TINGKAT PERKEMBANGAN GONAD, KUALITAS TELUR DAN KETAHANAN HIDUP LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) BERDASARKAN PERBEDAAN SALINITAS

dokumen-dokumen yang mirip
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar belakang

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Dosis Ekstrak Hipofisis Ikan Patin (Pangasius hypothalamus) Terhadap Keberhasilan Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma macropomum)

PERBEDAAN SALINITAS MEDIA TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN BENIH IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp)

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL. Parameter Utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

III. METODE PENELITIAN

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

III. METODE PENELITIAN

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

Pengaruh Ablasi Mata dan Penembakan Soft Laser sebagai Biostimulator untuk Meningkatkan Kemampuan Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla serrata)

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

EVALUASI KOMBINASI PAKAN DAN ESTRADIOL_17β TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

STATUS REPRODUKSI IKAN GABUS, Channa striata Blkr (Reproduction status snakehead, Channa striata)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Transkripsi:

TINGKAT PERKEMBANGAN GONAD, KUALITAS TELUR DAN KETAHANAN HIDUP LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) BERDASARKAN PERBEDAAN SALINITAS SURIA DARWISITO Suria Darwisito 1, Hengky J. Sinjal 1 dan Indyah Wahyuni 2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT, Manado 2 Fakultas Peternakan UNSRAT, Manado (E-mail :darwisitosuria@gmail.com) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan gonad, kualiatas telur dan ketahanan hidup larva ikan Nila (Oreochromis niloticus). Ikan Nila diberi perlakuan dengan salinitas 0, 10, 20, dan 30 o / oo. Ikan nila dengan berat badan 140-200 g masing-masing dipelihara dalam akuarium sebanyak 36 ekor ikan betina dan selama percobaan ikan diberi pakan dengan pellet komersil dua kali sehari. Parameter uji yang diukur untuk mengetahui kinerja reproduksi ikan nila, diameter telur, fekunditas, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup larva. Rancangan percobaan yang digunakan adalah model eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan salinitas, yaitu 0, 10, 20, dan 30 o / oo. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 10 o / oo merupakan perlakuan yang terbaik karena memberikan respon yang tertinggi padadiameter telur, fekunditas, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup larva. Kata kunci: ikan nila (Oreochromis niloticus), salinitas, gonad, kualiatas telur, ketahanan hidup larva. PENDAHULUAN Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan komoditas ini, baik benih maupun ikan konsumsi, dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan pertambahan jumlah penduduk. Hasil produksi ikan nila dunia pada tahun 1990 meningkat dari 383.654 mt menjadi 1.505.804 mt pada tahun 2002 dan sebagai penyumbang 6 % dari total produksi finfish dunia (FAO, 2004). Ikan nila adalah salah satu komoditas ekspor ikan budidaya yang memiliki nilai jual cukup baik dengan ukuran konsumsi 500-800 gr/ekor dalam bentuk filet telah di ekspor ke Amerika, Saudi Arabia, Hongkong dan Singapura (Wardoyo, 2005). Kegiatan usaha budidaya ikan nila umumnya masih dilakukan di perairan tawar, sementara dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan areal budidaya semakin berkurang. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan usaha budidaya yang diarahkan ke perairan laut, karena ikan nila mempunyai kemampuan untuk hidup dan berkembang biak pada 86

salinitas yang lebar (eurihaline). Indonesia mempunyai potensi budidaya laut cukup besar berdasarkan hitungan ada sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut dengan potensi lahan budidaya diperkirakan sekitar 24.53 juta ha (Sukadi, 2002). Ikan nila mempunyai prospek sangat baik untuk budidaya di perairan laut, karena rasa dagingnya lebih enak, gurih dan kenyal. Selain itu media air laut merupakan desinfektan bagi sebagian parasit dan bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan (Wardoyo, 2005). Untuk memperoleh benih ikan nila yang diproduksi dari air laut maka dilakukan penelitian dengan pendekatan salinitas. Ikan nila termasuk golongan organisme akuatik yang bersifat eurihaline. Artinya, ikan nila mempunyai kemampuan untuk hidup dan berkembang biak pada media dengan kisaran salinitas antara 0 o / oo - 35 o / oo. Ikan nila tidak dapat melakukan proses reproduksi pada salinitas media lebih dari 30 o / oo (Watanabe, 1985; Fineman-Kalio, 1988). Pada kondisi salinitas media dengan tingkat tekanan osmotik yang berada di luar kisaran isosmotik, ikan nila akan melakukan kerja osmotik untuk keperluan osmoregulasi. Pada kondisi demikian, proses fisiologis dalam tubuh ikan berjalan sempurna, termasuk dalam proses pertumbuhan dan reproduksi. Sekalipun demikian pengaruh salinitas terhadap reproduksi belum sepenuhnya diketahui. Untuk itu dilakukan penelitian pengaruh salinitas terhadap kinerja reproduksi ikan nila pada salinitas media berbeda pada ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan gonad, kualiatas telur dan ketahanan hidup larva ikan Nila (Oreochromis niloticus). METODE PENELITIAN Induk betina dan jantan yang digunakan masing-masing 36 ekor dengan bobot tubuh 140-200 g/ekor. Ikan dipelihara dalam 12 buah akuarium dengan ukuran 120 x 60 x 50 cm 3 yang dilengkapi dengan sistim aerasi untuk suplai oksigen, dimana setiap akuarium diisi 3 ekor, sedangkan yang jantan disatukan dalam wadah beton berukuran 5 x 5 m. Sebelum ikan diberi perlakuan diaklimatisasi selama 2 minggu. Untuk mendapatkan media percobaan dengan tingkat salinitas yang sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan, dilakukan teknik pengenceran. Sebagai media percobaan digunakan air laut. Sebelum digunakan, air laut tersebut terlebih dahulu difiltrasi. Pakan induk yang digunakan adalah pellet komersil. Pakan diberi secara adsatiation dua kali dalam sehari pada pagi dan sore hari. Monitoring dilakukan terhadap perkembangan gonad, kondisi kesehatan dan terhadap pakan setiap 2 minggu. Diameter telur diukur dengan 87

menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler. Setelah induk matang gonad bobot induk ditimbang, kemudian dilakukan pemijahan buatan melalui penyuntikan ovaprim dengan dosis 0.6 ml/kg. Penyuntikan pertama ¼ bagian dan penyuntikan kedua ¾ dilakukan setalah 6-7 jam. Kemudian telur dikeluarkan dengan cara stripping dan selanjutnya dilakukan pembuahan buatan. Fekunditas dihitung dengan metode sampling berat kemudian dibandingkan dengan berat telur. Telur yang menetas dan tidak menetas dihitung. Larva yang menetas dipelihara di akuarium dengan tidak memberi makanan, kemudian diamati setiap hari jika larva yang dipelihara tinggal 20 % yang hidup. Pemeliharaan larva dihentikan. Dan dihitung berapa lama (hari) ketahanan larva tersebut. Parameter uji yang diukur untuk mengetahui kinerja reproduksi ikan nila adalah tingkat kerja osmotik, diameter telur, fekunditas, derajat tetas telur, dan ketahan hidup larva. Kualitas air selama pemeliharaan masih dalam batas toleransi bagi ikan nila untuk bereproduksi yaitu suhu 27.5 30 0 C, ph 6.96 7.0, Oksigen Terlarut (O 2 ) 2.65 5.92 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) 3.60 7.90 mg/l, Amoniak 0.02 0.48 mg/l. Rancangan percobaan yang digunakan adalah model eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan salinitas, yaitu 0, 10, 20, dan 30 o / oo, Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Tukey. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan salinitas berbeda pada penampilan kinerja reproduksi hasil pengamatan yang meliputi diameter telur, fekunditas, jumlah induk memijah, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup larva ikan nila (Oreochromis niloticus) Pengaruh perlakuan salinitas berbeda pada penampilan kinerja reproduksi hasil pengamatan yang meliputi indeks gonad somatik, diameter telur, fekunditas, jumlah induk yang memijah, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup larva. Induk ikan nila yang diberi perlakuan salinitas media berbeda ternyata hampir semua dapat matang gonad, memijah, dan berhasil memproduksi larva. Waktu yang diperlukan dari proses pematangan gonad sampai dengan pemijahan berbeda-beda pada masing-masing perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan salinitas media mempengaruhi reproduksi ikan nila. 88

Indeks gonad somatik (%) Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Secara keseluruhan selama pengamatan nilai indeks gonad somatik (IGS) adalah 1.79-2.92%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa salinitas media mempengaruhi nilai indeks gonad somatik (P<0.05). Nilai indeks gonad somatik tertinggi diperoleh pada ikan yang dipelihara pada media B (10 o / oo ), yaitu sebesar 2.92%, yang selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh ikan yang dipelihara pada media A (0 o / oo ) sebesar 2.46% dan C (20 o / oo ), yaitu sebesar 1.94% (Gambar 1). 4 3 2 1 0 A (0 o/oo) B (10 o/oo) C (20 o/oo) D (30 o/oo) 14 70 56 42 28 Pengamatan hari ke- Gambar 1. Perkembangan indeks gonad somatik pada ikan nila. Selama 70 hari percobaan terlihat bahwa pola nilai rataan indeks gonad somatik ikan nila masih meningkat. Pada hari ke-14 dan hari ke-28 induk ikan mencapai fase persiapan dari tahapan siklus reproduksi yang dicirikan oleh komposisi oosit ovarium setiap perlakuan, yang sebagian besar terdiri atas oosit stadium 2 dan 3 (previtelogenesis). Pada fase ini terjadi proses peningkatan ukuran oosit yang disebabkan oleh peningkatan volume sitoplasma, serta material akibat kerja hormon steroid reproduksi yang disintesis oleh ovarium (endogenous vitelogenesis). Selanjutnya pada hari ke-42 dan hari ke-56, sebagian besar induk ikan mencapai tingkat kematangan gonad (TKG IV), yaitu pada pertengahan percobaan dan tidak ditemui induk yang melepaskan telur. Kemudian pada hari ke-70, nilai indeks gonad somatik (IGS) mulai menurun 89

Indeks gonad somatik (%) Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 pada semua perlakuan. Penurunan ini menunjukkan bahwa induk ikan telah selesai melakukan ovulasi atau pelepasan telur pada tahap pertama proses reproduksinya. Hasil analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa indeks gonad somatik berpola kuadratik mengikuti persamaan y = 2.58+0.02x-0.002x 2. Artinya, nilai indeks gonad somatik meningkat seiring dengan peningkatan salinitas media dari 0 o / oo sampai 10 o / oo sehingga mencapai nilai indeks gonad somatik optimal sebesar 2.62, dengan nilai r 2 = 0.60 (Gambar 2). 3.5 3 2.5 2 1.5 1 y = 2.58+0.02x-0.002x 2 r 2 = 0.60 0.5 0 0 10 20 30 Salinitas (o/oo) Gambar 2. Hubungan antara salinitas media berbeda dan indeks gonad somatik pada ikan nila. Selanjutnya nilai indeks gonad somatik menurun walaupun kadar salinitas media ditingkatkan. Penurunan ini terjadi karena adanya faktor osmoregulasi di mana sebagian besar induk ikan belum mencapai tahap isosmotik sehingga sebagian energi digunakan untuk proses osmoregulasi. 90

Hasil pengamatan keanekaragaman ukuran diameter telur menunjukkan bahwa ikan nila memiliki pola reproduksi tipe asinkronisasi. Berdasarkan 100 contoh oosit pada setiap stadium diperoleh data perkembangan frekuensi distribusi diameter telur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkembangan jumlah diameter telur yang berukuran 1 mm pada sebagian besar perlakuan mencapai nilai maksimum pada hari ke-42 dan hari ke-56. Hasil analisis sidik ragam salinitas media berpengaruh nyata pada diameter telur (P<0.05). Hasil pengamatan keanekaragaman ukuran diameter telur menunjukkan bahwa ikan nila memiliki pola reproduksi tipe asinkronisasi. Nilai rataan diameter telur tertinggi dihasilkan perlakuan 10 o / oo (2.39 0.18). Sedangkan nilai rataan fekunditas tertinggi ditemukan pada kelompok ikan yang dipelihara dalam salinitas media 10 o / oo (470±31.09 butir/ekor induk), yang diikuti oleh ikan yang dipelihara pada salinitas 20 o / oo (406 ± 15.42 butir/ekor induk) dan salinitas 0 o / oo (386 ± 24.66 butir/ekor induk). Nilai rataan fekunditas tertinggi pula ditemukan pada kelompok ikan yang dipelihara dalam salinitas media 10 o / oo (470±31.09 butir/ekor induk), yang diikuti oleh ikan yang dipelihara pada salinitas 20 o / oo (406 ± 15.42 butir/ekor induk) dan salinitas 0 o / oo (386 ± 24.66 butir/ekor induk). Jumlah induk memijah tertinggi dihasilkan salinitas 10 o / oo (9.13 ± 0.85) yang diikuti oleh salinitas 0 o / oo oleh (9.0 ± 0.85 ) dan salinitas 20 o / oo (8.0 ± 0.85). Jumlah derajat tetas telur lebih tinggi pada ikan yang dipelihara pada salinitas 10 o / oo (89.8 ± 0.04). Jumlah derajat tetas telur dan ketahanan hidup larva juga memperlihatkan perlakuan 10 o / oo berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan lainnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa induk ikan nila yang diberi perlakuan salinitas media berbedasemuanya dapat matang gonad, memijah, dan berhasil memproduksi larva. Waktu yang diperlukan mulai dari proses pematangan gonad sampai dengan pemijahan berbeda pada masing-masing perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan salinitas media dapat merespons kinerja reproduksi ikan nila. Sesuai dengan rentang salinitas media pemeliharaan yang bisa ditolerir oleh ikan nila baik untuk proses pertumbuhan maupun reproduksi, yaitu kisaran 0 30 o / oo, sehingga ikan nila dapat digolongkan sebagai organisme eurihaline (Watanabe, 1985; Fineman-Kalio, 1988). Salinitas media yang diekspresikan dalam bentuk tekanan osmotik media merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik.pengaruh tekanan osmotik pada pertumbuhan maupun reproduksi ikan dapat terjadi melalui osmoregulasi. Salinitas berperan sebagai masking factor atau faktor yang dapat memodifikasi faktor lingkungan lain melalui suatu mekanisme pengaturan tubuh organisme akuatik karena pengaruh 91

osmotik dapat mempengaruhi fisiologis organisme (Gilles dan Pequeux, 1983; Ferraris et al, 1986). Penggunaan energi untuk keperluan osmoregulasi berkaitan erat dengan tingkat kerja osmotik yang dilakukan ikan dalam upayanya untuk melakukan respons terhadap perubahan tekanan osmotik media. Tingkat kerja osmotik yang semakin rendah akan menurunkan penggunaanenergi untuk osmoregulasi sehingga proses reproduksi akan semakin besar. Hal ini terjadi pada kondisi media yang mendekati isosmotik (Ballarin dan Haller, 1982). Hal ini diduga karena salinitas media 10 o / oo merupakan kondisi lingkungan yang optimal dalam menentukan keseimbangan pengaturan tekanan osmose cairan tubuh sehingga memberi kemampuan reproduksi yang maksimal terhadap nilai fekunditas sebesar 470±31.09. Nilai fekunditas dari suatu spesies ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pakan, ukuran ikan, diameter telur, dan faktor lingkungan. Media bersalinitas isosmotik 10 o / oo menghasilkan tingkat kerja osmotik rendah, waktu tetas singkat sehingga penggunaan energi penetasan telur lebih efisien. Tingkat kerja osmotik yang semakin rendah akan mengakibatkan penurunan porsi energi yang digunakan untuk osmoregulasi sehingga untuk proses reproduksi semakin besar. Hal ini terjadi pada kondisi media yang mendekati isosmotik (Ballarin dan Haller,1982). Pada media yang mempunyai salinitas 10 o / oo merupakan media yang cocok untuk proses reproduksi. Proses reproduksi diawali dengan tahap vitelogenesis. Vitelogenesis adalah proses induksi dan sintesis vitelogenin di hati oleh hormon estradiol-17β, serta penyerapan vitelogenin yang terbawa dalam aliran darah ke dalam oosit. Aktivitas vitelogenesis ini menyebabkan nilai indeks gonad somatik ikan meningkat (Yaron, 1995). Fase sebelum vitelogenesis adalah fase previtelogenesis. Selama fase ini, ukuran oosit primer bertambah tanpa akumulasi material kuning telur (Tang dan Affandi, 2000) Pada beberapa spesies ikan, estradiol-17β dapat meningkatkan vitelogenin plasma, yang ditandai dengan produksi protein kuning telur oleh hati, tapi tidak menggabungkan vitelogenin dengan butir-butir telur. Dengan kata lain, proses penggabungan tersebut masih bergantung pada faktor yang lain, yaitu faktor hipofisis. Menurut Halver (1989), selama perkembangan ovarium pada ikan, estrogen akan merangsang peningkatan kadar lipida plasma. Hal ini sesuai dengan pendapat Singh dan Singh (1990) yang mengatakan bahwa peningkatan hormon gonadotropin dan hormon steroid reproduksi pada stadia persiapan perkembangan gonad ikan akan meningkatkan kecepatan lipogenesis. Konsentrasi estradiol-17β selama siklus reproduksi ikan nila betina adalah rendah pada fase previtelogenesis dan meningkat secara cepat pada fase vitelogenik dan mencapai puncaknya pada akhir fase vitelogenesis. Hasil pengamatan ketahanan hidup larva tanpa diberi pakan, menunjukkan bahwa 92

ketahanan hidup larva lebih tinggi pada perlakuan B, yaitu 6.1 ± 0.04 hari. Hal ini diduga karena salinitas media pada perlakuan B (10 o / oo ) merupakan salinitas media yang optimal dalam menentukan keseimbangan pengaturan tekanan osmose cairan tubuh bagi induk ikan sehingga memberi kemampuan terhadap reproduksi terutama mempersiapkan energi cadangan bagi larva secara maksimal sehingga perlakuan B lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. KESIMPULAN 1. Perlakuan B salinitas 10 o / oo yang terbaik memberikan respon tertinggi pada Diameter Telur, Fekunditas, Derajat tetas telur, Ketahanan hidup larva dan Pertumbuhan ikan Nila. 2. Hasil pengamatan terhadap ketahanan hidup larva menunjukkan bahwa ketahanan hidup larva lebih tinggi pada perlakuan B (10 o / oo ), yaitu 6.1 ± 0.04 hari. DAFTAR PUSTAKA Ballarin JD. RD Haller. 1982. The Intensive Culture of Tilapia in Tank, Raceways and Cages, p: 266-335. In J.F. Muir. R.J. Roberts (eds). Recent Advances in Aquaculture. Westview Press. Colorado. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 2004. FAO Fish Stat Plus. Aquaculture Production 1970-2002. Rome, Italy. Ferraris RP. MR Catacutan. RL Mobelin. AP Jazul. 1986. Digestibility in Milkfish Chanos chanos. Effect of Protein Source, Fish Size and Salinity. Aquaculture, 59: 93-105. Fineman-Kalio AS. 1988. Preliminary observation on the effect of salinity on the reproduction and growth of freshwater nile tilapia, Oreochromis niloticus (L.) Cultured in brackishwater ponds. Aquaculture and the Fisheries Management, 19: 313-320. Gilles R. Ch Jeuniaux. 1979. Osmoregulation and ecology in media of fluctuating salinity, p: 581 608. In R. Gilles (ed). Mechanism of osmoregulation in animal. John Wiley and Sons, Toronto. Halver JE. 1989. The Vitamins. P: 32-102 In Fish Nutrition, J.E. Halver (ed.). Academic Press, Inc. California. Singh PB and TP Singh. 1990. Seasonal Correlative Changes Between Sex Steroid and Lipid Level in the Fresh Water Female Catfish (Heteropneustes fossilis) J. Fish Biol., 37: 793-802. Sukadi F. 2002. Pengembangan perikanan budidaya untuk mendukung pembangunan nasional. Pusat Riset Perikanan Budidaya 13 hal. Tang MU dan R Affandi. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian dan Pengawasan Perairan. Bogor. 110 hal. 93

Wardoyo SE. 2005. Pengembangan budidaya ikan nila Oreochromis niloticus di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Penelitian Utama. Departemen Kelautan dan Perikanan Pusat Riset Perikanan Budidaya. 49 hal. Watanabe WO. 1985. Experimental approaches to the saltwater culture of tilapias. ICLARM Newsletter, January 1985, p: 3-5. Yaron Z. 1995. Endocrine Control of Gametogenesis and Spawning Induction in the Carp. Aquaculture, 129: 49-73. 94