BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

OVERVIEW 1/29

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (Jogiyanto, 2007). Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

ANALISIS FUNDAMENTAL

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan cara melakukan penawaran saham kepada masyarakat di bursa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei

BAB I PENDAHULUAN. Melihat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil pada beberapa

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukan. Dalam berinvestasi jika investor mengharapkan

ANALISIS KOMPARATIF KINERJA SAHAM SEKTOR KEUANGAN, MANUFAKTUR, DAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. III.1.1 Gambaran Umum dan Kriteria Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1987 tidak bergantung lagi pada pendanaan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

III. METODOLOGI PENELITIAN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. industri industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal didefinisikan

Distribution. Contoh Kasus. Widya Rahmawati

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

σ = LAMPIRAN 1 : Bagan Prosedur Penelitian Data Analisis Kinerja Tingkat Laba Harian (MDS dan LQ45) Rata-rata Tingkat Laba Harian (GMR)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Statistik Deskriptif: Central Tendency & Variation

III. METODE PENELITIAN. yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks setiap waktunya, menyebabkan pasar modal dan industri sekuritas

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Risiko, Manajemen Risiko, dan Manajemen Risiko Finansial

Nur Alamah Fauziyah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kata Kunci : Return,Risk,EVT, Portofolio, Saham JII, VaR,VaR-GEV.

IV. PEMBAHASAN. pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Tempat

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

RD - Saham. REKSA DANA AAA Blue Chip Value. Fund. RD - Mixed

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary

I. PENDAHULUAN. ikut serta dalam pasar modal. Pasar modal merupakan pasar tempat diperjualbelikannya

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB 3 METODE PENELITIA N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Analisis Perkembangan Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. Bursa Efek Indonesia. Terdapat 48 perusahaan yang berada di sektor pertambangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

III. METODE PENELITIAN

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

METODE PENELITIAN. ada hubungannya dengan masalah yang dianalisis, disajikan dalam bentuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Obyek Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif mengukur potensi risiko indeks dalam nilai value at risk nya dengan metode teori nilai ekstrim (extreme value theory). Obyek penelitian adalah indeks saham sektoral pada bursa saham Indonesia periode transaksi antara tahun 2004 hingga tahun 2008. 3.2 Jenis Penelitian Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan potensi risiko indeks saham sektoral pada nilai value at risk dari setiap indeks harga saham sektoral yang ada di bursa saham Indonesia. 3.3 Variabel dan Jenis Data penelitian Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Indeks harga saham sektor pertanian. 2. Indeks harga saham sektor pertambangan 3. Indeks harga saham sektor industri dasar dan kimia 4. Indeks harga saham sektor aneka industri 5. Indeks harga saham sektor barang konsumsi 6. Indeks harga saham sektor properti,real estate dan konstruksi 7. Indeks harga saham sektor infratsruktur, utilitas dan transportasi 8. Indeks harga saham sektor keuangan 9. Indeks harga saham sektor perdagangan 55

56 Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif historis yang mencakup variabel-variabel di atas. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan terhadap data sekunder bersumber dari Pusat Informasi Pasar Modal. Untuk masing-masing variabel dengan jangka waktu 5 tahun yaitu 2 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2008. Frekuensi observasi data adalah harian. Data indeks bursa berdasarkan harga penutupan (closing price) harian masing-masing indeks harga saham. 3.5 Imbal Hasil Investasi Untuk menghitung potensi kerugian dalam investasi saham, maka selisih nilai penutupan indeks diperhitungkan sebagai imbal hasil (return). Dalam penelitian ini akan digunakan geometric return, dengan pertimbangan data yang digunakan jangka waktu yang panjang serta geometric return secara ekonomi lebih berarti karena dengan geometric returns harga asset (nilai portofolio) tidak akan pernah negatif (Dowd K, 2005:54). Persamaan imbal hasil dengan geometric return adalah : r t = ln r t = ln r r ln r t-1 (3.1) r t-1 dimana : r t adalah indeks penutupan pada hari ke t r t-1 adalah indeks penutupan pada hari ke t-1

57 3.6 Penentuan Nilai Batas (Threshold) Dan Estimasi Parameter Dalam menggunakan extreme value theory, penentuan nilai batas yang merupakan awal ekor distribusi dimulai menjadi tahap yang kritis. Untuk menggambarkan pengaruh dari penentuan nilai batas ini, maka dalam penelitian ini akan digunakan 2 metode untuk menentukan parameter-parameter distribusi yaitu metode prosentase yaitu nilai threshold merupakan nilai imbal hasil dimana titik terjadi porsi 10% dari data yang terurut (Chavez Demoulin,1999) dan mean excess function. 3.7 Analisis Quantile-Quantile Plot Quantile-quantile (QQ) plot adalah salah satu cara untuk mengetahui kesesuaian distribusi data empiris dengan data yang dispesifikasikan. Quantilequantile (quantile-quantile) plot menggambarkan quantile nilai data empiris yang terobservasi terhadap quantile dari distribusi yang dispesifikasikan (dalam penelitian ini adalah generalized pareto distribution). Perubahan intercept (titik potong) dan slop (gradien/kemiringan) quantile-quantile plot memberikan gambaran atas parameter scale dan parameter lokasi. Jika data empiris memiliki ekor yang lebih berat (heavier tails) dari distribusi referensinya, quantile-quantile plot akan memiliki slope (gradien) yang lebih tajam (steeper) pada ekornya. Quantile-quantile plot juga dapat mengidentifikasi outliers apabila data observasi dengan kesalahan yang besar. Adapun bentuk konkaf (concave) pada kurva data empiris mengindikasikan bahwa distribusi ekor dari transaksi adalah ekor gemuk (heavy tail). Titik potong dan slope dari quantile-quantile plot memberikan gambaran tentang parameter shape dan parameter scale dari data empiris. Dalam penelitian ini penggambaran quantile-quantile plot dilakukan oleh software Easyfit. Apabila quantile-quantile plot membentuk garis mendekati linier maka menunjukkan bahwa qq-plot bersesuaian dengan distribusi yang terpilih.

58 Pada penelitian ini quantile-quantile plot dihasilkan dari data ekor distribusi masing-masing indeks saham sektoral. Penentuan nilai batas untuk penentuan ekor dan uji mean excess function ditetapkan berdasarkan metode prosentase yaitu nilai dimana titik 10% dari jumlah data observasi setelah diurutkan. 3.8 Analisis Mean Excess Function Untuk analisis terhadap nilai batas yang diperoleh dari hasil perhitungan simulasi, maka digambarkan grafik mean excess function untuk menentukan titik awal dari ekor distribusi. Penggambaran grafik mean excess function dengan menggunakan persamaan (2.6). Nilai parameter distribusi (parameter shape dan parameter scale) untuk setiap nilai batas diperoleh dengan menggunakan hasil simulasi software Easyfit. 3.9 Prosedur Pengolahan Data Proses pengolahan data terbagi menjadi 2 skema, dengan perbedaan metode penetapan nilai batas. Dalam proses penentuan nilai batas (awal ekor distribusi) untuk menghitung nilai value at risk ada 2 cara yang diperbandingkan yaitu metode prosentase dan mean excess function. Perhitungan value at risk dengan metode prosentase, hasil simulasi yang digunakan adalah parameter-parameter distribusi yang diperoleh sedangkan nilai batas tetap menggunakan nilai batas awal (Gambar 3.1). Untuk perhitungan nilai value at risk dengan mean excess function, nilai batas diperoleh dengan mengkombinasikan hasil quantile-quantile plot dan grafik mean excess function (Gambar 3.2).

59 Penyiapan data mentah dengan Microsoft Excell, terdiri dari data 8 indeks harga saham sektoral (Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka industri, Properti, Infrastruktur, Keuangan & Perdagangan). Penghitungan imbal hasil indeks (Persamaan 3.1) Pengolahan awal : Deskripsi Statistik (dengan Program Easyfit) Menetapkan ekor distribusi : Nilai batas awal (metode prosentase) sebesar (u) dengan nilai lebih diatas u = Input data ekor distribusi pada Program Easyfit Parameter distribusi : Parameter shape (ξ ) dan parameter scale (β), Penghitungan Value at Risk Indeks Sektor dengan potensi risiko tertinggi SELESAI Gambar 3.1 Skema Pengolahan Data dengan Metode Prosentase

60 Penyiapan data mentah dengan Microsoft Excell, terdiri dari data 8 indeks harga saham sektoral (Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka industri, Properti, Infrastruktur, Keuangan & Perdagangan). Penghitungan imbal hasil indeks (Persamaan 3.1) Pengolahan awal : Deskripsi Statistik (dengan Program Easyfit) Menetapkan ekor distribusi : Nilai batas awal sebesar (u) dengan nilai lebih diatas u = Nu Input data ekor distribusi pada Program Easyfit Analisis quantile-quantile plot Analisis Mean Excess Function Parameter distribusi : Parameter shape (ξ ) dan parameter scale (β) Penghitungan Value at Risk Indeks Sektor dengan potensi risiko tertinggi SELESAI Gambar 3.2 Skema Pengolahan Data dengan Mean Excess Function

61 3.10 Pengolahan Statistik Deskriptif Pengolahan statistik deskriptif dilakukan terhadap imbal hasil indeks saham masing-masing sektor. Sebelum dilakukan pemodelan, ada baiknya data imbal hasil diuji terlebih dahulu normalitas data untuk mengetahui pemenuhan asumsi atau tidak, sehingga pemodelan yang dilakukan akan lebih valid. Ada banyak cara untuk menguji normalitas data, baik yang bersifat eksploratif (deskriptif) maupun konfirmatif (inferensi). Pengujian normalitas eksploratif adalah dengan melihat bentuk kurva pendekatan distribusi empiris, yaitu menghitung nilai skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan). Skewness adalah derajat ketidaksimetrisan suatu distribusi. Distribusi normal memiliki skewness 0 (nol). Jika kurva frekuensi suatu distribusi memiliki ekor yang lebih memanjang ke kanan (dilihat dari meannya) maka dikatakan menceng kanan (positif) dan jika sebaliknya maka menceng kiri (negatif). Secara perhitungan, skewness adalah momen ketiga terhadap mean. Kurtosis adalah derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif terhadap distribusi normal). Kurva yang lebih runcing dari distribusi normal dinamakan leptokurtik, yang lebih datar platikurtik dan distribusi normal disebut mesokurtik. Kurtosis dihitung dari momen keempat terhadap nilai tengah (mean). Distribusi normal memiliki kurtosis = 3, sementara distribusi yang leptokurtik biasanya kurtosisnya > 3 dan platikurtik dengan nilai kurtosis < 3 3.11 Back Testing Proses pertama dalam backtest adalah untuk mendapatkan data yang suitable. Proses backtest dalam penelitian ini menggunakan data imbal hasil riil untuk mencukupi batas bawah dari jumlah yang diperlukan dalam uji validasi Kupiec yang berjumlah 30 data (Jorion, 2001).

62 Backteting dilakukan untuk data 30 transaksi pertama di tahun 2008. Langkah-langkah yang diterapkan pada setiap indeks tersebut : 1. Mengumpulkan data imbal hasil riil (pasar). 2. Membandingkan imbal hasil riil dengan hasil pengukuran value at risk untuk selang kepercayaan 95%. 3. Menghitung jumlah kerugian yang melewati nilai value at risknya untuk tiap indeks dan tiap selang kepercayaan (imbal hasil riil negatif lebih besar dari nilai value at risknya). 4. Mencari LR ratio (persamaan 2.10) dengan menghitung kegagalan N (sum of total failure) dari T (jumlah observasi). 5. Nilai LR dibandingkan dengan nilai krisis chi squared pada tingkat signifikansi yang diharapkan. Jika nilai LR lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis chi squared maka model pengukuran risiko tersebut tidak akurat. Jika LR lebih kecil dari nilai kritis chi squared maka model pengukuran risiko dinyatakan akurat. 3.12 Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada periode 2007 2008 indeks harga saham gabungan mengalami 2 peritiwa yang sangat kontradisktif. Pada tahun 2007 indeks mengalami kenaikan yang cukup fantastis hingga mencapai angka lebih dari 3000, namun ironisnya ditahun berikutnya indeks mengalami penurunan yang sangat drastis hingga berada di bawah titik awal tahun 2007 (Gambar 2.1). 3.12.1 Indeks Harga Saham Pertanian Indeks harga saham sektor pertanian terdiri 14 emiten yang tersebar pada 6 sub sektor yaitu crops (1 emiten ), perkebunan (7 emiten), animal husbandary (2 emiten), perikanan (3 emiten), kehutanan dan lainnya (1 emiten). Sub sektor perkebunan merupakan penyumbang terbesar kapitalisasi pasar di sektor usaha

63 pertanian dan mendominasi transaksi. Pada sektor ini terdapat beberapa perusahaan besar dan teraktif transaksinya seperti PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk dan PT PP London Sumatra Plantation. Subsektor kedua terbesar adalah crops yaitu PT. Bisi Internasional Tbk. Sesuai dengan karakteristik produksinya maka nilai saham dari sektor ini sangat dipengaruhi oleh harga komoditas. Pada tahun 2007 harga komoditas kelapa sawit dipengaruhi oleh harga kenaikan minyak sehingga saham sektor perkebunan melonjak drastis. Saham sektor pertanian menduduki urutan ke-dua dalam tingkat imbal hasil selama tahun 2007 yaitu sebesar 115,39%. Pergerakan indeks tahun 2007 mengalami kenaikan dari 1.218,45 % menjadi 2.754,756 atau meningkat sebesar 126,087%. Untuk tahun 2008 menurun dari 2.754,756. menjadi 918,766 (66,65%) (Gambar 3.3). Gambar 3.3 Grafik Indeks Sektor Pertanian

64 3.12.2 Indeks Harga Saham Pertambangan Indeks saham sektor pertambangan terdiri dari 21 emiten yang tersebar pada 4 sub sektor usaha yaitu pertambangan batubara (9 emiten), minyak dan gas alam (5 emiten), logam dan mineral (4 emiten), stone quarrying (3 emiten). Transaksi perdagangan pada sektor usaha pertambangan berimbang karena pada masing-masing sub sektor terdaftar perusahaan besar. Pergerakan indeks tahun 2007 naik dari 933,213 menjadi 3.270,09 (250,41%) dan tahun 2008 menurun dari 3.270,09 menjadi 877,678 (73,16) (Gambar 3.4). Sepanjang tahun 2007, saham sektor pertambangan tercatat sebagai penggerak indeks saham dan memberikan imbal hasil investasi saham yang paling tinggi mencapai 240,91%. Sub sektor pertambangan batubara mendominasi kapitalisasi pasar. Frekuensi transaksi perdagangan dan nilai kapitalisasi merata. Pengecualian terjadi pada perdagangan saham tahun 2008, terjadi transaksi yang sangat aktif pada 1 emiten hingga 1,2 juta kali transasksi yaitu PT. Bumi Resources Tbk. Gambar 3.4 Grafik Indeks Sektor Pertambangan

65 3.12.3 Indeks Harga Saham Sektor Industri Dasar Sektor usaha industri dasar dan kimia terdiri dari 58 emiten dengan terbagi pada 8 sub sektor usaha yaitu : semen (3 emiten), keramik-gelas-porselain (6 emiten), logam dan produknya (11 emiten), kimia (9 emiten), plastik & pengepakan (14 emiten), makanan ternak (4 emiten), industri kayu (4 emiten), pulp-kertas (7 emiten). Transaksi perdagangan mayoritas terjadi pada sub sektor semen dan sub sektor pulp-kertas. Berdasarkan transaksi 2008, hanya 6 emiten dari 58 emiten terdaftar yang aktif bertransaksi. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 147,101 menjadi 238,05 (61.83%) dan tahun 2008 : menurun dari 238,05 menjadi 134,99 (43,29%).. Gambar 3.5 Grafik Indeks Sektor Industri Dasar

66 3.12.4 Indeks Harga Saham Sektor Aneka Industri Sektor aneka industri terdiri dari 46 emiten yang tersebar pada 6 sub sektor usaha yaitu : mesin dan alat berat (0 emiten), otomotif dan komponen (13 emiten), tekstil dan garmen (22 emiten), sepatu (3 emiten), kabel (6 emiten), elektronik (1 emiten) dan lain-lain (1 emiten). Dari nilai kapitalisasi pasar maka transaksi mayoritas terjadi pada sektor usaha otomotif dan komponen, sedangkan emiten teraktif adalah PT Astra Internasional Tbk. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 284,121 menjadi 477.354 (68,01%) dan tahun 2008 menurun dari 477,354 menjadi 214,937 (54,97%). Gambar 3.6. Grafik Indeks Sektor Aneka Industri

67 3.12.5 Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Sektor usaha barang konsumsi terdiri dari 35 emiten yang tersebar pada 5 sub sektor usaha yaitu : makanan dan minuman (14 emiten), industri rokok (4 emiten), farmasi (10 emiten), kosmetik dan kebutuhan rumah tangga (4 emiten), perlengkapan rumah tangga (3 emiten). Transaksi perdagangan di dominasi oleh sub sektor rokok dan kosmetik yaitu emiten PT. Gudang Garam Tbk dan PT Unilever Tbk. Gambar 3.7. Grafik Indeks Sektor Barang Konsumsi

68 3.12.6 Indeks Harga Saham Sektor Properti Sektor usaha properti terdiri dari 45 emiten yang tersebar pada 2 sub sektor usaha yaitu properti dan real estate (39 emiten), konstruksi bangunan (6 emiten). Mayoritas perdagangan terjadi pada sub sektor properti dan real estate dengan 6 emiten teraktif yaitu PT. Bakrieland Development Tbk, PT Ciputra Development Tbk, PT. Kawasan Industri jababeka Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk dan PT. Summarecon Agung Tbk. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 122,918 menjadi 251.82 (104,87%) dan tahun 2008 menurun dari 251.82. menjadi 103,489 (58,9%). Gambar 3.8. Grafik Indeks Sektor Properti

69 3.12.7 Indeks harga Saham Sektor Infrastruktur Sektor usaha infrastruktur terdiri dari 29 emiten yang tersebar pada 5 sub sektor usaha yaitu energi (1 emiten), jalan tol-bandara-pelabuhan (3 emiten), telekomunikasi (6 emiten), transportasi (15 emiten), konstruksi (4 emiten). Transaksi perdagangan mayoritas terjadi pada sektor telekomunikasi dengan 2 emiten teraktif yaitu PT. Indosat Tbk dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 771,624 menjadi 874,065(13,276%) dan tahun 2008 menurun dari 874,065 menjadi 490,349 (43,9%). Gambar 3.9. Grafik Indeks Sektor Infrastruktur

70 3.12.8 Indeks Harga Saham Sektor Keuangan Sektor usaha keuangan terdiri dari 67 emiten yang tersebar pada 5 sub sektor usaha yaitu : bank (28 emiten), institusi keuangan (11 emiten), perusahaan sekuritas (9 emiten), asuransi (11 emiten) dan pendanaan investasi- mutual fund (0 emiten) dan lainnya (8 emiten). Transaksi perdagangan mayoritas oleh sektor usaha bank dengan 4 emiten teraktif yaitu Bank BRI, bank BCA, Bank Mandiri dan Bank BNI. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 206,566 menjadi 260,568 (26,14%) dan tahun 2008 menurun dari 260,567 menjadi 176,334 (32,33%). Gambar 3.10. Grafik Indeks Sektor Keuangan

71 3.12.9 Indeks Harga Saham Sektor Perdagangan Sektor usaha perdagangan terdiri dari 86 emiten yang tersebar pada 7 sub sektor usaha yaitu : perdagangan besar (26 emiten), perdagangan retail (13 emiten), restoran-hotel-pariwisata (22 emiten), periklanan-percetakan-media (8 emiten), alat kesehatan-komputer-jasa (0 emiten), komputer dan jasa (8 emiten), perusahaan investasi (7 emiten) dan lainnya (2 emiten). Transaksi perdagangan hampir merata namun terdapat 1 emiten teraktif yaitu PT. United Tractor Tbk. Pergerakan indeks selama tahun 2007 naik dari 275,082 menjadi 392,242 (42,59%) dan tahun 2008 menurun dari 392,242 menjadi 148,329 (-62,18%). Gambar 3.11. Grafik Indeks Sektor Perdagangan