ANALISIS BIAYA INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DI WILAYAH SURABAYA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Jurusan Teknik Sipil; Universitas Negeri Surabaya Abstrak

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH SUCI PRATIWI

RENCANA STRATEGIS DINAS CIPTA KARYA TATA RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN GROBOGAN Tahun 2011 sd Tahun 2016

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB II LANDASAN TEORI

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

Transkripsi:

ANALISIS BIAYA INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DI WILAYAH SURABAYA TIMUR Abdul Adhim* dan Hasan Dani** Prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil FT-Universitas Negeri Surabaya Koresponden : *e-mail : achmadabduladhim@gmail.com **e-mail : hasdan64@gmail.com Abstrak. Pada pembangunan perumahan seperti sekarang ini, banyak kompleks perumahan yang ditawarkan oleh pengembang yang mengikuti selera konsumen. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli rumah adalah infrastruktur dalam perumahan. Infrastruktur perumahan merupakan dasar fisik lingkungan serta menjadi fasilitas penunjang untuk pelayanan lingkungan dan menjadi bagian dalam pembangunan perumahan secara keseluruhan. Pengadaan infrastruktur yang layak dan handal tidak terlepas dari pengalokasian biaya infrastruktur terhadap harga jual yang tepat, efektif dan bersaing sehingga pengembalian investasi dapat optimal baik bagi pengembang maupun masyarakat penghuninya, dengan cara menganalisis untuk mengetahui presentase konstribusi biaya infrastruktur terhadap harga jual rumah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. Sistem analisis biaya infrastruktur ini menggunakan HSPK tahun 2009 sebagai acuannya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa perumahan Bumi Marina Emas, Dian Regency, Griya Kencana, City Home dan Sutorejo Indah memiliki persentase rata-rata sebesar 5-6% biaya infrastruktur terhadap harga jual rumah. Sedangkan ketidaksesuaian infrastruktur perumahan dari kelima sampel tersebut meliputi jaringan ruang terbuka yang tidak memiliki lokasi taman bersatu dengan sekolah. Kata kunci: perumahan, infrastruktur dan HSPK 2009 Abstrack. On residential development, as now, many housing complexes offered by developers who follow consumer tastes. One of the factors that affect the consumer in buying a home is in a residential infrastructure. Housing is a basic physical infrastructure as well as the environment into supporting facilities for environmental stewardship and become part of the overall housing development. Procurement of viable and reliable infrastructure can not be separated from the allocation of infrastructure costs to selling prices, effective and competitive so that return on investment can be optimized for both developers and community residents, with analysis to determine the percentage contribution to infrastructure costs to the selling price of the house. The method used in this study were interviews and observation. The infrastructure cost analysis system using 2009 as a benchmark HSPK. Based on the analysis conducted, the result of research that housing Earth Marina Gold, Dian Regency, Griya Kencana, City and Sutorejo Beautiful Home has an average percentage of 5-6% of the infrastructure cost of the home sale price. While the housing infrastructure mismatch of the five samples include open space network that does not have a unified park location with schools. Keywords : housing, infrastructure and HSPK 2009 1

PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan besar dalam perkembangan kota-kotanya. Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, seperti fasilitas perumahan, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Peningkatan penduduk perkotaan ini tidak sebanding dengan penyediaan unsur unsur kota. Salah satunya adalah lapangan kerja (karya) dan tempat tinggal (papan) sehingga hal ini mendorong munculnya perumahan perumahan kumuh perkotaan. Pengadaan infrastruktur yang layak dan handal tidak terlepas dari pengalokasian biaya infrastruktur terhadap harga jual yang tepat, efektif dan bersaing sehingga pengembalian investasi dapat optimal baik bagi pengembang maupun masyarakat penghuninya, Dengan memahami dan mengetahui persentase konstribusi biaya infrastruktur terhadap harga jual. Wilayah Surabaya merupakan daerah perkotaan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Di Surabaya sendiri lahan yang masih tersedia/kosong hanya ada di beberapa tempat, di Surabaya Barat (Wiyung, Lidah, dan Lontar) dan di Surabaya Timur (Keputih, Rungkut, dan Mulyosari). Untuk wilayah Surabaya Barat ditempati oleh pengembang-pengembang (developer) untuk perumahan besar / kelas menengah atas. Sedangkan di wilayah Surabaya Timur ditempati oleh pengembang-pengembang (developer) untuk perumahan kelas menengah ke bawah Dalam penjelasan UU Nomor 4 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 5, 6 dan 7 bahwa yang dimaksud dengan prasarana meliputi jalan, saluran drainase, air hujan, dan jaringan air minum, sedangkan sarana adalah bangunan perniagaan atau perbelanjaan, bangunan pelayanan umum/pemerintahan, pendidikan kesehatan, peribadatan, rekreasi, olah raga, pemakaman dan pertamanan, sedangkan utilitas umum terdiri jaringan listrik, jaringan transportasi, jaringan telephone dan pemadam kebakaran. Pada penelitian kali ini peneliti mengambil judul yang sangat menarik dari pendahuluan diatas dengan judul analisis biaya infrastruktur perumahan di wilayah Surabaya Timur dengan cara menganalisis biaya infrastruktur tersebut dengan mengacu pada hspk tahun 2009. KAJIAN PUSTAKA A. Sarana dalam perumahan Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang meliputi bangunan perniagaan atau perbelanjaan, bangunan pelayanan umum/pemerintahan, pendidikan kesehatan, peribadatan, rekreasi, olah raga, pemakaman dan pertamanan.(undang-undang Perumahan dan Pemukiman, hal.4, 2011) B. Prasarana dalam perumahan Menurut Patroli (2012), Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan. Prasarana yang tersedia dalam lingkungan perumahan meliputi, jaringan ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan pengolahan limbah, dan jaringan pengelolaan sampah. C. Jaringan Ruang Terbuka, taman, dan olah raga Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu landscape, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan yang menjadi tempat warga bersosialisasi melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi, pameran/bazar, dan lainnya. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 03 tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya pasal 35 ayat 1, proporsi luas ruang terbuka hijau ditetapkan dan diupayakan secara bertahap sebesar 20% dari luas wilayah kota. (http://office.pusdakota.or.id/. D. Jaringan Jalan Sesuai dengan Undang-Undang Tentang Jalan, No. 13 Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985, sistem jaringan jalan di perumahan dapat dibedakan atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder yaitu Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota, berarti sistem jalan sekunder disusun 2

mengikuti ketentuan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer E. Jaringan Drainase Saluran drainase dalam fungsinya sebagai sarana dalam penyaluran yang jatuh dari kawasan pemukiman. Ketentuan tata cara dalam perencanaan drainase yaitu Direncanakan berdasarkan curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah, saluran pembuangan air hujan dapat berupa saluran terbuka atau tertutup, kemiringan saluran minimum 2% Lebar saluran drainase minimum 1 m, dilengkapi dengan saluran pemeriksa dan dibuat pada jarak maksimum 50 meter, sistem drainase harus dihubungkan dengan saluran kota, sungai, danau atau laut. F. Jaringan air bersih Setiap perumahan dilengkapi dengan sarana air minum yang memenuhi kebutuhan minimal para penghuni. Layanan air minum dalam kawasan perumahan dapat diberikan oleh PDAM atau badan pengelola air minum kawasan atau swasta, atau dapat pula menyediakan sendiri atau komunal melalui sumur gali, sumur bor maupun pantek. G. Jaringan pengelolaan air limbah Dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah kota komunal atau individual sesuai dengan ketentuan yang berlaku. H. Jaringan persampahan Kawasan perumahan yang sehat dan bersih adalah kawasan perumahan yang dilengkapi dengan sistem pengelolaan sampah yang memadai. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, dan peristiwa. Menurut Sukardi (2004) penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara jelas terhadap pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelum pra peneliti terjun kelapangan dan mereka tidak menggunakan hipotesis sebagai petunjuk arah dalam penelitian sedangkan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori yang berkaitan dengan fenomena alam. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 perumahan di wilayah Surabaya Timur yaitu perumahan Bumi Marina Emas, perumahan Dian Regency, perumahan Griya Kencana Asri, perumahan City Home, serta perumahan Sutorejo Indah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara metode literatur, observasi, dan dokumentasi dimana penulis mencari sumbersumber yang berhubungan dengan penelitian, kemudian melakukan pengamatan langsung (data primer) tentang biaya infrastruktur perumahan tersebut. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan perhitungan secara menyeluruh terhadap biaya infrastruktur di perumahan tersebut yang mengacu pada hspk tahun 2009 HASIL DAN ANALISIS Pada teknik analisis data digunakan pengujian deskriptif statistik. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan ingin membuat kesimpulan data yang berupa persentase. Berikut ini hasil dari perhitungan 5 perumahan di wilayah Surabaya Timur. 1.Perhitungan Pada Perumahan Bumi Marina Emas a) Jaringan terbuka Rp. 25.879.079 b) Jaringan jalan Rp. 318.243.880 c) Jaringan drainase Rp. 1.035.011.336 d) Jaringan air bersih Rp. 75.966.249 Persentase biaya infrastruktur perumahan = 5,6 Dengan biaya total Rp. 20.144.026 / Rp. 360.000.000 X 100 = 5,6% 2.Perhitungan Pada Perumahan Dian Regency a) Jaringan terbuka Rp. 8.063.090 b) Jaringan jalan Rp. 361.950.680 c) Jaringan drainase Rp. 1.035.011.336 d) Jaringan air bersih Rp. 74.215.189 6% Dengan biaya total Rp. 20.144.724 / Rp. 360.000.000 X 100 = 6% 3.Perhitungan Pada Perumahan Griya Kencana Asri a) Jaringan terbuka Rp. 15.480.310,00 b) Jaringan jalan Rp. 361.950.000,00 c) Jaringan drainase Rp. 1.010.941.305,00 d) Jaringan air bersih Rp. 74.215.189,00 e) Jaringan persampahan Rp. 100.000,00,00 3

5,2% Dengan biaya total Rp. 19.683.448 / Rp. 375.000.000 X 100 = 5,2% 4.Perhitungan Pada Perumahan City Home a) Jaringan terbuka Rp. - b) Jaringan jalan Rp. 197.513.280 c) Jaringan drainase Rp. 818.381.057 d) Jaringan air bersih Rp. 60.182.009 e) Jaringan persampahan Rp. 150.000 5,0% Dengan biaya total Rp. 18.558.527 / Rp. 365.000.000 X 100 = 5,0% 5.Perhitungan Pada Perumahan Sutorejo Indah a) Jaringan terbuka Rp. 15.463.998 b) Jaringan jalan Rp. 481.530.960 c) Jaringan drainase Rp. 1.540.481.989 d) Jaringan air bersih Rp. 112.738.509 5,2% Dengan biaya total Rp. 19.927.791 / Rp. 380.000.000 X 100 = 5,2% Pengolahan Data Pengolahan data survai yang diperoleh di lapangan terhadap lima perumahan menengah ke bawah di wilayah Surabaya Timur dapat diuraikan masing-masing perhitungannya berdasarkan aspek infrastruktur per item. Analisis biaya infrastruktur perumahan di wilayah Surabaya Timur ini dengan cara menjumlahkan biaya pembuatan 4 jaringan infrastruktur, yaitu jaringan ruang terbuka, jaringan jalan, jaringan drainase, serta jaringan air bersih kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan rumah di perumahan tersebut kemudian di tambahkan dengan biaya pembuatan jaringan persampahan serta jaringan air limbah kemudian total biaya infrastruktur tersebut dibagi dengan harga jual rumah di masing-masing perumahan kemudian di kalikan 100 untuk mengetahui persentase biaya infrastruktur di masing-masing perumahan Pembahasan Pada hasil perhitungan untuk masing-masing Perumahan Bumi Marina Emas, Dian Regency, Griya Kencana, City Home dan Sutorejo Indah dapat diperoleh persentase secara keseluruhan infrastruktur di dalam perumahan tersebut. Pada survai pertama dilakukan di Perumahan Bumi Marina Emas diperoleh tingkat persentase biaya infrastruktur sebesar 5,6% terhadap harga jual rumah di perumahan Bumi Marina Emas. Kekurangan aspek infrastruktur di perumahan Bumi Marina Emas ada pada jaringan terbuka khususnya taman yang bersatu dengan tempat bermain dan olah raga yang hanya memiliki luas sebesar 120 m 2 sedangkan aspek lainnya pada jaringan terbuka tidak dimiliki. Aspek kekurangan yang lain dengan tidak dimilikinya Jalan Lokal Sekunder I berupa jalan setapak, Jalan Lokal Sekunder II dan Jalan Lokal Sekunder III berupa trotoar sedangkan untuk jaringan persampahan tidak tersedianya TPS Pada survai ke dua dilakukan di Perumahan Dian Regency diperoleh tingkat persentase biaya infrastruktur sebesar 6% dari harga jual rumah tersebut. Kekurangan dari perumahan Dian Regency adalah hanya memiliki jalur hijau dengan luas 160 m 2 dan tidak memiliki Jalan Lokal Sekunder I berupa jalan setapak, Jalan Lokal Sekunder II dan Jalan Lokal Sekunder III berupa trotoar sedangkan untuk jaringan persampahan tidak tersedianya TPS Pada survai ke tiga dilakukan di Perumahan Griya Kencana diperoleh tingkat persentase biaya infrastruktur sebesar 5,2%, pada survai kali ini masih sama dengan kedua survai diatas. Jadi hanya memiliki lokasi taman bersatu dengan tempat bermain dan olah raga dengan luas 200 m 2, sedangkan untuk jaringan jalan tidak memiliki Jalan Lokal Sekunder I berupa jalan setapak, Jalan Lokal Sekunder II dan Jalan Lokal Sekunder III berupa trotoar sedangkan untuk jaringan persampahan tidak tersedianya TPS Pada survai ke empat dilakukan di Perumahan City Home diperoleh tingkat persentase biaya infrastruktur sebesar 5,0%. Pada perumahan City Home ini malah tidak mempunyai jaringan ruang terbuka sama sekali dikarenakan lahan yang dipakai pada perumahan ini lebih sedikit dari lahan perumahan yang telah dilakukan survai sebelumnya. Aspek kekurangan yang lain dengan tidak dimilikinya Jalan Lokal Sekunder I berupa jalan setapak, Jalan Lokal Sekunder II dan Jalan Lokal Sekunder III berupa trotoar sedangkan untuk jaringan persampahan tidak tersedianya TPS Pada survai ke lima dilakukan di Perumahan Sutorejo Indah diperoleh tingkat persentase biaya infrastruktur sebesar sebesar 5,2%. Pada perumahan 4

Sutorejo Indah ini hampir sama dengan perumahan Griya Kencana dikarenakan hanya memiliki lokasi taman bersatu dengan tempat bermain dan olah raga dengan luas 200 m 2. Aspek kekurangan yang lain dengan tidak dimilikinya Jalan Lokal Sekunder I berupa jalan setapak, Jalan Lokal Sekunder II dan Jalan Lokal Sekunder III berupa trotoar sedangkan untuk jaringan persampahan tidak tersedianya TPS KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang sesuai dengan perumusan masalah maupun tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Dari perumahan kelas menengah ke bawah di wilayah Surabaya Timur yang disurvai maka ratarata biaya infrastruktur dari enam aspek infrastruktur yang diteliti memperoleh kesimpulan bahwa 5-6% pengembang mengeluarkan biaya dari harga jual rumah untuk pembangunan biaya infrastruktur tersebut Infrastruktur yang tidak sesuai dari kelima perumahan itu adalah: Jaringan ruang terbuka dengan aspek infrastruktur taman yang lokasi taman dan olahraga bersatu dengan sekolah. Jaringan persampahan dengan aspek infrastruktur ruang pemilahan sampah, gudang sampah, pengomposan dan luas lahan pengomposan hal tersebut tidak tersedia dikarenakan terdapat pelayanan pengangkutan sampah berupa mobil yang mengangkut sampah untuk masing-masing perumahan. SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan penelitian ini, maka saran untuk Pengadaan infrastruktur yang layak dan handal tidak terlepas dari pengalokasian biaya infrastruktur terhadap harga jual yang tepat, efektif dan bersaing sehingga pengembalian investasi dapat optimal baik bagi pengembang maupun masyarakat penghuninya, Dengan memahami dan mengetahui persentase konstribusi biaya infrastruktur terhadap harga jual diharapkan penghuni perumahan merasa nyaman karena kesesuaian infrastruktur yang ada berdasarkan pada fungsinya masing-masing. Sedangkan untuk developer dengan tercapainya infrastruktur perumahan yang sesuai dapat membantu dari segi pemasaran perumahan sehingga memberikan kesinambungan yang bermanfaat untuk penjualan di dalam perumahan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Standar Nasional Indonesia. SNI 03-6981-2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional Indonesia. SNI 02-2406-1991. Tata Cara Perencanaan Umum Drainase. Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional Indonesia. SNI 03-1733-2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Sutikno, 2003. Rencana Angaaran Biaya II. Surabaya: University Press. Zainal, 2006. Analisis Bangunan Menghitung Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Blaang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Permukiman sebagai Kebutuhan Pokok. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hudson et, al. 1997. Infrastruktur. Jurnal Infrastruktur, (Online), Vol. 1,No. 1.1, (http//www.tanimart.wordpress.com/ infrastructure/ 1 infrastruktur.com, diakses 8 Mei 2013). Urban Farming dan Ruang Terbuka Hijau di Surabaya,(Online),(http://www.office.pusdak ota.or.id, diakses 25 Juli 2013). Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta. Prawiro Aten, Wisanto. 1998. Alokasi Biaya Infrastruktur Terhadap Harga Jual Pada Perumahan Villa Permata Gading. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Tarumanegara. Patroli Ahmad, Agung. 2012. Analisis Kesesuaian Infrastruktur Perumahan Menengah Ke Bawah Di Kota Surabaya Terhadap SNI. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JTS FT Unesa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman. 2013. Jakarta: Kompas Tim penyususn. 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya 5