang tua angkat untuk memberikan wasiat wajibah kepada anak angkatnya bertujuan untuk kemaslahatan anak angkatnya, kareana orang tua angkat telah dibebani tanggung jawab untuk mengurus segala kebutuhan anak angkatnya. Menurut Musthofa Sy, pengaturan wasiat wajibah antara anak angkat dengan orang tua angkat dapat mencegah dan menghindari konflik/sengketa antara anak angkat dengan keluarga orang tua angkat yang menjadi ahli waris dari orang tua angkat tersebut. 12 C. PENUTUP Anak angkat merupakan anak yang sah berdasarkan penetapan pengadilan, akan tetapi anak angkat tetap mempunyai nasab dengan orang tua kandungnya, sehingga tetap mempunyai hubungan waris mewaris dengan orang tua kandungnya. Menurut Kompilasi Hukum Islam, anak angkat bukanlah ahli waris dari orang tua angkatnya, demikian sebaliknya. 8 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1997, hlm 306. 9 Musthofa Sy, Op.Cit, hlm 131. 10 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm 462. 11 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op.Cit, hlm 300. 12 Musthofa Sy, Op.Cit, hlm 135. 146

Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Orang tua angkat bertanggung jawab atas pemeliharan dan pendidikan anak angkatnya. Untuk memberikan perlindungan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan anak angkatnya, orang tua angkat harus menyadari bahwa anak angkat bukanlah ahli waris darinya, sehingga orang tua angkat dapat mempersiapkan wasiat atau memberikan hibah kepada anak angkatnya. Untuk menjamin kesejahteraan anak angkat, KHI menetapkan hak wasiat wajibah bagi anak angkat sebanyak 1/3 dari harta peninggalan orang tua angkatnya. Ketentuan ini memberikan jaminan bagi anak angkat untuk memperoleh hak atas harta peninggalan orang tua angkatnya, walaupun menurut hukum waris anak angkat bukanlah ahli waris dari orang tua angkatnya. Wasiat wajibah merupakan suatu lembaga yang menjamin hak anak angkat terhadap harta peninggalan orang tua angkatnya. Buku-buku DAFTAR PUSTAKA Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan anak di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Eman Suparman, Hukum Waris di Indonesia: dilihat dari Perspektif Hukum Perdata, Hukum Islam dan Hukum Adat, Refika Adytama, Bandung, 2006. Muderis Zaini, Adopsi suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, 2002. Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Gema Insani, Jakarta, 1995. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1997. Musthofa Sy, Pengangkatan Anak: Kewenangan Pengadilan Agama, Kencana, Jakarta, 2008. Peraturan Perundang-undangan 147

Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011). Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Susiana Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Kompilasi Hukum Islam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. 148