PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TERHADAP SIFAT FISIK TABLET LEPAS LAMBAT MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON

Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Asam Sitrat Terhadap Sifat Fisik Granul Effervescent Sari Buah Naga (Hylocereus undatus)

BAB II. STUDI PUSTAKA

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Nety Saptaning Purwantie, Naniek Setiadi Radjab, Ari Widayanti Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SUKROSA-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN MATRIKS PATI BERAS KETAN PRAGELATINASI DARI KAMPAR

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

PENGARUH KANDUNGAN PATI SINGKONG TERPREGELATINASI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TABLET LEPAS TERKONTROL TEOFILIN

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

ARTIKEL PENELITIAN. Rini Agustin 1 & Hestiary Ratih 2

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

PEMANFAATAN MALTODEKSTRIN DARI PATI SINGKONG SEBAGAI BAHAN PENYALUT LAPIS TIPIS TABLET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

Octalya Mutiara, Ari Widayanti, Pramulani Mulya Lestari Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta ABSTRACT

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

Transkripsi:

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TERHADAP SIFAT FISIK TABLET LEPAS LAMBAT MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK (1) Syarifah Aisyatirradiyah, Inding Gusmayadi, Fahjar Prisiska ABSTRAK Amilum manihot merupakan pati yang diperoleh dari umbi Manihot utillissima pohl. yang bisa digunakan sebagai bahan penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi amilum manihot sebagai bahan penghancur terhadap sifat fisik tablet lepas lambat dengan zat aktif mikrokapsul. Pada penelitian ini amilum manihot yang digunakan konsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12%, pembuatan dengan metode slugging sampai didapatkan granul dengan waktu alir yang baik. Granul dikempa menjadi tablet dan dilakukan uji sifat fisik tablet lepas lambat natrium diklofenak yang meliputi uji kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan dilihat fisik tabletnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet dengan peningkatan konsentrasi amilum manihot akan menunjukan hasil sifat fisik yang berbeda pula. Uji sifat fisik meliputi kekerasan untuk masing-masing formula yaitu F1= 12,0 kg/cm 2, F2= 11,10 kg/cm 2, F3= 9,07 kg/cm 2, F4= 6,69 kg/cm 2, F5= 6,25 kg/cm 2. Untuk keragasan F1 = 0,35%, F2=0,48%, F3= 0,56%, F4= 0,64%, F5= 0,69%. Hasil untuk waktu hancur F1= 116.36 menit, F2 = 105.01 menit, F3 = 84.03 menit, F4 = 79.11 menit, F5 = 72.59 menit. Hasil ANOVA tukey LSD dan Duncan menunjukan untuk formula IV dan V memenuhi keseluruhan persyaratan sifat fisik tablet lepas lambat natrium diklofenak. Kata Kunci : Amilum Manihot, Mikrokapsul Natrium Diklofenak, Tablet Lepas Lambat. EFFECT INCREASING CONCENTRATION OF MANIHOT STARCH AS DISENTEGRANT TO THE PHYSICAL PROPERTIES OF SUSTAINED REALEASE MICROCAPSULES DICLOFENAC SODIUM ABSTRACT Manihot starch is obtained of tuber Manihot utillissima pohl. can used as disentegrant. This study aims at finding out increasing concentration of manihot starch as disentegrant to the physical properties of sustained realease tablet with active substance microcapsules. On this research using manihot starch concentration 4, 6, 8, 10 and 12%, were done slugging method to obtain granules with good flow time. Granules compress become a tablet and evaluated for hardness, friability, disentegration and physical properties. The result showed that increasing concentrations of manihot strach make different physical properties. Hardness for each formula was F1 : 12,0 kg/cm 2, F2 : 11,10 kg/cm 2, F3 : 9,07 kg/cm 2, F4 : 6,69 kg/cm 2, F5 : 6,25 kg/cm 2. Friability F1 : 0,35%, F2 : 0,48%, F3 : 0,56%, F4 : 0,64%, F5: 0,69%. Disentegration F1 : 116.36 minute, F2 : 105.01 minute, F3 : 84.03 minute, F4 : 79.11 minute, F5 : 72.59 minute. The

result ANOVA Tukey LSD and Duncan showed formula IV and V requirements physical properties sustained realease diclofenac sodium. Keywords: Manihot Strach, Microcapsules Diclofenac Sodium, Sustained realease tablet. (1)Jurusan Farmasi FFS Universitas Muhammadiyah Prof. DR Hamka, Jl. Islamic Center, Perumnas Klender, Jakarta Timur. Telp. (021)8604363, Fax. (021)86603233. Email : al_baharun@yahoo.com. HP. 087883112311.

PENDAHULUAN Natrium diklofenak merupakan obat anti inflamasi non steroid yang digunakan sangat luas untuk mengobati reumatik, arthritis, osteoartritis dengan pemakaian berulang. Natrium diklofenak memiliki t½ yang pendek yaitu 1-3 jam, obat yang mempunyai t½ pendek pemberian obat harus diulang beberapa kali agar diperoleh konsentrasi efektif sehingga sesuai dibuat sediaan tablet lepas lambat (1). Sediaan lepas terkendali akhir-akhir ini mendapat perhatian yang semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain penggunaan obat yang lebih efesien, pola kadar obat dalam darah yag relatif konstan dan frekuensi penggunaan obat yang relatif sedikit. Faktor-faktor itu akan memberikan keuntungan yang lebih banyak pada pasien dibandingkan dengan sediaan yang konvensional (2). Berbagai produk obat pelepasan terkendali telah dirancang dengan tujuan terapetik tertentu yang didasarkan atas sifat fisikokimia, farmakologi, dan farmakokinetik obat. Tujuan desain sediaan adalah untuk mengoptimalkan penyampaian obat sehingga mencapai suatu ukuran kontrol dari efek terapi dalam menghadapi fluktuasi yang tidak menentu dalam lingkungan invivo tempat pelepasan obat berlangsung. Akibat dari adanya fluktuasi kadar obat dalam darah adalah jika kadar obat terlalu tinggi akan timbul efek samping yang tidak diinginkan, sedangkan jika kadar obat terlalu rendah efek terapi yang diinginkan tidak tercapai. Oleh karena itu akhirakhir ini banyak dikembangkan bentuk sediaan dengan pelepasan terkendali, salah satunya melalui proses mikroenkapsulasi (3). Mikroenkapsulasi merupakan suatu teknologi yang berkembang pesat dan paling banyak menarik minat dalam sistem penghantaran obat, yang memungkinkan bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul dengan ukuran mikroskopis, dengan membentuk salutan tipis disekitar bahan yang akan dijadikan kapsul (2). Partikel-partikel yang dienkapsulasi umumnya memiliki laju pelarutan yang lebih lambat karena biasanya penyalut yang digunakan berasal dari bahan yang tidak larut dalam air dan memberi suatu rintangan untuk difusi obat. Granul yang dihasilkan pada proses mikroenkapsulasi tersebut kemudian dapat dimasukkan ke dalam kapsul atau dibuat menjadi tablet (2). Etil selulosa merupakan salah satu polimer hidrofobik yang banyak diteliti penggunaannya untuk tablet lepas lambat, Sifat etil selulosa yang hidrofobik dapat menghambat pelepasan obatobat yang mempunyai kelarutan besar didalam air, natrium diklofenak dengan penyalut Etil selulosa dapat menghasilkan tablet dengan kekerasan tinggi dan tidak rapuh. Dalam penelitian ini, etil selulosa digunakan sebagai pembentuk dinding mikrokapsul ( wall former) yang dapat menghambat pelepasan natrium diklofenak (4,5). Pada proses pembuatan tablet lepas lambat bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet ini antara lain bahan penghancur dan bahan pengikat. Amilum manihot digunakan sebgai bahan penghancur, yang dikeringkan pada suhu 80-90 o C untuk menghilangkan air yang terabsopsi (5). Amilum manihot merupakan pati yang diperoleh dari umbi akar manihot utillissima pohl. (familia euphobiaceae). Mekanisme kerja amilum manihot ketika kontak dengan air kemudian akan mengembang, terjadi perubahan volume dan akhirnya pecah (6). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan preformulasi natrium diklofenak terlebih dahulu dibuat dalam bentuk mikrokapsul dengan mikroenkapsulasi spray dryer, dan diduga tabletasi terhadap mikrokapsul yang dihasilkan dapat memberikan efek pelepasan yang lebih lambat dan optimal, efek pelepasan obat yang terlalu lama maka perlu dilakukan penelitian dengan penambahan amilum manihot sebagai bahan penghancur dengan konsentrasi yang berbeda sehingga dilakukan uji sifat fisik tablet lepas lambat.

METODOLOGI PENELITIAN a. Mikroenkapsulasi Natrium diklofenak metode spray dry Tabel II. Formula mikrokapsul Bahan Natrium diklofenak Etil selulosa N10 Alkohol 96% Penimbangan 30,0 g 10,0 g 100 ml Sejumlah 100 ml etanol 96% dimasukkan kedalam gelas piala 250 ml. Tambahkan etil selulosa 10,0 g ke dalamnya sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai melarut. sebanyak 30,0 gram natrium diklofenak dimasukan ke dalam campuran tadi, kemudian dikeringkan dengan alat pengering semprot (spray drying). Suhu inlet 80 o C, suhu outlet 105-110 o C selama ±90 menit sampai terbentuk mikrokapsul natrium diklofenak. Lakukan evaluasi mikrokapsul b. Evaluasi mikrokapsul Natrium diklofenak 1. Kadar air Pemeriksaan kadar air menggunakan alat Karl Fisher kurang lebih 3,0-5,0 mg granul (W 1 ) ditimbang, lalu dimasukan ke dalam alat dan ditimbang kembali sisa granul pada wadah (W 2 ). Data wadah W 2 dimasukkan ke dalam alat dan titrasi ditunggu sampai selesai kurang lebih 3-5 menit. Kadar air akan tercetak secara otomatis. Kadar air yang baik adalah 3-5%. Rumus kadar air yang digunakan dalam alat tersebut adalah : Kadar (%) = x 100% (1) Keterangan M = jumlah air yang ada dalam contoh atau serbuk yang dititrasi (gram) B = air yang telah ada pada alat sebelum contoh dimasukkan (gram) 2. Distribusi ukuran partikel dengan analisa ayakan Masukkan 50,0 g mikrokapsul ke dalam pengayak bertingkat yang telah disusun. Pengayak digetarkan selama ± 10 menit. Kemudian ditimbang mikrokapsul yang tertahan pada masing-masing ayakan, hitung persentasi jumlahnya. 3. Penetapan kandungan zat inti Penetapan kandungan inti mikrokapsul natrium diklofenak dilakukan secara spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 275 nm dengan menggunakan blangko alkohol 96%. Buat larutan mikrokapsul dengan 10 ppm dengan pelarut alkohol 96%. Ukur serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 275 nm.

4. Pembuatan tablet dengan bahan aktif mikrokapsul Natrium diklofenak Formulasi sediaan tablet uji natrium diklofenak dengan peningkatan konsentrasi amilum manihot sebagai bahan penghancur menggunakan formula sebagai berikut: Tabel III. Formula tablet lepas lambat Natrium diklofenak Bahan Formula I II III IV V Mikrokapsul Natrium 100 100 100 100 100 diklofenak (mg) Amilum manihot (%) 4 6 8 10 12 PVP (%) 3 3 3 3 3 Magnesium stearat(%) 1 1 1 1 1 Talk (%) 2 2 2 2 2 Laktosa ad 250 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg Sediaan dibuat dalam 5 macam formula, untuk setiap formula ditimbang bahan bahan untuk pembutan 250 tablet, dengan bobot tablet 250,0 mg dan dosis Natrium diklofenak 250,0 mg/tablet. Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi kering. 1) Pembuatan tablet mikrokapsul natrium diklofenak Tablet lepas lambat natrium diklofenak diformulasikan dengan metode granulasi kering. Pembuatan tablet untuk masing-masing formula dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Ditimbang semua bahan lalu campurkan partikel zat dan eksipien (mikrokapsul Natrium diklofenak, amilum manihot, PVP dan laktosa), kemudian dikempa dengan tekanan besar menjadi massa padat dan selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul/slug) dari serbuk semula. Slug yang dihasilkan diayak dengan menggunakan ayakan No 16 untuk mendapatkan ukuran partikel dan granul yang baik. Lakukan kembali jika granul belum mempunyai sifat alir yang baik. Setelah hasil baik campurkan dengan magnesium stearat dan talk, cetak granul menjadi tablet. Lakukan uji evaluasi tablet. 2) Evaluasi granul Sebelum dilanjutkan pada proses penabletan granul yang dihasilkan terlebih dahulu akan dievaluasi. Adapun evaluasi yang akan dilakukan yaitu a) Distribusi ukuran partikel Siapkan ayakan bertingkat dengan susunan ayakan dengan mesh terkecil paling atas kemudian dimasukkan 100,0 gram granul perlahan-lahan pada ayakan yang palng atas. Tutup ayakan, kemudian nyalakan mesin pengayak pada frekuensi 30 Hz selama 25 menit. Setelah itu dihitung persen (%) granul yang tertinggal. b) Waktu Alir Siapkan corong aluminium yang telah ditutup lubangnya. Ambil 50,0 gram granul kemudian dimasukkan dalam corong. Buka tutupnya bersamaan dengan nyalakan stop wacth, pada saat granul habis mengalir hentikan stop wacth, lalu catat waktu yang diperlukan untuk granul mengalir.

c) Sudut Diam Perhitungan sudut diam dilakukan dengan menghitung sudut yang terbentuk antara diameter tumpukan granul dengan tinggi granul yang terbentuk pada percobaan uji waktu alir. Tabel IV. Kriteria penerimaan sudut diam Sudut diam Kurang dari 25 Sifat alir dranul Sempurna 25-30 Baik 30-40 Cukup* Lebih dari 40 Sangat buruk *dapat diperbaiki dengan penambahan pelicin d) Uji Pengentapan Masukkan pelahan-lahan granul dalam gelas ukur mesin pengetap sampai tepat 100 ml. Kemudian lakukan pengetapan sebanyak 3 kali hentakan. Lakukan terus sampai volume tidak berubah lagi. Kemudian dihitung kerapatan bulk dan persen kompresibilitasnya. Tabel V. Kriteria penerimaan persen kompresibilitas Kompresibilitas (%) Sifat alir granul 5-10 Sempurna 12-16 Baik 18-21 Cukup* 23-35 Buruk* 33-38 Sangat buruk Lebih dari 40 Amat Sangat buruk *dapat diperbaiki dengan penambahan pelicin 3) Pengempaan Pembuatan tablet uji natrium diklofenak menggunakan mesin tablet dengan ukuran diameter punch 9,00 mm dan bobot per tablet 250 mg. Terhadap semua tablet yang dihasilkan dilakukan evaluasi yang meliputi: uji penampilan tablet, uji keragaman bobot tablet, keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji keregasan dan pengukuran kadar tablet, uji waktu hancur dan uji disolusi. c. Evaluasi tablet 1) Organoleptis Pengamatan dilakukan secara visual, diamati bentuk fisik dan tablet, tekstur, permukaan, rasa, bau dan warna tablet. 2) Keragaman bobot Timbang dengan teliti 10 tablet satu persatu dan hitung bobot rata rata. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing masing 10 tablet, dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen (14).

3) Keseragaman ukuran Diukur 10 tablet satu per satu dengan menggunakan jangka sorong, dengan syarat diameter tablet tidak lebih dari 3 x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (8). 4) Keregasan tablet Ditimbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian dimasukan ke dalam friability tester, diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm kemudian tablet dibebas debukan kembali dari fines yang menempel kemudian ditimbang dan dihitung persen kehilangan bobotnya. Kerapuhan atau keregasan tablet yang masih dapat diterima adalah tidak lebih dari 1%. 5) Kekerasan tablet Ukur 10 kekerasan tablet, tablet satu per satu diletakkan pada posisi tegak lurus pada Hardness Tester, kemudian tekanan dinaikkan sedikit demi sedikit sehingga tablet pecah. Tekanan yang terbaca dalam skala menunjukan kekerasan tablet. 6) Penetapan kadar Timbang dan serbukkan 20 tablet, ditimbang seksama sejumlah serbuk yang setara dengan 100,0 mg natrium diklofenak, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dalam dapar fosfat ph 7,5 pipet 2 ml dari larutan dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml tambahkan dapar fosfat ph 7,5 sampai tanda batas. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum natrium diklofenak dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. 7) Uji Waktu hancur Sejumlah tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung pada disentegration tester. Alat tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam gelas piala yang telah diisi dengan cairan lambung bersuhu 37 o C ± 2 sebanyak kurang lebih 100 ml atau sedalam kurang lebih 15 cm sehingga dapat dinaik turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di permukaan cairan dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat diatas permukaan cairan. Tabung dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa. Bila tablet tidak hancur sempurna ganti cairan lambung dengan cairan dapar fosfat bersuhu kurang lebih 37 o C ± 2. Semua tablet harus hancur sempurna bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Analisa Data Data uji sifat fisik (kekerasan, keregasan, waktu hancur) dari formula tablet lepas lambat natrium diklofenak dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Apabila hasil perhitungan menunjukan adanya perbedaan bermakna maka analisa dilanjutkan dengan uji Tukey LSD dan Duncan dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk melihat formula mana yang berbeda secara bermakna.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Panjang Gelombang Maksimum Natrium Diklofenak Pengukuran panjang gelombang maksimum Natrium Diklofenak dalam pelarut dapar fosfat ph 7,5 pada konsentrasi 10µg/ml dan diukur pada panjang gelombang antara 200-400 nm menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh nilai serapan 0,302 dan panjang gelombang pada 275 nm. 2. Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Pada pembuatan kurva kalibrasi Natrium Diklofenak dalam pelarut dapar fosfat ph7,5 dibuat pada konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25 µg/ml. Hasil serapan dari masing-masing konsentrasi diukur pada panjang gelombang 275nm menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Dari kurva kalibrasi tersebut didapat persamaan regresi y = 0,0272x + 0,0196 dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Hasil kurva dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI. Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Konsentrasi (µg/ml) Serapan 5 0,150 10 0,302 15 0,425 20 0,560 25 0,701 3. Evaluasi Mikrokapsul Natrium Diklofenak a. Penentuan Kadar Air Metoda Karl Fisher adalah suatu metoda analisis kuantitatif berdasarkan titrasi dalam penentuan kandungan air didalam serbuk maupun berupa larutan. Pada mikrokapsul natrium diklofenak penetapan kadar air yang diperoleh 4,303%. Sehingga dapat dilihat bahwa etil selulosa sebagai penyalut yang digunakan dalam proses mikroenkapsulasi menyebabkan kadar air tinggi, etil selulosa memiliki sifat mudah menyerap udara sehingga menyebabkan sediaan mikrokapsul menjadi lembab. Oleh sebab itu dilakukan uji kadar air terhadap sediaan mikrokapsul untuk memperoleh sediaan tablet lepas lambat natrium diklofenak yang baik. Kadar air yang diperoleh memenuhi persyaratan kadar air yang baik yaitu 3-5%. b. Distribusi ukuran partikel Suatu zat aktif dikatakan sebagai mikrokapsul apabila memiliki ukuran partikel yaitu pada rentang 1-5000 µm. Hasil distribusi ukuran partikel pada mikrokapsul natrium diklofenak yaitu 117,40 µm, ukuran partikel yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai sediaan mikrokapsul. Dari pengamatan ini dilakukan agar tablet yang diperoleh akan memenuhi syarat mutu fisik yang ditetapkan. c. Penetapan kandungan zat inti. Penetapan kandungan zat inti dalam mikrokapsul natrium diklofenak yang dihasilkan yaitu 94,04 % dengan demikian hasil menunjukkan bahwa zat aktif yang terkandung didalamnya menurun, dikarenakan dinding mikrokapsul ( shell) yang menyelimuti bahan inti. Penetapan kandungan zat inti dari mikrokapsul natrium diklofenak dilakukan untuk menentukan dosis natrium diklofenak yang akan digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat.

4. Formula Tablet Lepas Lambat Natrium Diklofenak Formula tablet uji mikrokapsul Natrium Diklofenak dibuat dalam 5 formula untuk setiap formula ditimbang bahan-bahan untuk pembutan 250 tablet. Hasil perhitungan 250 tablet dapat dilihat pada tabel VII : Tabel VII. Penimbangan Formula Tablet Lepas Lambat Natrium diklofenak Bahan Formula (gram) I II III IV V Mikrokapsul Natrium 25 25 25 25 25 diklofenak Amilum manihot 2,5 3,75 5 6,25 7,5 PVP 1,875 1,875 1,875 1,875 1,875 Magnesium stearat 0,625 0,625 0,625 0,625 0,625 Talk 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 Laktosa ad 250 ad 62,5 ad 62,5 ad 62,5 ad 62,5 ad 62,5 5. Evaluasi Granul Hasil evaluasi granul untuk pembuatan tablet uji Natrium diklofenak tercantum pada tabel VIII : Tabel VIII. Hasil Evaluasi Granul Evaluasi Formula Syarat I II III IV V Kecepatan Aliran 6,87 5,90 6,63 5,94 7,72 T < 10 O S (detik) ±4,65 ±4,40 ±2,41 ±0,67 ±6,08 Sudut Istirahat 31,58 30,34 34,69 30,76 32,60 30 O -40 O (derajat) ±2,23 ±2,04 ±2,07 ±1,39 ±1,50 Kompresibilitas 4,99 6,99 7,00 6,00 5,00 5-10% (%) ±4,99 ±6,99 ±7,00 ±6,00 ±5,02 Distribusi Ukuran partikel (µm) 349,95 ±0,52 355,52 ±0,51 357,03 ±0,61 363,16 ±0,30 375,61 ±0,34 -

6. Evaluasi Tablet Hasil evaluasi sifat fisik dan kimia tablet uji lepas lambat Natrium Diklofenak pada tabel IX dan tabel X : Tabel IX. Hasil evaluasi tablet Evaluasi Formula Syarat I II III IV V Keragaman Bobot (%) 100,50 ±0,79 100,66 ±0,91 100,60 ±1,01 100,11 ±0,38 100,20 ±1,05 85%-115% SDR Tidak >6% Diameter (mm) 9,71 ±0,083 Ketebalan (mm) 4,39 ±3,8 Kekerasan 12,0 (Kg/cm 2 ) ±15,16 Keregasan (%) 0,35 ±5,71 Kadar (%) 94,65 ±0,53 Waktu hancur 116.36 (menit) ±2,05 9,71 ±0,123 4,45 ±1,12 11,10 ±18,73 0,48 ±4,16 96,87 ±0,59 105.01 ±6,25 9,71 ±0,095 4,43 ±2,71 9,07 ±16,97 0,56 ±3,57 93,89 ±0,36 84.03 ±5,62 9,71 ±0,134 4,43 ±1,13 6,69 ±16,21 0,64 ±6,25 95,84 ±0,38 79.11 ±1,76 9,70 ±0,113 4,40 ±2,04 6,25 ±17,92 0,69 ±8,69 97,84 ±0,43 72.59 ±3,44 - - 10-20 Kg/cm 2 < 1% Tidak 90% Tidak 110% Tidak 120 menit B. Pembahasan Panjang gelombang maksimal natrium diklofenak dalam medium pelarut dapar fosfat ph 7,5 pada konsentrasi 10µg/ml diperoleh hasil serapan 0,302 pada panjang gelombang maksimum 275 nm yang diukur pada daerah UV (200-400) mengunakan spektrofotometer Uv-Vis. Pembuatan kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam medium pelarut dapar fosfat ph 7,5 menggunakan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu: 5µg/ml, 10µg/ml, 15µg/ml, 20µg/ml, 25µg/ml menghasilkan serapan 0,150, 0,302, 0,425, 0,560, 0,701, didapat nilai slop (b)= 0,0272, intersep(a)= 0,0196 dan koefisien korelasi (r)= 0,995, hubu ngan konsentrasi serapan didapatkan persamaan regresi y=bx+a dengan kriteria penerimaan berkisar antara 0,995-1,002. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrokapsul natrium diklofenak terlebih dahulu melalui mikroenkapsulasi spray dry dengan menggunakan etil selulosa sebagai bahan penyalut, mikroenkapsulasi dilakukan agar dihasilkan sediaan lepas lambat yang baik. Mikrokapsul natrium diklofenak sebagai zat aktif diformulasikan dengan eksipien lainnya terutama amilum manihot sebagai bahan penghancur yang digunakan pada konsentrasi yang berbeda yaitu : 2, 4, 6, 8 dan 12% dengan menggunakan metode granulasi kering. Kemudian dilakukan evaluasi pada granul dari hasil evaluasi kecepatan aliran (detik) adalah sebagai berikut FI = 7.27 detik, FII = 6.30 detik, FIII = 7.03 detik, FIV = 6.34 detik, FV= 8.12 detik, memenuhi syarat pada literatur (< 10 detik) dan hasil sudut istirahat adalah FI = 31,58 o, FII = 30,34 o, FIII = 34,69 o, FIV = 30,76 o, FV= 32,60 o dengan syarat (<30 o sangat baik, 30 o -40 o baik dan >40 o jelek). Kompresibilitas yang dihasilkan F1= 4,99%, FII = 6,99%, FIII = 7,00%, FIV = 6,00% FV= 5,00% dengan syarat (aliran sangat baik : 5-10%). Penampilan fisik tablet lepas lambat natrium diklofenak pada semua formula yaitu berwarna putih, permukaan licin dan halus dan peningkatan amilum manihot sebagai bahan

penghancur tidak mempengaruhi penampilan umum tablet. Diameter tablet yang dihasillkan rata-rata 9,71 mm untuk FI, FII, FIII, FIV dan FV diameter 9,70 mm, ketebalan yang dihasilkan dari masing-masing formula yaitu 4,39 mm, 4,45 mm, 4,43 mm, 4,43 mm, 4,40 mm dan Simpangan Baku Relatif dari 0,0011-0,0092, syarat literatur tidak kurang dari 5%. Tablet lepas lambat natrium diklofenak yang dihasilkan memenuhi syarat keseragaman ukuran, sesuai dengan ketentuan literatur FI edisi III bahwa diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 (1/3) tebal tablet. Keragaman bobot tablet lepas lambat yang dihasilkan F1= 100,50%, FII= 100,66%, FIII= 100,60%, FIV= 100,11%, FV= 100,20%. Persyaratan keragaman bobot dari ketentuan literatur FI edisi IV bahwa jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85%-115% dan Simpangan Baku Relatif tidak kurang dari atau sama dengan 6%. Hasil Simpangan Baku Relatif untuk keragaman bobot dari 0,39-1,06. Kekerasan tablet lepas lambat yang dihasilkan FI= 12,0 kg/cm 2, FII= 11,10 kg/cm 2, FIII= 9,07 kg/cm 2, FIV= 6,97 kg/cm 2, FV= 6,25 kg/cm 2, Syarat kekerasaan tablet lepas lambat menurut parrot, 1971 = 10-20 kg/cm 2. Pada formula I dan II tablet lepas lambat memenuhi syarat, sedang tablet III,IV,V tidak memenuhi persyaratan sebagai tablet lepas lambat tetapi apabila disesuaikan dengan kekerasan tablet normal syarat kekerasan mulai dari 4-8 kg/cm 2. Kekerasan tablet yang lebih besar hal ini dapat menyebabkan kecepatan penetrasi media disolusi yang lebih lambat. Keregasan tablet lepas lambat yang dihasilkan FI= 0,35%, FII= 0,48%, FIII=0,56%, FIV=0,64%, FV=0,69%. Dari hasil keregasan yang diperoleh memenuhi persyaratan yaitu tidak boleh kurang dari 1%. Salah satu faktor pemicu kerapuhan tablet adalah banyaknya kandungan serbuk halus ( fines). Fines akan menjadi sekat antar partikel dan mengurangi gaya adhesi antar partikel ( Fonner dkk, 1981). Semakin banyak serbuk halus yang ditambahkan ke dalam formula tablet, maka semakin banyak pula sekat yang terbentuk. Semakin banyak sekat antar partikel dalam tablet maka gaya adhesi antar partikel akan semakin kecil, sehingga tablet akan semakin rapuh. Penetapan kadar tablet lepas lambat yang diperoleh dari masing-masing tablet FI= 94,65%, FII= 96,87%, FIII= 93,89%, FIV= 95,84%, FV= 97,84%. Syarat penetapan kadar menurut USP yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera. Waktu hancur tablet lepas lambat dari FI= 116.36 menit, FII= 105.01 menit, FIII= 84.03 menit, FIV= 78.71 menit, FV=72.59 menit. Syarat tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, waktu hancur untuk tablet bersalut tidak kurang dari 60 menit atau 1 jam didalam cairan lambung, tablet tidak hancur sempurna kemudian digantikan cairan lambung dengan cairan dapar fosfat bersuhu kurang lebih 37 o C ± 2 dengan syarat tidak kurang dari 2 jam atau 120 menit. Peningkatan kadar amilum manihot sebagai bahan penghancur dapat meningkatkan waktu hancur tablet. Pada semua formula, waktu hancur yang dihasilkan memenuhi persyaratan sebagai tablet lepas lambat, kecepatan hancurnya tablet tergantung pada kadar amilum manihot sebagai bahan penghancur, semakin besar kadar amilum manihot dalam formulasi tablet maka daya serap air kedalam tablet juga akan semakin besar, sehingga aksi pembasahan yang ditimbulkan juga akan semakin besar, akan tetapi perbedaan waktu hancur yang dihasilkan tidaklah jauh berbeda dikarenakan amilum manihot selain berfungsi sebagai bahan penghancur, amilum manihot juga dapat sebagai bahan pengisi dan pengikat. Hal tersebut membuktikan bahwa obat larut air yang dimikroenkapsulasi dengan polimer tidak larut air, dapat dihambat

pelepasannya dari mikrokapsul. Ketebalan, kekerasan serta ukuran mikrokapsul juga dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat. Pada uji disolusi tablet lepas lambat natrium diklofenak pada penelitian menggunakan alat disolusi tipe dayung, cairan medium yang digunakan dapar fosfat ph 7,5 sebanyak 900 ml, dengan kecepatan pengadukan 100 putaran per menit. Volume sampel yang diambil pada jam ke 2, 4, 6 dan 8 sebanyak 5 ml dan digantikan dengan medium baru sebanyak volume sampel (5ml), hal ini dilakukan agar volume medium tetap 900 ml dan juga suhu dijaga konstan pada 37 ± 0,5 o C. Pengenceran sampel hasil disolusi sebanyak 3 ml dalam labu ukur 25 ml yang digunakan pada formula I, II, III, IV dan formula ke V hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil serapan antara 0,2-0,8. Hasil profil disolusi natrium diklofenak dalam sediaan tablet lepas lambat pada jam ke 2, 4, 6 untuk semua formula memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, tetapi pada jam ke-8 formula III dan V memenuhi pesyaratan, dan untuk formula I, II, IV tidak memenuhi syarat, syarat untuk jam ke-8 adalah 8,5%. Hasil analisa secara statistik terhadap sifat fisik dari tiap formula menggunakan ANOVA satu arah menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antar formula. Adanya perbedaan yang bermakna berarti menunjukan pengaruh penggunaan amilum manihot terhadap tablet lepas lambat. Untuk mengetahui perbedaan bermakna dari tiap formula, dilakukan uji tukey LSD dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikan (α = 0,050). Hasil uji menunjukan untuk kekerasan dimana FIII ada perbedaan bermakna antara FI,FII, IV dan V sedangkan antara FI dengan FII dan FIV dengan FV tidak ada perbedaan yang bermakna, untuk keregasan FIV, FV ada perbedaan bermakna dengan FI, FII, FIII sedangkan antara FIV dan FV tidak ada perbedaan yang bermakna, untuk waktu hancur ada perbedaan bermakna FI, FII dengan FIII, FIV, FV sedangkan antara FIV dengan FIII dan FV tidak ada perbedaan yang bermakna (probabilitas >0,05), untuk hasil uji Duncan menunjukan FIV-FV memenuhi keseluruhan sifat fisik dari tablet lepas lambat natrium diklofenak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan variasi kadar bahan penghancur amilum manihot yang meningkat menghasilkan penurunan kekerasan dan waktu hancur tablet serta peningkatan kerapuhan tablet lepas lambat. Hasil uji ANOVA satu arah tukey LSD dan uji Duncan menunjukan formula IV dan V memenuhi keseluruhan syarat uji sifat fisik tablet. DAFTAR PUSTAKA Wiranatriya, Y. 2010. Pengaruh Kombinasi Kalsium Hidrogen Fosfat dengan Laktosa Terhadap Profil Disolusi Natrium Diklofenak Menggunakan Matriks Etilselulosa N-100 Pada Sedian Tablet Lepas Lambat. Skripsi, FMIPA Universitas Prof. Dr. Hamka Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV.Terjemahan Ibrahim F. Jakarta UI press : 258-259, 269, 292-293 Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press : 452 455 Sutriyo, J.D, Adilla, N. 2004. Mikroenkapsulasi Propanolol Hodroklorida dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan Metode Penguapan Pelarut. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 1 No. 2 Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia: 94

Wicaksono.Y. 2006. Pengembangan Sediaan Lepas Lambat Na Diklofenak Berbasis Matrik Etilselulosa PVP K 30. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 7. No. 2 Staff Pengajar Program Studi Farmasi, Universitas Jember. Noviyanti, I. 2006. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Amilum Manihot Segabai Penghancur Dalam Terhadap Waktu Hancur Tablet Glibenklamid yang Dibuat Dengan Metode Granulasi Kering. Skripsi, FMIPA Universitas Prof.Dr. Hamka Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi V. Terjemahan: Soedani Noerano. Gajah Mada Press, Yogyakarta: 165-166, 169, 173, 202, 206, 208 Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta : 6 7, 93 Sediautomo, A.J. 1989. Ilmu Gizi jilid 2. Dian rakyat, Jakarta : 121 Lachman, L. Lieberman, H and A, Kanig, J.L. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga jilid 2. Terjemahan : Siti Suryatmi. Universitas Indonesia Press, Jakarta: 648 655, 651-655, 683, 706-717 Goeswin, A. 2010. Enkapsulasi Farmasetik. Institut Teknologi Bandung, Bandung : 130 Swarbrick, J. and James C. B. 1994. Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology Volume 9. Hal. 3-5 Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta : 5, 107 108,488 489, 771, 999, 1083,1086 Rudnic, E, and Joseph B. S. 1990. Oral solid dosage Form in Remington s Pharmaceutical Sciences 18 th edition. Philadelphia College of Pharmacy and Science : 1634 Anief, M. 2007, Farmasetika. Universiatas Gajah Mada: 93 Wade A, Weller PJ. 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi VI. London : The Pharmaceutical press : 519 Robinson, J.R. 1987. Controlled Drugs delivery 2 nd.marcel Dekker Inc. New York : 388-389 Anonim. 1982. Farmasetika 2 Biofarmasi Jilid 2. Grenoble :336-337, 344