HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

Z 2 α P Q n = d 2

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

Stikes Muhammadiyah Gombong

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research yaitu menjelaskan antara

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU Dirhan* Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti (STIKES TMS) Bengkulu *e-mail: drsdirhanmkes@yahoo.com

Dirhan PENDAHULUAN Hipertensi di dunia akhir-akhir ini menunjukkan trend yang mengarah menjadi masalah kesehatan di tengah-tengah masyarakat, utamanya di negara maju. Indonesia sebagai sebuah negara yang terus mengalami peningkatan dalam berbagai kehidupan termasuk salah satu diantaranya bidang kesehatan, misalnya perubahan pola, dulu masalah penyakit infeksi dan gangguan gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama, tetapi kini masalah penyakit degenerasi (kemunduran), penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk di antaranya hipertensi mulai tampak menonjol seiring dengan makin tingginya umur harapan hidup dan makin meningkatnya kesejahteraan manusia (Bustan, 2007). Penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan bersama karena angka prevelansi hipertensi yang tinggi hingga memungkinkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas penderita. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang penderita tekanan darah tinggi. Untuk pria maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18% menjadi 31% dan 16% menjadi 29% (Limpakarnjanarat K.), Prevalensi hipertensi di Indonesia, pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7%, sedangkan 39,2% adalah wanita (Limpakarnjanarat K.), dan pada tahun 2009 di Indonesia khusus di daerah perkotaan dan pedesaan angka prevalensi penyakit hipertensi pada penduduk berusia lebih dari 20 tahun adalah 1,95%-29,6% (Darmojo dan hadi, 2010). Kemenkes 2004 lebih jauh meneliti hipertensi penederita antara pria dan wanita ternyata wanita menderita hipertensi lebih banyak. Di Jawa Tengah angka prevalensi 6,8% pria dan 12,6% wanita, Sumatra Barat 17,6% pria dan 18,9% wanita dan di Jakarta 14,7% pria dan 15,6% wanita. Masyarakat yang sudah mempunyai pengetahuan lebih mendalam kaitanya dengan hipertensi baik mengenai gejala, penyebab, dan akibat hipertensi akan mendorong dirinya, keluarga dan masyarakat untuk bersikap mendukung pengendalian kemungkinan munculnya penyakit hipertensi. Bagi penderita hipertensi dapat mencari pengobatan dan berobat secara teratur sesuai petunjuk dokter atau tenaga medis. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya pencegahan dan penanggulangan merupakan upaya yang wajib dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan mandiri tentunya melalui petugas promosi Kemenkes di setiap jajaranya hingga Puskesmas dan terutama individu yang bersangkutan. Caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelayanan yang dapat mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan kajian ulang terhadap peran dan fungsi seluruh pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi dan pencegahan. Menurut Gunawan (2005), Hambatan sering terjadi dalam pengobatan disebabkan karena pasien lalai, tidak mendengarkan nasehat dokter, kurang pemahaman dalam minum obat dan kurangnya pengetahuan untuk dapat mengerti dan memakai obat darah tinggi dengan baik. Berdasarkan data Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan Sikap dinas kesehatan Kota Bengkulu tahun 2010 terdapat 3.250 kasus hipertensi yang menduduki peringkat ketiga dari penyakit tidak menular lainnya. Jumlah kunjungan di Puskesmas Sukamerindu dari sepuluh besar penyakit kejadian hipertensi menempati tempat pertama sebanyak 55 kasus. Prevalensi hipertensi mengalami peningkatan sebanyak 12,5% dari 42 kasus sebelumnya pada tahun 2009. Melihat penyakit hipertensi merupakan penyakit berbahaya dan menyebabkan terjadinya angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sedangkan pada pasien yang berobat ke Puskesmas Sukamerindu mengalami kenaikan, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole pada pasien hipertensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole pada pasien hipertensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, khususnya mendeskripsikan pengetahuan tentang hipertensi, sikap, ketaatan berobat pasien hipertensi, dan mendeskripsikan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, Menganalisis hubungan pengetahuan dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi, sikap dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi, dan menganalisis hubungan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Hasil penelitian Dewi bahwa pengetahuan tentang hipertensi berpengaruh terhadap derajat sistole dan diastole pasien hipertensi. Ada hubungan korelasi tingkat pengetahuan tentang hipertensi (Agoes et al.,). Semakin baik pengetahuan pasien tentang hipertensi maka tekanan darah dapat ditekan kearah normal (Dewi, 2005). Green mengemukakan bahwa Semakin baik sikap seseorang terhadap kesehatan maka tingkat kesehatan seseorang tersebut juga akan semakin baik. Ketaatan berobat berpengaruh terhadap penyakit hipertensi (Dewi, 2005). METODE PENELITIAN Jenis penelitian menggunakan explanatory research yaitu menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengkajian hipotesis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional dimana variabel-variabel yang diteliti diobservasi dan diukur pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005) Populasi adalah seluruh pasien hipertensi yang melakukan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu sejumlah 54 orang. Sampel total atau sebanyak 54 orang pasien hipertensi. Variabel bebas (independent) meliputi Pengetahuan, Sikap dan Ketaatan berobat pasien hipertensi. Sedangkan Variabel terikat (dependen) meliputi derajat sistole dan diastole tekanan darah pasien hipertensi. Definisi Operasional dari pengetahuan hipertensi adalah suatu hal yang diketahui pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi. Datanya adalah data primer karena itu pengumpulan datanya melalui kusioner berupa pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan, dimana diberi nilai (skor) 1 bila jawaban benar, dan nilai 0 bila jawaban salah. Skala: Interval, Sikap adalah

Dirhan tanggapan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi. Datanya adalah data primer karena itu pengumpulan datanya melalui kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawaban benar nilai 1 dan nilai 0 bila jawaban salah. Skala: Interval, Ketaatan berobat adalah tindakan nyata pasien hipertensi dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya. Datanya adalah data primer karena itu pengumpulan datanya melalui kusioner berupa pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan bila pasien hipertensi menjawab benar diberi nilai 2, bila jawaban mendekati benar nilai 1, dan bila jawaban salah nilai 0. Skala Interval. Derajat sistole dan diastole adalah tekanan darah pasien hipertensi merupakan data skunder yang diperoleh dari hasil pengukuran pasien hipertensi oleh dokter atau asisten dokter dengan menggunakan alat tensimeter dengan membaca nilai mmhg. Skala: Interval. Pengetahuan tentang hipertensi, setelah diolah kemudian dianalisis dengan klasifikasi baik bila total skor (80%-100%), Cukup bila total skor (65%-79%), dan Kurang bila total skor (<65%). Sedangkan untuk sikap tentang hipertensi, diklasifikasikan menjadi, mendukung (normal rata-rata, tidak normal > median), tidak mendukung ( normal < rata-rata, tidak normal: < median), dan ketaatan berobat diklasifikasikan sebagai berikut, taat ( normal rata-rata, tidak normal > median), tidak taat (normal < rata-rata, tidak normal < median) dan untuk menentukan derajat Sistole dan Diastole, klasifikasinya adalah berat bila Sistole >180 dan Diastole >110, sedang bila Sistole 160-179 dan Diastole 100-109 dan ringan bila Sistole 140-159 dan Diastole 90-100. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan entri data, setelah itu ditabulasi dan skoring. Untuk data pengetahuan tentang hipertensi terdiri dari 10 pertanyaan jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk data Sikap terdiri dari 10 pertanyaan positif jawaban setuju nilai 2, negatif nilai 1, tidak setuju nilai 0, sedangkan pertanyaan negatif setuju diberi nilai 0, positif nilai 1, tidak setuju nilai 2. Dan untuk ketaatan berobat terdiri dari 5 pertanyaan jawaban benar nilai 2, mendekati benar nilai 1, salah nilai 0. Analisis data secara diskriptif untuk melihat gambaran pasien hipertensi menurut variabel yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pasien hipertensisi. Analisis secara analitik, analisis ini dipakai untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole, bila berdistribusi normal menggunakan uji statistik Pearson Product Moment, bila berdistribusi tidak normal dengan uji korelasi Rank Spearman, pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas hasil penelitian dalam rangka memperoleh jawaban sehubungan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan juga dikemukakan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis kelamin dan umur responden. Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu yang menjadi tempat penelitian ini dilakukan pada bulan April 2011 terletak antara 8 Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan Sikap derajat LS dan 110 derajat BT, luas wilayah 17,22 Km 2 dan didalamnya terdapat 7 Kelurahan, yaitu Sukamerindu, Tanjung Agung, Tanjung Jaya, Semarang, Surabaya, Kampung Kelawi dan Pasar Bengkulu. Kondisi iklim sepanjang tahun beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 250-300 ml, suhu 17-21 derajat Celcius pada musim hujan dan 31-33 derajat Celcius pada musim panas. Jenis kelamin responden dari 54 orang responden terdiri dari laki-laki 26 (48,1%), perempuan 28 (51,9%). Umur pasien hipertensi berkisar antara 38 tahun sampai dengan 81 tahun, rata-rata umur pasien hipertensi 52,41 tahun, selanjutnya umur pasien hipertensi dikelompokkan 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun dan > 60 tahun. Analisis univariat pengetahuan pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi Uji Normalitas. Skor pengetahuan pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi berkisar antara 3 sampai 10 dengan ratarata skor 8,30, dari hasil ujikolmogorov Smirnov diperoleh p value sebesar 0,001 karena p kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan distrbusi data pasien hipertensisi tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi diperoleh hasil bahwa sebagian besar pengetahuan pasien hipertensi 38 (70,4%) termasuk kategori baik, 11 (20,4%) berpengetahuan cukup dan hanya 5 (9,3%) pasien hipertensi termasuk kategori berpengetahuan kurang. Seperti pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat Variabel Kategori f % independen Baik 38 70.3 Cukup 11 20.4 Pengetahuan Kurang 05 9.3 Jumlah 54 100 Mendukung 43 79.6 Sikap Tidak 11 20.4 mendukung Jumlah 54 100 Taat 41 75.9 Ketaatan berobat Tidak taat 13 24.1 Jumlah 54 100 Variabel dependen Kategori f % Berat 35 64.8 Sistole Sedang 19 35.2 Rendah 0 0 Jumlah 54 100 Berat 3 5.6 Diastole Sedang 33 61.1 Rendah 18 33.3 Jumlah 54 100

Dirhan Untuk gambaran jawaban kuesioner dari pasien hipertensi tentang pengetahuan penyakit hipertensi meliputi pengertian, umur, jenis, gejala, penyebab, efek alkohol, efek garam, pencegahan hipertensi, gaya hidup, dan akibat hipertensi. Pengertian hipertensi menjawab benar 77,8%, umur yang biasa diserang 79,6%, jenis hipertensi 77,8%, gejala hipertansi 83,3%, penyebab hipertensi 87%, efek dari alkohol 87%, efek dari garam 88,9%, pencegahan hipertensi 83,3%, macam modifikasi gaya hidup 83,3% dan akibat hipertensi 81,5%. Jadi diperoleh hasil bahwa sebagian besar pasien hipertensi dapat menjawab dengan benar semua pertanyaan tentang pengetahuan penyakit hipertensi dan hanya sebagian kecil pasien hipertensi tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sikap pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi Skor untuk sikap berkisar antara 5 sampai 19 dengan rata-rata 14,28, dari hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p value sebesar 0,035 karena p kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan distrpasien hipertensisi data tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui gambaran sikap pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi diperoleh hasil bahwa sikap pasien hipertensi yang mendukung 43 (79,6%), dan tidak mendukung 11 (20,4%). Jadi diperoleh hasil bahwa mayoritas sikap pasien hipertensi 79,6 % mendukung penyakit hipertensi. Ketaatan berobat pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi Skor untuk ketaatan pasien dalam melaksanakan pengobatan penyakit hipertensi berkisar antara 2 sampai 5 dengan rata-rata 4,31, dari hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p value sebesar 0,000 karena p kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan distribusi data pasien hipertensisi tidak normal Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui gambaran ketaatan pasien hipertensi tentang penyakit hipertensi diperoleh hasil bahwa mayoritas pasien hipertensi 41 (75,9%) taat dalam melakukan pengobatan hipertensi dan hanya 13 (24,1%) pasien hipertensi yang tidak taat berobat. Tekanan darah sistole pasien hipertensi Tekanan darah sistole pasien hipertensi antara 150 sampai 220 mmhg dengan rata-rata tekanan sistole sebesar 183,15 mmhg. Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui gambaran tekanan sistole hipertensi pasien hipertensi, diperoleh hasil bahwa sebagian besar 35 (64,8%) tekanan darah sistole pasien hipertensi termasuk berat, 19 (35,2%) sistole sedang dan tidak ditemukan pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole rendah. Tekanan darah diastole pasien hipertensi Tekanan darah diastole pasien hipertensi berkisar 90 sampai dengan 110 mmhg dengan rata-rata tekanan diastole sebesar 95,74 mmhg, Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui gambaran tekanan darah diastole pasien hipertensi diperoleh hasil bahwa sebagian besar pasien hipertensi 33 (61,1%) tekanan darah diastole sedang, 18 (33,3%) rendah dan hanya 3 Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan Sikap (5,6%) tekanan darah diastole pasien hipertensi termasuk kategori berat. Analisa bivariat Untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Sebelum data dianalisa, data diuji kenormalan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan hasil p < 0,05. Sehingga untuk menganalisa hubungan kedua variabel menggunakan uji Rank Spearman. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan distole pasien hipertensi Indevendent Devendent p P r variable variable Pengetahuan Sistole 0.000-0.438 Diastole 0.001-0.217 Sikap Sistole 0.027 0.05-0.192 Diastole 0.018-0.310 Ketaatan berobat Sistole 0.000-0.458 Diastole 0.000-0.436 Hubungan pengetahuan dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan terhadap derajat sistole tekanan darah pasien hipertensi. Selain itu diperoleh nilai r = 0,438 yang berlawanan arah artinya semakin tinggi nilai pengetahuan maka derajat sistole tekanan darah pasien hipertensi akan semakin rendah. Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,001 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan terhadap derajat diastole tekanan darah pasien hipertensi. Selain itu diperoleh nilai r = 0,217 yang berlawanan arah artinya semakin tinggi nilai pengetahuan maka derajat diastole akan semakin rendah. Sebagian besar 70,4% pengetahuan pasien hipertensi sudah baik dan hanya 9,3% pasien hipertensi berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi yang sudah baik itu diperoleh dari media elektronik seperti televisi, radio dan internet, membaca majalah, koran dan jurnal hasil penelitian atau lewat promosi dari petugas kesehatan dan dapat juga dari teman-teman terdekat yang mengetahui tentang penyakit hipertensi. Sebaliknya bagi pasien hipertensi yang berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model (HBM) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh informasi dan lingkungan tempat tinggalnya. Hasil analisis menggunakan Rank Spearman dimana nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan dengan derajat sistole. Dan dengan derajat diastole p=0,001 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan dengan derajat diastole. Hal ini sesuai dengan pendapat Green bahwa tingkat kesehatan seseorang dapat

Dirhan ditentukan oleh tingkat pengetahuan dari orang tersebut, sehingga semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan orang tersebut juga akan semakin baik (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Dewi bahwa pengetahuan tentang hipertensi berpengaruh terhadap derajat sistole dan diastole pasien hipertensi. Semakin baik pengetahuan pasien tentang hipertensi maka tekanan darah dapat ditekan kearah normal (Dewi, 2005). Hubungan sikap dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,027 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan derajat sistole tekanan darah pasien hipertensi. Selain itu diperoleh nilai r= 0,192 yang berlawanan arah artinya semakin baik sikap pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi maka derajat sistole tekanan darahnya akan semakin rendah. Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,018 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna sikap derajat diastole tekanan darah pasien hipertensi. Selain itu diperoleh nilai r= -0,310 yang berlawanan arah artinya semakin baik sikap pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi maka derajat diastole akan semakin rendah. Sikap pasien hipertensi mayoritas (79,6%) mendukung penyakit hipertensi dan hanya 20,4% tidak mendukung. Hal ini kemungkinan karena pasien hipertensi berpengetahuan baik sehingga menimbulkan sikap yang baik pula terhadap penyakit yang diderita. Sesuai penelitian Yayuk (2004) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikapnya. Semakin baik pengetahuan seseorang maka sikap orang tersebut juga akan semakin taat dalam pengobatan penyakitnya karena orang tersebut mempunyai keinginan untuk sembuh. Hasil analisis yang menggunakan Rank Spearman menunjukan nilai p=0,027, karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan derajat sistole. Sedangkan derajat diastole diperoleh nilai p=0,018 karena p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna sikap dengan derajat diastole. Soekidjo Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa kesehatan seseorang ditentukan oleh niat atau sikap orang tersebut terhadap pelayanan kesehatan (behaviour intention) dukungan sosial dari masyarakat sekitar, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan dan fasilitas kesehatan. Lebih lanjut Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan atau tingkat kesehatan seseorang ditentukan oleh sikap seseorang terhadap obyek kesehatan. Semakin baik sikap seseorang terhadap kesehatan maka tingkat kesehatan seseorang tersebut juga akan semakin baik. Hubungan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna ketaatan dengan derajat sistole. Selain itu diperoleh nilai r= 0,458 yang berlawanan arah artinya semakin baik Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan Sikap ketaatan pasien hipertensi dalam melakukan pengobatan hipertensi maka derajat sistole semakin rendah. Hasil analisa dengan Rank Spearman diperoleh nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna ketaatan dengan derajat diastole tekanan darah pasien hipertensi. Selain itu diperoleh nilai r= 0,436 yang berlawanan arah artinya semakin baik ketaatan pasien hipertensi dalam melakukan pengobatan hipertensi maka derajat diastole tekanan darah pasien hipertensi akan semakin rendah. Sebagian besar pasien hipertensi sudah taat berobat 75,9% dan hanya 24,1% yang tidak taat berobat. Hal ini kemungkinan karena adanya sikap yang baik terhadap penyakit yang dideritanya sehingga pasien hipertensimempunyai keinginan untuk sembuh yang diwujudkan dengan taat menjalani pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan (Notoatmodjo, 2007) Hasil analisis data menggunakan Rank Spearman diketahui nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna ketaatan berobat dengan derajat sistole. Dan derajat diastole diperoleh nilai p=0,000 karena p<0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna ketaatan berobat dengan derajat diastole. Sesuai dengan penelitian Dewi (2005) bahwa ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan akan berpengaruh terhadap penyakit hipertensi. Dalam penelitiannya terdapat hubungan yang cukup kuat, artinya semakin taat seseorang menjalani pengobatan maka tekanan darah pasien akan semakin mendekati normal. KESIMPULAN Pengetahuan pasien hipertensi sebagian besar (70,4%) sudah baik. Sikap pasien hipertensi mayoritas (79,6%) mendukung pengobatan hipertensi. Mayoritas pasien hipertensi (75,9%) taat berobat, dan sebagian besar (64,8%) bertekanan darah sistole berat dan sebagian besar (61,1%) bertekanan darah diastole sedang. Terdapat hubungan bermakna pengetahuan dengan derajat sistole dan diastole, dimana nilai p=0,000 untuk sistole dan untuk diastole nilai p=0,001, Terdapat hubungan yang bermakna sikap dengan derajat sistole dan diastole dimana nilai p=0,027 untuk sistole dan untuk diastole nilai p=0,018, dan terdapat hubungan yang bermakna ketaatan berobat dengan derajat sistole dan diastole dimana nilai p=0,000 untuk sistole dan derajat diastole nilai p=0,000. DAFTAR PUSTAKA Agoes A., Yulian Wiji Utami, dan Berlinda Okta Rini, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Perilaku Pencegahan Stroke pada Penderita Hipertensi di Panti Werdha Pangestu Lawang Malang, Dosen Ilmu Keperawatan FKUB Bustan, MN., 2007, Epidemologi Penyakit Tidak Menular, PT Rineka Cipta, Jakarta Darmojo B. dan, Hadi Martono. 2010. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Dewi AT., 2005, Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Ketaatan Berobat dengan Terkendalinya Tekanan Darah Penderita di Puskesmas

Dirhan Sumber Lawang Kabupaten Sragen, UNIMUS Semarang Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2011, Laporan Tahunan 2010 Gunawan L. 2005. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Limpakarnjanarat, K., perwakilan WHO untuk Indonesia dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia di kantor Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Kamis (4/4/11) Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S., 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S.,. 2007, Pendidikan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, 2010. Laporan Data Penyakit Tidak Menular Yayuk, 2004, Hubungan Pengetahuan Sikap Dengan Terkontrolnya Tekanan Darah Pada Pasien Di Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo, UNIMUS, Semarang Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012