Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari SLB Negeri Surakarta ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 ISSN X. Rismawati. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Oleh: Eni Musrifah SLB Setya Darma Surakarta ABSTRAK

PENERAPAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI ASEAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1 KALIOMBO

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGHEMATAN AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL SISWA KELAS V SD. Sunarti

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Kegunaan Daun Pada Tumbuhan Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Bobalo

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKAMELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1Tempat Penelitian

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA

Upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas IV SDN 1 Bale

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

Action Research Literate ISSN : Vol. 1, No 1 Desember 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ruiyati, Samsurizal M. Suleman, dan Lestari MP Alibasyah

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA TIPE JIGSAW TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ipa Melalui Strategi Pembelajaran Induktif Siswa Kelas IV SDN 6 Watuoge

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN LATIHAN BERULANG PADA KOMPETENSI MENENTUKAN LETAK BILANGAN PADA GARIS BILANGAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

BAB III METODE PENELITIAN. prestasi belajar mengarang bahasa Indonesia dalam suatu kelas yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: EKO MARGIANTO A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai. pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Labuan Dalam Menyimak Puisi Melalui Strategi Modeling dengan Menggunakan Media Video Rekaman Puisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh sebab

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

Penggunaan Metode Demontrasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Murid Kelas II SD Taba

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember

BAB III METODE PENELITIAN. kinerja sehingga hasil belajar siswa meningkat (dalam Wardhani. 2009:1.3)..

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PAJAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Erni Baiti SMP Negeri 2 Comal-Pemalang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 3 ISSN X. Rosita, Jamaludin, dan Yusdin Gagaramusu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VIIIC

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

Agus Purwanto SMP 5 Kudus

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-sub yang berupa

PROSIDING ISBN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Penggunaan Metode Fernald Untuk Meningkatkan Prestasi Membaca Braille Siswa Tunanetra Kelas II SDLB Negeri Sabang

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI GEOGRAFI POLITIK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN SMALL GROUP DISCUSSION DI KELAS A/B STKIP PGRI PADANG

Oleh: Sumarji SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rancangan penelitian ini menggunakan metode Peneelitian Tindakan kelas. dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

Rukmia. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di MI Falahiyyah Rowosari yang berjumlah 18 siswa.

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan

Transkripsi:

JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN CONTOH HARGA DIRI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS VII SLB NEGERI SURAKARTA (Metode Gabungan Ekspositori dan Kerja kelompok) Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari trimeiwahyu@yahoo.co.id SLB Negeri Surakarta ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyebutkan contoh harga diri dan sejauh mana peningkatan minat, perhatian dan partisipasi siswa terhadap materi harga diri kompetensi dasar menyebutkan contoh harga diri dengan menerapkan trategi peman kontekstual metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok pada siswa tuna grahita ringan kelas VII. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan, Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa didapatkan bahwa kemampuan menyebutkan contoh harga diri siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (57,14%), dan siklus II (85,75%). Kata Kunci: harga diri, peman kontekstual, ekspositori, kerja kelompok PENDAHULUAN Di dalam -mengajar guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pengajaran. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan. (Jihad 2012). Di samping itu bahwa secara empiris hasil peman PKn masih sangat rendah, khususnya kompetensi menyebutkan contoh

Wahyu Trimei-Peman Konstekstual harga diri, hal ini didasarkan dari nilai ulangan PKn khususnya kompetensi menyebutkan contoh harga diri siswa tuna grahita ringan kelas VII menunjukan bahwa lebih dari 50 % siswa belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu nilai minimal 70, sedangkan secara klasikal belum mencapai 80% yang telah mencapai daya serap. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata, bahkan bisa di bilang memiliki kecerdasan yang sangat kurang, sehingga didalam memahami makna suatu kalimat/pengertian dalam pelajaran sangat sulit, untuk itu diperlukan suatu metode dan strategi peman yang menarik. Pada umumnya siswa dengan kategori tunagrahita ringan kurang dapat berpikir secara abstrak. Mereka berpikir atas dasar pengalaman konkrit yang dilihat atau dialami. Dalam menerima pelajaran siswa perlu bantuan tindakan-tindakan nyata untuk menolong pengembangan kemampuan intelektual. Sehubungan dengan permasalahan di atas maka penulis berusaha memperbaiki dan memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan strategi peman kontekstual yaitu konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan melibatkan tujuh komponen utama peman kontekstual, yakni kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat, permodelan, dan penilaian autentik, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok dan diharapkan dengan penerapan trategi peman ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kompetensi dasar menyebutkan contoh harga diri siswa tuna grahita ringan klas VII SLB Negeri Surakarta. Metode ekspositori adalah suatu metode dimana guru memberi informasi hanya pada waktu-waktu tertentu yang diperlukan siswa, misalnya pada awal pengajaran, atau untuk suatu topik yang baru. Strategi ini sangat berguna dalam mengajarkan suatu topik kepada siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam metode ini guru berperan sebagai motivator saja, peman tetap berpusat pada murid, sedangkan metode kerja kelompok adalah ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 (tiga) atau 4 (lima) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah,

JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang ditentukan pula oleh guru. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda, perbedaan tersebut membuat manusia memiliki ciri khas yang tidak sama masing-masing individu. Kemampuan juga bisa disebut sebagai potensi yang ada dalam diri setiap individu, bisa dipelajari, dikembangkan dan diasah agar menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan atau mampu bila ia bisa dan sanggup melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan. Menyebutkan contoh harga diri adalah salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran PKn yang harus dikuasai oleh siswa tuna grahita klas VII, harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Contoh Harga Diri Dengan Menerapkan Strategi Peman Kontekstual Pada Siswa Tuna Grahita Ringan Kelas VII SLB Negeri Surakarta METODE PENELITIAN Penelitian ini mengacu pada perbaikan peman yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988: 14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Subjek penelitian adalah siswa tuna grahita ringan yang berjumlah 7 orang kelas VII SLB Negeri Surakarta Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru/observer untuk kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Aspek yang akan diteliti meliputi peningkatan kemampuan menyebutkan contoh harga diri serta minat, perhatian dan partisipasi siswa dalam kerja kelompok, dengan instrumen tes formatif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa menyebutkan contoh harga diri dan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan minat, perhatian dan partisipasi siswa dalam kerja kelompok. Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh harga diri secara klasikal dan individual, atau minimal 80% dari siswa mencapai tingkat pemahaman materi atau melampaui batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditunjukan dengan perolehan nilai tes formatif 70 atau lebih pada materi harga diri kompetensi dasar menyebutkan contoh harga diri. Kemudian indikator peningkatan minat, perhatian dan partisipasi siswa saat

Wahyu Trimei-Peman Konstekstual peman berlangsung serta interaksi antar siswa ketika siswa melakukan kerja kelompok diamati dan dicatat. Jika minat, perhatian dan partisipasi siswa tuna grahita ringan ada peningkatan maka penerapan peman kontekstual metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok dikatakan berhasil. Pada siklus I, perencanaan disusun bersama mitra guru secara cermat, pada tahap pelaksanaan observer/mitra guru mengamati segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan akan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelalajaran siklus I dilakukan tes formatif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh harga diri dan lembar observasi siswa untuk mengamati serta mencatat peningkatan minat, perhatian serta partisipasi siswa. Semua data yang diperoleh pada siklus I dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan penelitian dilanjutkan dengan siklus II dengan perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi. Pada siklus II, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan secara cermat. Guru observer/mitra melakukan pengawasan secara detail untuk mengetahui apakah perbaikanperbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan dengan baik. Pada akhir siklus II diberi tes formatif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh harga diri dan lembar observasi siswa untuk mengamati serta mencatat peningkatan minat, perhatian serta partisipasi siswa. Semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus III. Namun apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil temuan pada pra siklus, siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015 dan tanggal 2 April 2015 dan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015 dan tanggal 16 April 2015 mendapatkan gambaran hasil sebagai berikut. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pre Tes Siswa (Sebelum Tindakan) No Uraian Hasil Pra Siklus 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas Persentase ketuntasan 62,85 2 28,57 Pada Pra siklus sebelum menerapkan peman kontekstual metode pengajaran gabungan ekspositori dan kerja kelompok diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa adalah 62,85 dan ketuntasan hanya mencapai 28,57% atau hanya ada 2 siswa dari 7 siswa sudah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus atau sebelum diberi tindakan secara klasikal siswa belum tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 28,57% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%.

JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas Persentase ketuntasan 67,14 4 57,14 Siklus I, dengan menerapkan peman kontekstual metode Gabungan Ekspositori dan Kerja Kelompok diperoleh nilai rata-rata hasil siswa adalah 67,14 dan ketuntasan mencapai 57,14% atau ada 4 siswa dari 7 siswa sudah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 57,14% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus II No Uraian Hasil Siklus II 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas Persentase ketuntasan 78,57 6 85,75. Siklus II, diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,57 dan dari 7 siswa yang telah tuntas sebanyak 6 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan. Maka secara klasikal ketuntasan yang telah tercapai sebesar 85,75% (termasuk kategori tuntas). Tabel 4. ProsentasePencapaian KKM N Pra Siklus Uraian o Siklus I Siklus II 1. Nilai Tertinggi 70 80 90 2. Nilai Terendah 60 60 60 3. Rerata Kemampuan Siswa 62,85 67,14 78,57 4. Prosentase Pencapaian KKM 28,57% 57,14% 85,75% Berdasarkan indikator kinerja menunjukkan bahwa secara klasikal hasil siswa tuna grahita ringan kelas VII pada siklus II telah mampu mencapai target pencapaian KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%. Bahkan dalam penelitian ini pencapaian KKM sebesar 85,75%. Peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah diterapkan tindakan dapat dilihat pada grafik berikut ini 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Adit Avina Dimas Moh Ilham Tegar Yohanes Zohan

Wahyu Trimei-Peman Konstekstual Kemudian untuk mengetahui perkembangan minat, perhatian dan partisipasi siswa tuna grahita ringan kelas VII, penulis menggunakan lembar observasi yang penulis buat dalam instrumen penelitian. Peningkatan minat, perhatian dan partisipasi siswa sebelum dan sesudah diterapkan tindakan atau penerapan peman kontekstual metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok dapat dilihat pada grafik berikut ini 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Grafik 2. Peningkatan minat siswa antar siklus Baik Cukup Kurang Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 4 siswa (57,14%) memiliki minat baik, 2 siswa (28,57%) memiliki minat cukup dan 1 siswa (14,28%) memiliki minat kurang. Pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 6 siswa (85,71%) memiliki minat baik, 1 siswa (14,28%) memiliki minat cukup dan tidak ada siswa (0,00%) memiliki minat kurang. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Baik Cukup Kurang Grafik 3 Peningkatan perhatian siswa antar siklus

JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 3 siswa (42,85%) memiliki perhatian baik, 2 siswa (28,57%) memiliki perhatian cukup, 2 siswa (28,57%) memiliki perhatian kurang. Pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 6 siswa (85,71%) memiliki perhatian baik, 1 siswa (14,28%) memiliki perhatian cukup, dan tidak ada siswa (0,00%) yang memiliki perhatian kurang. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Baik Cukup Kurang Grafik 3. Peningkatan partisipasi siswa antar siklus Dari analisis data siklus I diperoleh hasil peman PKn materi harga diri sebanyak 3 siswa (42,85%) memiliki kompetensi dasar menyebutkan contoh partisipasi baik, 2 siswa (28,57%) memiliki harga diri pada siswa tuna grahita ringan partisipasi cukup, dan 2 siswa (28,57%) kelas VII SLB Negeri Surakarta. memiliki partisipasi kurang. Pada siklus II 2. Peman kontekstual metode diperoleh hasil sebanyak 5 siswa (71,42%) gabungan ekspositori dan kerja kelompok memiliki partisipasi baik, 2 anak (28,57%) memiliki dampak positif dalam memiliki partisipasi cukup dan tidak ada siswa meningkatkan kemampuan menyebutkan (0,00,%) yang memiliki partisipasi kurang. contoh harga diri siswa tuna grahita ringan kelas VII SLB Negeri Surakarta SIMPULAN yang ditandai dengan peningkatan Berdasarkan dari tujuan penelitian ketuntasan siswa dalam setiap tindakan kelas (action research) untuk siklus, yaitu siklus I (57,14%),, siklus II meningkatkan mutu peman yang terjadi (85,75%) di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian 3. Siswa dapat bekerja secara mandiri yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil maupun kelompok, serta mampu seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 1. Peman kontekstual metode 4. Penerapan peman kontekstual gabungan ekspositori dan kerja kelompok metode gabungan ekspositori dan kerja dapat meningkatkan kualitas kelompok mempunyai pengaruh positif,

Wahyu Trimei-Peman Konstekstual yaitu dapat meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi siswa tuna grahita ringan Kelas VII SLB Negeri Surakarta. SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses peman PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa tuna grahita ringan, maka disampaikan saran sebagai berikut. 1. Untuk melaksanakan peman kontekstual metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan peman kontektual metode pengajaran gabungan ekspositori dan kerja kelompok dalam proses mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam tahap awal peman kontekstual sebaiknya penggunaan metode pengajaran gabungan ekspositori dan kerja kelompok lebih banyak diterapkan. 3. Dalam peman sebaiknya memiliki metode peman inovatif yang dapat memberikan keuntungan lebih baik bagi siswa dari segi akademik maupun non akademik. 4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lebih lama karena siswa perlu waktu untuk bisa menyesuaikan diri. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Jihad, Asep. 2002. Evaluasi Peman. Yogyakarta. Multi Pressindo. Majid, Abdul. 2014. Strategi Peman. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Nurhadi, dkk. 2004. Peman Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.