EVALUASI KEUNGGULAN GENETIK SAPI PERAH BETINA UNTUK PROGRAM SELEKSI [Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority for Selection Program]

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

ESTIMASI NILAI KEUNGGULAN PRODUKSI SUSU DAN SIFAT REPRODUKSI SAPI PERAH BETINA DI PT NAKSATRA KEJORA ROWOSENENG TEMANGGUNG SKRIPSI.

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

EFISIENSI SELEKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND BERDASARKAN LINGKAR DADA, BOBOT BADAN DAN UMUR. Dwi Wahyu Setyaningsih

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

PENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

PEWARISAN SIFAT PRODUKSI SUSU PEJANTAN FH IMPOR PADA ANAK BETINANYA DI BBPTU BATURRADEN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

PENDUGAAN HERITABILITAS, KORELASI GENETIK DAN KORELASI FENOTIPIK SIFAT BOBOT BADAN PADA SAPI MADURA

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH. HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

Fixed Regression Test Day Model Sebagai Solusi pada Pendugaan Nilai Pemuliaan Sapi Perah

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD 71

disusun oleh: Willyan Djaja

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SIFAT PRODUKSI SUSU PADA PEJANTAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN PURWOKERTO

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

ESTIMATED MILK PRODUCTION OF 305 DAYS USING TEST DAY RECORDS AT BBPTU-SP BATURRADEN. Heni Indrijani Fakultas Peternakan UNPAD ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

Transkripsi:

EVALUASI KEUNGGULAN GENETIK SAPI PERAH BETINA UNTUK PROGRAM SELEKSI [Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority for Selection Program] E. Kurnianto, I. Sumeidiana dan P. P. Astuti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang Received May 23, 2008 ; Accepted 16 July, 2008 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga keunggulan genetik sapi perah betina dengan dua metode pendugaan dan menguji peringkat keunggulan genetiknya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu dari 57 ekor sapi perah betina yang diperoleh dari data catatan di PT Naksatra Kejora Rawaseneng Temanggung Jawa Tengah mulai tahun 1992 sampai dengan 2003. Data catatan sapi perah yang dianalisis adalah data dari sapi betina yang mempunyai panjang laktasi antara 240 sampai dengan 360 hari. Produksi susu sebenarnya satu masa laktasi dibakukan ke produksi 305 hari dan umur setara dewasa. Dua metode digunakan untuk menduga keuanggulan genetik yaitu Estimated Real Producing Ability (ERPA) dan Estimated Breeding Value (EBV). Tingkat kesamaan ataupun perbedaan derajat keunggulan sapi betina yang ditunjukkan oleh ERPA dan EBV diuji dengan korelasi peringkat Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata (P<0,05) antara peringkat keunggulan genetik berdasarkan ERPA dengan EBV. Kesimpulan penelitian ini adalah kedua metode dapat digunakan untuk memilih sapi-sapi betina pada program seleksi. Kata kunci: Catatan Produksi Susu, Sapi Perah Betina, Keunggulangenetik, Seleksi ABSTRACT The objectives of study were to estimate the genetic superiority of dairy cow by using two methods and to test rank of genetic superiority. Milk yield records of 57 heads of dairy cow collected from 1992 to 2003 were used as experiment materials, which originated from PT Nakstra Kejora Temanggung Central Java. Milk yield records were collected from dairy cow having lactation length around 240 to 360 days. The real milk yield was standardized to 305 days and mature equivalent. Two methods were used to estimate the genetic superiority, namely Estimated Real Producing Ability (ERPA) and Estimated Breeding Value (EBV). Rank of genetic superiority obtained from ERPA and EBV was tested by Spearman s rank correlation. Result showed that there was significant relationship on rank of genetic superiority on the basis of ERPA and EBV. In conclusion, both ERPA and EBV may be used to select dairy cow in a selection program. Keywords: Milk Yield Record, Dairy Cow, Genetic Superiority, Selection PENDAHULUAN Produktivitas ternak, termasuk sapi perah betina, dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Dinyatakan oleh Falconer and Mackay (1996), pada program pemuliaan ternak, yang lebih penting dan lebih memperoleh perhatian adalah faktor genetik karena unsur inilah yang diwariskan dari tetua kepada keturunannya. Faktor lingkungan tidak diwariskan, berupa iklim, pakan, penyakit dan pengelolaan. Usaha untuk meningkatkan produksi susu melalui perbaikan genetik dengan memanfaatkan catatan silsilah dan catatan produksi susu belum banyak diterapkan oleh para pengusaha peternakan. Menurut Bath et al. (1985), bahwa catatan atau recording merupakan tulang punggung dalam usaha peternakan sapi perah. Dinyatakan oleh Lindstrom (1976), Esslemont dan Kossaibati (2001) and Danish Cattle 186 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 [3] September 2008

Federation (2006), bahwa manfaat catatan antara lain: 1) untuk mengidentifikasi setiap ekor sapi, 2) untuk mengetahui produksi setiap ekor sapi setiap hari, setiap bulan atau satu masa laktasi, 3) untuk memilih sapisapi yang berpenampilan produksi baik yang dapat menurunkan anak-anak untuk pengganti (replacement), 4) mempynyai informasi mengenai keadaan reproduksi dan kesehatan setiap ekor ternak, 5) digunakan untuk evaluasi mengenai pengelolaan peternakan yang telah lalu dan perencanaan pengelolaan pada periode berikutnya, Pemilihan sapi perah betina sangat penting dengan alasan untuk mempertahankan jumlah ternak yang ada, dikawinkan dengan pejantan unggul untuk memperoleh anak betina yang unggul yang akan digunakan sebagai pengganti induk (replacement) dan memperoleh anak jantan yang akan digunakan sebagai pemacek dalam program Inseminasi Buatan. Pada kenyataannya, perogram seleksi sapi perah betina di Indonesia belum banyak dilakukan oleh para peternak atau pengusaha peternakan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pemahaman tentang tatacara pemilihan ternak berdasarkan keunggulan genetiknya. Yang selama ini dilakukan pengusaha peternakan sapi perah adalah memilih ternak berdasarkan produksi susu untuk masa tertentu tanpa adanya evaluasi yang nyata tentang unggul tidaknya sapi yang dimilikinya. Berdasarkan alasan tersebut maka perlu dilakukan tata cara mengevaluasi keunggulan genetik sapi perah betina. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga keunggulan genetik sapi perah betina dengan dua metode yaitu Estimated Real Producing Ability (ERPA) dan Estimated Breeding Value (EBV), dan menguji peringkat keunggulan sapi perah betina antara dua metode tersebut. MATERI DAN METODE Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu dari 57 ekor sapi perah betina yang diperoleh dari data catatan di PT Naksatra Kejora Rawaseneng Temanggung Jawa Tengah mulai tahun 1992 sampai dengan 2003. Data catatan sapi perah yang dianalisis adalah data dari sapi betina yang mempunyai panjang laktasi antara 240 sampai dengan 360 hari. Selain data produksi susu, data lain yang digunakan adalah silsilah ternak, tanggal pemerahan dan tanggal pengeringan. Metode Untuk keperluan pendugaan keunggulan genetik, produksi susu sebenarnya satu masa laktasi dibakukan ke produksi 305 hari dan umur setara dewasa (Warwick dan Legates, 1979). Pendugaan keunggulan sapi betina dilakukan dengan menggunakan metode Estimated Real Producing Ability (ERPA) dan Estimated Breeding Value (EBV) menurut Parekh dan Singh (1987). a. ERPA = P + [(nr)/{1+(n-1)r}][p n P] b. EBV = P + [(nh 2 )/{1+(n-1)r}][P n P] Dimana P n = rataan produksi susu sapi betina yang diuji; P = rataan produksi susu herdmate (sapi betina lain yang beranak pada waktu dan tempat yang sama dengan sapi yang diuji); r = ripitabilitas produksi susu dan h 2 = heritabilitas produksi susu. Pada penelitian ini nilai ripitabilitas dan heritabilitas yang digunakan untuk pehitungan diambil dari referensi umum, masing-masing sebesar 0,4 (Hardjosubroto, 1994) dan 0,25 (Bourdon, 1997). Setelah diperoleh nilai ERPA dan EBV, selanjutnya dilakukan pengurutan derajat keunggulan sapi betina berdasarkan ERPA dan EBV tersebut. Tingkat kesamaan ataupun perbedaan derajat keunggulan sapi betina yang ditunjukkan oleh ERPA dan EBV diuji dengan korelasi peringkat Spearman ( ) menurut Sugiyono (1999). HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Sebenarnya Produksi susu sebenarnya di PT Naksatra Kejora dihitung dengan cara menjumlahkan produksi susu harian mulai saat diperah sampai saat kering kandang. Produksi susu mulai pemerahan dihitung 5 hari setelah tanggal beranak, karena pada awal masa laktasi kolustrum tidak diperhitungkan sebagai produksi susu. Rataan dan simpangan baku lama laktasi dan produksi susu pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan lama laktasi terpanjang adalah 308,1 hari pada laktasi ke-2 dengan jumlah data yang digunakan 37, sedangkan rataan lama laktasi terpendek 289,4 hari padalaktasi ke-5. Dinyatakan oleh Blakely dan Bade (1998), bahwa lama laktasi yang normal adalah 305 hari. Pada Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority (E. Kurnianto et al.) 187

Tabel 1. Rataan Produksi Susu per Laktasi di PT Naksatra Kejora Laktasi ke- Jumlah Data Lama Laktasi (hari) Produksi Susu Sebenarnya (kg) I 41 303,15 ± 27,17 2483,68 ± 525,16 II 37 308,11 ± 33,62 2947,78 ± 759,80 III 40 293,53 ± 26,29 3020,48 ± 647,38 IV 26 297,31 ± 24,68 3085,54 ± 554,02 V 23 289,43 ± 23,83 2792,70 ± 496,01 VI 18 290,41 ± 29,18 3002,18 ± 930,33 VII 8 302,50 ± 35,98 2886,38 ± 477,15 VIII 5 292,60 ± 30,73 2549,60 ± 458,37 umumnya lama laktasi yang pendek disebabkan oleh kenyataan sapi betina terlalu cepat dikawinkan lagi setelah beranak atau terlalu cepat dikeringkan karena adanya penyakit tertentu. Sebaliknya, lama laktasi yang panjang disebabkan oleh adanya kesulitan dalam mengawinkan kembali atau sengaja tidak dikeringkan oleh peternak (pengusaha peternakan) mengingat produksi susunya masih relatif tinggi. Produksi susu tertinggi dicapai pada laktasi ke-4 (3085,5 kg). Bila dicermati, dengan rataan lama laktasi 297,3 hari, maka rataan produksi susu harian sebesar 10,4 kg. Sementara itu produksi susu terendah sebesar 2483,7 kg pada laktasi pertama. Dengan rataan lama laktasi 303,2 hari, maka rataan produksi susu harian Tabel 2. Nilai Keunggulan Sapi Betina berdasarkan Nilai ERPA dan EBV dan Peringkat Keuanggulan Nama Sapi ERPA EBV ERPA EBV Nama Sapi Nilai Urutan Nilai Urutan Nilai Urutan Nilai Urutan Abona 2566,1 49 2578,6 51 Mariyah 2375,4 56 2528,2 54 Adriana 2 3217,7 11 3166,2 10 Marlina 3484,4 5 3408,8 4 Aminah 2 3226,6 10 3214,1 9 Marmi 2641,1 45 2505,5 56 Amither 2642,3 44 2774,6 38 Mifa 2637,8 46 2708,1 43 Anang 2778,9 35 2641,3 48 Morach 3163,5 14 3065,1 17 Anchi 3405,3 6 3219,5 8 Morbei 3192,3 12 3067,6 16 Arimbi 3943,0 1 3515,2 2 Poppi 2 2526,8 53 2589,8 50 Babe 3102,1 18 3036,3 18 Pricillia 2 2758,1 36 2689,6 46 Bonnie 3151,0 16 2948,5 25 Priyanti 2933,8 29 2892,9 31 Cakrie 3 3026,2 24 2946,8 27 Puki 2 3345,5 7 3076,1 15 Erna 2849,7 34 2790,3 36 Puspa 2726,8 37 2930,8 29 Fabiana 2585,7 48 2574,7 52 Puspanti 2560,8 50 2692,0 45 Fafsia 3086,5 19 3023,9 20 Rachmi 2 2718,9 39 2663,9 47 Fagonia 2675,7 43 2701,4 44 Ramori 3081,5 21 3163,4 11 Fantastika 3516,1 4 3289,9 7 Rebana 2859,3 33 2780,6 37 Farya 3010,4 25 2978,4 22 Rifa 2908,9 31 2844,6 33 Fatimah 2703,4 41 2729,4 41 Safier 3103,8 17 2964,6 23 Fatma 3260,4 9 3291,2 6 Samori 2962,9 28 2936,8 28 Fiba 2972,5 27 2909,3 30 Sarimah 2994,5 26 2948,4 26 Flora 2707,8 40 2804,0 34 Starco 2 3081,9 20 3119,2 13 Franka 3155,7 15 2951,9 24 Stepani 2 3824,6 2 3785,4 1 Intan 3164,4 13 3138,3 12 Suli 3050,9 22 3106,8 14 Lilla 2 2913,2 30 3027,9 19 Sumer 2384,4 55 2515,7 55 Lulut 2483,9 54 2613,5 49 Sunem 2612,4 47 2718,9 42 Lurif 2537,6 52 2537,9 53 Sunter 2898,7 32 2877,3 32 Lutri 3036,7 23 3020,3 21 Suri 2550,9 51 2803,8 35 Mamie 3521,8 3 3441,6 3 Syeba A 2719,6 38 2763,3 39 Marfa 3343,9 8 3296,4 5 Tuther 2371,8 57 2458,6 57 Marissa 2 2680,0 42 2761,6 40 188 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 [3] September 2008

sebesar 8,2 kg. Dinyatakan oleh Bath et al. (1985) bahwa produksi susu pada awalnya rendah pada laktasi pertama, kemudian semakin meningkat sampai pada laktasi 4-6, kemudian menurun seiring dengan semakin tua umur sapi. Perbedaan produksi susu pada laktasi yang berbeda pada bangsa sapi perah tertentu disebabkan oleh sifat fisiologis dan karena pengaruh lingkungan (Grzesiak et al., 1998). Produksi Susu Terstandarisasi Upaya standarisasi atau pembakuan pada produksi susu untuk keperluan evaluasi mutu genetik menjadi suatu langkah mutlak. Pembakuan ke arah setara dewasa dan lama laktasi bertujuan mengeliminasi pengaruh umur induk pada waktu berproduksi dan lama laktasi terhadap produksi susu. Bila pembakuan produksi susu tidak dilakukan, maka seleksi untuk memilih induk-induk yang baik tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu produksi susu setiap individu sapi yang dilibatkan dalam proses evaluasi harus dibakukan (Warwick dan Legates, 1979). Untuk keperluan analisis genetik, produksi susu harus dibakukan ke standar tertentu, salah satunya adalah pembakuan ke produksi 305 hari (Ojango dan Pollot, 2001). Keunggulan dan Uji Peringkat Keunggulan Nilai keunggulan dan peringkat keunggulan sapi perah betina berdasarkan pada nilai ERPA dan EBV disajikan pada Tabel 2. Keunggulan sapi betina berdasarkan ERPA menunjukkan keunggulan sapi tersebut untuk masa produksi (laktasi) berikutnya, sementara itu keunggulan berdasarkan EBV menunjukkan keunggulan sapi betina yang diwariskan pada keturunannya. Dinyatakan oleh Hardjosubroto (1994) bahwa dengan diketahui nilai keuunggulan tersebut maka peternak atau pengusaha peternakan sapi perah dapat melakukan seleksi secara tepat. Sapisapi yang menunjukkan keunggulan tinggi dapat dipertahankan dalam peternakan, sebaliknya sapi betina yang kurang unggul dikeluarkan dari peternakan untuk diganti dengan individu baru (Bath et al., 1985). Program seleksi sapi perah betina banyak dikembangkan melalui aplikasi perhitungan nilai pemuliaan dengan menggunakan catatan produksi susu. Togashi dan Lin (2008) melaporkan penelitian tentang perbandingan enam kriteria seleksi sapi perah betina dengan menggunakan catatan 3 laktasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu tiga laktasi pertama lebih tepat digunakan dalam evaluasi perbaikan genetik. Pada penelitian ini karena jumlah sapi betina yang dievaluasi berjumlah >30 ekor, maka pengujian signifikansi keunggulan antar dua metode digunakan t-test. Hasil uji korelasi keunggulan sapi betina menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata (P<0,05) antara keunggulan yang diduga dengan ERPA dengan keunggulan yang diduga dengan EBV. Artinya, kedua metode dapat digunakan untuk memilih sapi-sapi untuk program seleksi. Sapi-sapi yang unggul berdasarkan metode ERPA, unggul juga berdasarkan metode EBV. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi keunggulan sapi betina dapat dilakukan baik dengan metode Estimated Real Producing Ability (ERPA) ataupun Estimated Breeding Value (EBV), karena peringkat keunggulan sapi berdasarkan kedua metode tersebut menunjukkan hubungan yang nyata. Kedua metode dapat digunakan untuk memilih sapisapi betina untuk program seleksi. DAFTAR PUSTAKA Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker and R.D. Appleman. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Third Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. Becker, W. A. 1985. Manual of Procedure in Quantitative Genetic. Published by the Program in Genetic, Washington State University, Washington. Blakely, J. And D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press (Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Srigandono, MSc.). Bourdon, R.M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice-Hall. Simon & Schuster/ A Vicom Company, Upper Saddle River, NJ 07458. Danish Cattle Federation. 2006. Principles of Danish Cattle Breeding: Recording of Production Data, Recording of Breeding Data, Calculation Methods, Breeding Values. Eight Ed. The Danish Agricultural Advisory Center. Esslemont, R.J. and M.A. Kossaibati. 2001. Using Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority (E. Kurnianto et al.) 189

dairy information syatem to manage and record fertility. Proceedings of a Workshop Recording and Evaluation of Fertility Traits in UK Dairy Cattle. Held in Edinburgh UK, November 19-21, 2001. Grzesiak, W., I. Szatkowska, H. Bialek and J. Stepien. 1998. Milk yield and buterfat and protein contents in milk of Black and White x HF primiparaous cows in succesive lactations. Pcoceedings Contributed Papers Vol I Page 410-411. The 8 th Worlds Conference on Animal Production. Seoul National University, Korea, June 28-Jule 4, 1998 Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996. Intoduction to Quantitative Genetics. Longman. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta. Lindstrom, U.B. 1976. Milk recording in developing countries. World Animal Review. 19:34-42. Ojango, J. M. and G.E. Pollott. 2001.Genetic of milk yield and fertility traits in Holstein-Friesien cattle on large-scale Kenyan farms. J. Anim Sci. 79:1742-1750. Parekh, H.K.B. and R.K. Singh. 1987. Assesment of different methods of cow evaluation. Indian J. Dairy Sci. 40: 158-162. Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. CV Alfabeta, Bandung. Togashi, K. and C.Y. Li. 2008. Genetic improvement of total milk yield and total milk persistency of the first lactations in dairy cattle. J. Dairy Sci. 91:2836-2843. Warwick, E.J. and J.E. Legates. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animal. 7th Ed. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi. 190 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 [3] September 2008