BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbondioksida dalam air minuman biasa. Air minuman biasa itu tidak sama

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PENGARUH CO 2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH KIMIA ANALITIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

Pengawetan bahan pangan

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

PENENTUAN KUALITAS AIR

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

Oleh : Dr. Ai Nurhayati, M.Si. AIR

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiap tingkatan kehidupan atau untuk tiap bangsa dan negara (Salim, 1986).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

LAPORAN PRAKTIKUM PERSIAPAN MEDIA DAN STERILISASI OLEH : : RITA ANGGREANI WIDIASTUTI NIM : D1C KELOMPOK : IV KELAS : TPG-A 2014

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

Faktor Lingkungan Mikroba

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya.

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Macam macam mikroba pada biogas

Proses Pembuatan Madu

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001). Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dan atom H dan O.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978). kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

Zat-zat hara yang ditambahkan kedalam media tumbuh suatu mikroba adalah :

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbondioksida Pada tahun 1772, dua tahun sebelum dia menemukan oksigen, Joseph Priestley menemukan bahwa dapat menstimulasi air mineral tertentu oleh pemisahan karbondioksida dalam air minuman biasa. Air minuman biasa itu tidak sama bahwa dia telah memprediksikan keanehan jumlah dari minuman berkarbonasi yang harum, air yang mengandung karbondioksida dibawah tekanan dapat dengan aman dikonsumsi. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak berwarna yang tidak beracun pada konsentrasi biasa atau sesuai.gas karbondioksida berada dalam atmosfir (sekitar 0,03 persen mol) dan dalam nafas kita, dimana gas karbondioksida dihasilkan dari oksidasi biologi dari substansi makanan. Karena dari densitas gas karbondioksida (sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara), gas karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan udara dan dapat menyebabkan aspiksiasi (pengeluaran oksigen). Sifat dari pengeluaran oksigen ini berguna dalam pemadaman api. (Gammon, 1985) Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang

bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya: cocacola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m 3, kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbondioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkat yang berbentuk linier. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium. Pada suhu -78,51 0 C, karbondioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbondioksida biasa disebut sebagai es kering. Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai pendingin yang relatif murah. Sifat sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersih sembur. Cairan karbondioksida terbentuk hanya pada tekanan diatas 5,1 atm, titik tripel karbondioksida kira-kira 518 kpa pada -56,6 0 C. Titik kritis karbondioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 0 C. Terdapat pula bentuk amorf karbondioksida yang seperti kaca ini, disebut sebagai karbonia, dihasilkan dari pelewat bekuan CO 2 yang terlebih dahulu dipanaskan

pada tekanan ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm) di landasan intan. Penemuan ini mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbondioksida bisa berbentuk kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok dengan karbon, misalnya silicon dan germanium. Tidak seperti kaca silicon dan germanium, kaca karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika tekanannya dilepas. (http://id.wikipedia.org/wiki/karbon_dioksida). 2.2 Karbondioksida dalam Air Meskipun presentase karbondioksida di atmosfir relative kecil, akan tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang tinggi. CO 2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung CO 2 bebas kurang dari 10 mg/l, sedangkan pada dasar air konsentrasinya dapat lebih dari 10 mg/l. Sifat kelarutan beberapa jenis gas dalam air murni ditunjukkan dalam table 2.1 Tabel 2.1 Kelarutan Beberapa Jenis Gas dalam Air Murni pada Suhu 10 o C dan Tekanan 1 Atm No Gas Kelarutan (ml/liter) 1 Nitrogen(N 2 ) 18,61 2 Oksigen (O 2 ) 37,78 3 Argon (Ar) 41,82 4 Karbondioksida (CO 2 ) 1.1194,00

Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu sebaai berikut: 1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara langsung ke dalam air. 2.Air hujan. Air hujan jatuh ke permukaan bumi seara teoritis memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55-0,60 mg/l, berasal dari karbondioksida yang terdapat di atmosfir 3. Air yang melewati tanah organic. Tanah organic yang mengalami dekomposisi mengandung relative banyak karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air. 4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir. Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Jika air bergelombang maka pertukaran berubah lebih cepat. Gelombang dapat terjadi jika air di permukaan berpusar menuju ke bagian dasar danau, sambil membawa gas yang terlarut. Karbondioksida juga terdapat dalam air hujan. Hal ini terbawa waktu tetes air terjun dari udara. Setiap tetes

mengandung 0,6 bpj CO 2 yang biasanya bereaksi dengan air, seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi : CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 (6,18) dan sebagian terurai menjadi ion-ion yang ditunjukkan pada persamaan reaksi : H 2 CO 3 H + + HCO 3 - (6,19) Hal ini dapat menyebabkan air hujan agak bersifat asam. Lebih lagi jika udara sudah tercemar dan mengandung asam lain yang lebih kuat dari pada asam karbonat. Menurut Tresna A. Sastrawijaya, kandungan CO 2 dan H 2 CO 3 dalam - larutan dinamakan karbondioksida bebas. Sedangkan kandungan CO 2 dan HCO 3 dalam larutan dinamakan karbondioksida gabungan. Jika air hujan jatuh di tanah kemudian dalam rongga tanah bertemu lagi dengan karbondioksida, maka air hujan ini lebih asam lagi. Jika kemudian bersentuhan dengan batu kapur CaCO 3 maka akan terjadi reaksi dan membentuk garam asam, menurut persamaan reaksi : CaCO 3 + H 2 CO 3 Ca( HCO 3 ) 2 (6,19) Hal ini akan bertahan lama terjadi jika banyak CO 2. Jika tidak ada lagi CO 2 maka garam asam itu akan terjadi CaCO 3 yang ditunjukkanan reaksi : Ca( HCO 3 ) 2 CaCO 3 + H 2 O + CO 2 (6,19) Air tanah biasanya mengandung karbondioksida bebas kurang dari 10 bpj, air dengan 25 bpj karbondioksida sudah dapat membahayakan mahluk hidup. Karbondioksida dapat juga berbentuk sebagai hasil metabolisme. Pada fotosintesis banyak digunakan CO 2 dan dikeluarkan O 2. Hal ini akan mempengaruhi konsentrasi CO 2 dalam air yang bergantung kepada kedalaman air itu.(sastrawijaya, 2000)

Kelarutan karbondioksida dalam perairan alami dan keterkaitan dengan suhu air ditunjukkan dalam table 2.2 Tabel 2.2 Kelarutan Karbondioksida di Perairan Alami pada Berbagai Suhu Suhu CO 2 Suhu CO 2 Suhu CO 2 ( 0 C) (mg/liter) ( 0 C) (mg/liter) ( 0 C) (mg/liter) 0 1,10 11 0,74 21 0,54 1 1,06 12 0,72 22 0,52 2 1,02 13 0,69 23 0,51 3 0,99 14 0,67 24 0,50 4 0,94 15 0,65 25 0,48 5 0,91 16 0,62 26 0,46 6 0,88 17 0,60 27 0,45 7 0,86 18 0,59 28 0,44 8 0,82 19 0,58 29 0,43 9 0,79 20 0,56 30 0,42 10 0,76 20 Istilah karbondioksida bebas (free CO 2 ) digunakan untuk menjelaskan CO 2 yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat CO 2 bebas menggambarkan keberadaan gas CO 2 diperairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO 2 di atmosfir.(effendi, 2003)

2.3 Minuman Berkarbonasi Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama soft drink dejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling popular di Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, the dan jus. Demikian juga di Indonesia, popularitas minuman yang notabene made in America ini terus meningkat. Di setiap restoran, depot, warung bahkan pedagang kaki lima selalu menyediakan minuman berkarbonasi ini. Banyak merek telah kita kenal salah satunya karena promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-cola, Fanta, Sprite, Pepsi, 7-up dan sebagainya. Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan minuman tersebut dari liquor ( minuman beralkohol ), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut soft drink. Dengan demikian soft drink dapat diperjual belikan dengan bebas. Jika di wilayah utara Amerika Serikat yang beriklim subtropics dan dingin minuman beralkohol menjadi minuman favorit, maka Amerika Serikat bagian selatan yang tropis dan panas soft drink yang popular. Kita bisa mengindonesiakan soft drink sebagai minuman ringan, dengan asumsi bahwa benar minuman ini memang ringan status gizinya. Minuman ini, selain kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini, kita kenal berbagai jenis produk minuman ringan yang beredar di pasaran. Ada yang beraroma buah cola, ada yang berflavor buah jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti rasa nenas, coffee cream, root beer sampai cream soda.

2.4 Mikrobiologi Pangan Dalam bidang pangan banyak bakteri yang mempunyai peranan. Baik peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negative (menimbulkan kerugian). Beberapa khamir (yeast) yang berguna dalam bidang pangan adalah Endimycopsis, Saccharomyces, Hansenula, dan Candida yang berperan dalam pembuatan tape dan brem serta bir. Saccharomyces sering digunakan dalam produksi alcohol, anggur, brem, gliserol, dan enzim invertase. Dalam industri alcohol dan anggur digunakan khamir yang disebut khamir permukaan (top yeast) yaitu khamir yang bersifat fermentative kuat dan tumbuh dengan cepat pada suhu 20 0 C. Khamir permukaan tumbuh secara menggerombol dan melepaskan karbon dioksida dengan cepat, mengakibatkan sel terapung pada permukaan. Sebaliknya kelompok khamir lainnya yang disebut kamir dasar (bottom yeast) tidak hidup bergerombol, pertumbuhannya lebih lambat, dan mempunyai suhu optimum fermentasi pada suhu yang lebih rendah yaitu 10-15 0 C. 2.5 Pengaruh Aktifitas Air pada Pertumbuhan Mikroorganisme Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dab tetap hidup merupakan salah satu factor yang perlu diperhatikan, agar diperoleh bahan pangan yang bergizi dan aman bagi kesehatan. Beberapa factor yang ikut berperan serta dalam pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai gizi, waktu, suhu, air, ph, tersedianya oksigen, dan aktifitas air. Di dalam kehidupannya semua mikroorganisme membutuhkan air. Hubungan antara air dan mikroorganisme telah dipelajari oleh beberapa pakar. Masing-

masing jenis mikroorganisme membutuhkan jumlah air yang berbeda untuk pertumbuhannya. Pda nilai A w tinggi (0,91) bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak, khamir (ragi) dapat tumbuh dan berkembang biak pada nilai A w 0,80 0,87. 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba dalam Bahan Pangan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, biologis. Faktor-faktor tersebut meliputi : 2.6.1 Faktor Intrinsik, merupakan sifat-sifat fisik, kimia, dan struktur yang dimiliki oleh bahan pangan itu sendiri, berupa : 1. Kandungan nutrisi Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan aseptor electron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan oleh mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber aseptor electron, sumber mineral, dan factor tumbuh. 2. Nilai ph Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat ph yang berbeda. Sebagian besar bakteri tumbuh pada ph dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya, khamir menyukai ph 4,0-5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran ph 2,5-8,5. Oleh karena itu khamir dapat tumbuh pada ph rendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk pertumbuhan kapang memerlukan

ph optimum antara 5,0-7,0 tetapi seperti halnya khamir, kapang masih dapat hidup kisaran ph yang luas, yaitu antara ph 3,0-8,5. 3.Aktivitas Air (aw) Pertumbuhan dan metabolisme mikroba memerlukan air dalam bentuk yang tersedia. Air yang dimaksudkan adalah air bebas atau air yag tidak terikat dalam bentuk ikatan dengan komonen-komponen penyusun bahan pangan lain. Oleh karena itu, besarnya kadar air suatu bahan pangan bukan merupakan parameter yang tepat untuk menggambarkan aktivits mikroba pada bahan pangan. Aktiviitas kimia air atau sering diistilahkan aktivitas air ( water activity = aw ) merupakan parameter yang lebih tepat untuk mengukur aktivitas mikroba pada bahan pangan. 2.6.2. Faktor Ekstrinsik, factor-faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu, kelembaban, dan susunan gas di atmosfir. 1. Suhu Suhu merupakan factor fisika yang sangat peting pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis, dan komposisi sel. Berdasarkan kisaran pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu thermofil, mesofil, psikhrofil, dan psikhotrof. Semua mikroba pathogen dan sebagian besar mikroba penyebab kerusakan pangan tergolong dalam kelompok mikroba mesofil. 2. Kelembaban Udara Relatif Kelembaban udara relative berhubungan dengan aktifitas air (aw). Pangan yang mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang

mempunyai kelembaban udara relative tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang diserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh bakteri. 3.Susunan Gas di Atmosfir Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor electron, mikroba dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu mikroba aerob dan mikroba anaerob. Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor electron terakhir dalam proses bioenerginya. Sebaliknya, mikroba anaerob adalah mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor electron dalam proses bioenerginya. 2.6.3. Faktor Implisit, faktor-faktor implicit yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba adalah sinergisme dan antagonisme 1. Sinergisme Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan perubahan (biasanya peruubahan kimia), dimana tanpa adanya kerja sama diantaranya, masing-masing organisme itu tidak dapat melakukannya sendiri. Faktor-faktor yang berkaitan dengan sinergisme adalah nutrisi, perubahan nilai ph, perubahan potensial redoks, perubahan aktivitas air (aw), penghilang zat anti mikroba, dan kerusakan struktur biologis. 2. Antagonisme Kematian atau terhambatnya pertumbuhan suatu organisme yang disebabkan oleh organisme pertama disebut antagonisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi

antagonisme antara lain, penggunaan nutrisi, perubahan nilai ph, perubahan potensial redoks, pembentukan zat zat anti mikroba dan bakteriofag. 2.6.4. Faktor Pengolahan Mikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan bahan pangan dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau oengawetan pangan. Jenisjenis pengolahan/pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba antara lain suhu tinggi, suhu rendah, penambahan bahan pengawet, dan irradiasi.(nurwantoro, 1997) 2.7 Zat Kimia yang Berfungsi Sebagai Antagonis Mikroba Zat kimia yang berfungsi sebagai antagonis mikroba, yang berguna dalam pengawetan makanan ialah yang bersifat anorganik dan sifatnya organik. 2.7.1. Agensia Anorganik a. Belerang dioksida Belerang dioksida telah digunakan dalam pengawetan pangan selama berabadabad dan sekarang masih dipergunakan secara luas di seluruh dunia, terutama dalam perlakuan bahan pangan yang berasal dari tanaman. Oleh karena lebih efektif terhadap jamur daripada khamir, maka belerang dioksida banyak digunakan dalam industri fermentasi seperti halnya dalam pembuatan anggur. Belerang dioksida lebih toksik terhadap jamur dan bakteri daripada terhadap khamir.

b. Hidrogen Peroksida Bakteri pembusuk spora anaerob dapat dimatikan hydrogen peroksida. Sterilisasi permukaan berbagai komoditi dapat dilaksanakan dengan senyawa ini. Disamping itu hydrogen peroksida mempunyai kegunaan yang lebih luas dalam mengendalikan infeksi permukaan (kulit) pada manusia. c. Klor Klor adalah desinfektan kimia yang digunakan secara luas, terutama digunakan dalam klorinasi air untuk minum dan tujuan pengolahan. Paling efektif bekerja pada ph yang rendah. d. Karbondioksida Karbondioksida diketahui memiliki si fat-sifat mengawetkan pada tekanan tinggi daripada yang dijumpai dalam udara atmosfer. Selain digunakan dalam minuman yang berkarbondioksida, juga digunakan pada bahan pangan olahan sebagian, seperti misalnya pada biscuit yang tidak dipanggang. Sebagai zat pengawet utama adalah kenaikan gas karbondioksida yang berkembang dalam kemasan selama penyimpanan. Karbondioksida sekarang digunakan dalam pengendalian pemasakan dan kualitas penyimpanan buah-buahan segar. 2.7.2. Agensia Organik a. Asam Benzoat Asam benzoate dan derivat derivatnya adalah suatu kelompok zat pengawet kimia yang sudah digunakan secara luas. Walaupun garam natrium dan ammonium benzoate bisa digunakan, akan tetapi molekul molekul asam

benzoat itu sendiri yang mempunyai sifat yang mematikan. Molekul-molekul yang tidak mengalami disosiasi diduga merupakan komponen yang aktif. b. Asam asam Lemak Asam lemak yang mengandung 1 sampai 14 atom karbon adalah penghambat jamur yang efektif. Dengan adanya ikatan rangkap meningkatkan pengaruh mengawetkannya, dengan adanya rantai cabang menurunkan pengaruh mengawetkannya. c. Asam Sorbat Gooding telah menemukan bahwa golongan umum dari asam lemak rantai panjang yang tidak jenuh efektif sebagai agensia fingistatis (menghambat pertumbuhan jamur), terutama asam sorbet yang sangat bermanfaat dalam pengendalian pertumbuhan jamur. d. Asam Dehidroasetat Agensia mikroba yang telah memberi banyak harapan adalah asam dehidroasetat. Daya pengawetannya tidak banyak dipengaruhi oleh ph. Pengawet ini telah digunakan pada banyak bahan pangan yang mudah rusak, pada kadar yang rendah tidak menimbulkan cita rasa yang tidak dikehendaki dan juga efektif. (Desrosier, 2001) 2.8 Analisa Mikrobiologi Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya folusi kotoran dan kondisi sanitasi tidak baik terhadap air. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya

mikroorganisme yang bersifat enterofatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu (1) koliform fekal, misalnya eschercia coli (e.coli) dan (2) koliform nonfekal misalnya enterobakteraerogenes. E.coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia, sedangkan enterobactera erogenes biasanya ditemukan pada kotoran hewan maupun tanam tanaman yang telah mati. Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya digunakan metode MPN (Most Probeble Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan hitungan cawan karena lebih sensitive dan dapat mendeteksi koliform dan jumlah yang sangat rendah di dalam contoh. Metode lain yang dapat digunakan adalah metode Milipore Membran Filter, filter yang dapat mendeteksi dan menghitung koliform dalam jumlah kecil di dalam contoh. 2.8.1 Mikroba Metode Membran Filter Sebanyak 25 100 ml contoh disaringmelalui membran filter steril dengan poripori 0,22-0,45 mikron dan diameter sekitar 5 cm. Kemudian membrane filter tersebut diletakkan di atas agar cawan, dan inkubasi pada suhu 35 0 C atau 37 0 C selama 18-24 jam. Jumlah koliform tifikal baik fekal maupun non fekal dihitung dan dinyatakan dalam jumlah kuliform per 100 ml contoh. Endo agar dapat digunakan untuk

membedakan koloni bakteri yang memfermentasi laktosa dengan yang tidak mempermentasi laktosa karena medium ini mengandung 1 % laktosa sebagai satusatunya sumber karbohidrat. Koloni yang mempermentasi laktosa, termasuk kiloform, membentuk bagian merah pada bagian atas koloni dan sekelilingnya. Bakteri yang tidak mempermentasi laktosa, misalnya salmonella dan shigella, akan membentuk koloni yang tidak berwarna baik pada agar. Metode membran filter ini mempunyai kebaikan, antara lain : 1. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme di dalam sample yang sedikit 2. Penyebaran bakteri dibatasi sesempit mngkin dan pada suatu waktu dapat digunakan untuk campuran bakteri sampai 500 jenis. 3. Setiap waktu dapat dilakukan pemisahan organisme dari bahan media 4. Memberikan perhitungan yang langsung dari penentuan jumlah 5. lebih cepat dan baik di dalam membrdakan jenis-jenis bakteri 6. Memberikan catatan hasil yang permanent di dalam cawan petri yang diawetkan. Kelemahan system ini antara lain ialah membran yang sudah dipakai tidak dapat digunakan untuk menyaring air yang mengandung lumpur atau sediment karena dapat menyumbat penyaring. 2.8.2. Metode Hitung Cawan Yang dimasksud dengan Total Count adalah perhitungan jumlah tidak berdasarkan jenis, tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar

mikroorganisme umum seperti bakteri, fungi, mikro algae ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Jumlah koliform di dalam contoh dapat dihitung dengan metode hitungan cawan menggunakan agar VRB (Violet Red Bile) atau agar DL (Dexoycholate Lactose). Inkubasi cawan yang mengandung agar VBR atau agar DL harus dilakukan pada suhu 35 0 C atau 37 0 C selama 24 jam. (Farsianz, 1993)