GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

ARSITEKTUR DUNIA KETIGA

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BANGUNAN HEMAT ENERGI: STRATEGI PENGHEMATAN ENERGI BANGUNAN DI KAWASAN SUB TROPIS DAN TROPIS BASAH

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. keadaan alam Indonesia yang memiliki iklim tropis dan beridentitaskan sebagai

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI OTISTA JAKARTA TIMUR

KOMPAS Minggu, 25 Mei 2008

BEDZED: BANGUNAN TANPA ENERGI FOSIL

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Pengembangan RS Harum

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengaruh Orientasi Bangunan pada Temperatur Udara Kawasan Studi kasus : Kota Bandung

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB III TINJAUAN KHUSUS

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. : Ilustrasi Bumi Yang Semakin Tua Dan Sakit-Sakitan.

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

ARSITEKTUR TROPIS DAN BANGUNAN HEMAT ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG TUGAS AKHIR GEDUNG KANTOR LKPP

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya ketinggian jelajah (altitude) pesawat maka tekanan dan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB III ELABORASI TEMA

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

Transkripsi:

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah di Indonesia ini. Gedung Kedutaan Perancis, Inggris dan Jerman melakukan hal ini. Kedutaan Perancis menghadap Jalan Sunda, Kedutaan Inggris ke Jalan M. Yamin, dan Kedutaan Jerman berpaling dari utama ini, dan tidak satupun di antaranya menghadap ke jalan utama MH. Thamrin. Banyak argumentasi muncul terhadap rancangan gedung-gedung kedutaan ini. Arsitek perancang gedung dianggap tidak memanfaatkan potensi jalan utama, sebagai arah muka bangunan. Wajah bangunan menjadi sulit ditangkap mata dari arah jalan utama. Keindahan bangunan yang umumnya dikonsentrasikan pada sisi muka ternyata dipalingkan dari jalan utama. Tiga bangunan kedutaan ini seakan sengaja mengabaikan kaidah perancangan arsitektur standar, dan tidak menghargai keberadaan jalan utama di dekatnya Vitruvius (100 SM) dalam buku klasiknya The Ten Book on Architecture, mensyaratkan tiga aspek sebagai pembentuk karya arsitektur: keindahan (beauty), kekokohan (firmness) dan fungsi (utility). Tidak sedikit karya arsitektur yang sekadar memberi penonjolan pada aspek visual: keindahan atau estetika. Lintasan Matahari Bangunan Kedutaan seringkali dimanfaatkan sebagai ekspresi teknologi dan kebudayaan negara yang bersangkutan. Bagi negara-negara beriklim empat musim, iklim merupakan faktor dominan pembentukan Arsitektur. Ekspresi iklim hampir selalu terbaca pada rancangan arsitektur negara empat musim. Ketika mereka meletakkan gedung kedutaannya di Jakarta dengan iklim tropis lembab, antisipasi terhadap iklim setempatpun muncul. Pertimbangan iklim setempatlah yang nampaknya dominan dalam menetapkan arah orientasi bangunan. Bangunan tidak diarahkan ke jalan Thamrin karena posisinya berada di barat bangunan berpotensi besar terhadap pemanasan matahari. Sebaliknya, orientasi ketiga bangunan ini dihadapkan ke arah utara-selatan dengan konsekuensi memalingkan wajahnya dari jalan Thamrin. Karena jalan Thamrin memanjang ke arah utara-selatan, menghadapkan bangunan ke jalan ini berarti secara langsung memposisikan sisi panjang bangunan mengahadap timurbarat, sisi di mana radiasi matahari jatuh dan secara maksimal akan memanaskan bangunan. Diperlukan mesin AC dengan kapasitas jauh lebih besar untuk mendinginkan 1

ruang. Sementara dalam konsep perancangan bangunan di daerah tropis lembab perlu diusahakan agar panas matahari yang diterima bangunan seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai jika sisi panjang bangunan menghindari arah timur-barat. Sisi panjang bangunan harus menghadap utara-selatan seperti yang dilakukan arsitek perancang ketiga gedung kedutaan tersebut. Dengan kata lain, hadapan ketiga bangunan tersebut - yang berpaling dari jalan utama, hanya merupakan konsekuensi logis meminimalkan perolehan panas (heat gain) dari radiasi matahari. Kedutaan Besar Perancis Bangunan ini terletak di sudut Jalan Thamrin dan Jalan Sunda. Gedung yang dirancang oleh Soejoedi dan selesai dibangun tahun 1974., tidak menghadapkan muka bangunan ke jalan utama, Jalan Thamrin, namun justru ke Jalan Sunda yang lebih kecil. Pemikiran sang arsitek dengan mudah terbaca, bahwa bangunan ini perlu dihadapkan ke arah utara-selatan. Orientasi ini merupakan solusi iklim terbaik di daerah Katulistiwa. Penetrasi radiasi matahari melalui jendela kaca diminimalkan, sementara area dinding bangunan yang menerima radiasi matahari juga diperkecil, perolehan panas (heat gain) bangunan menjadi lebih kecil. Artinya pemanasan radiasi matahari terhadap bangunan diminimalkan. Diharapkan suhu udara di dalam bangunan akan rendah, dan konsekuensinya beban pendinginan AC juga rendah serta penggunaan energi listrik juga akan rendah. Gambar 5.1. Kedutaan Besar Perancis, di sudut Jalan Thamrin dan Jalan Sunda 2

Kedutaan Besar Inggris Bangunan ini terletak di kawasan strategis di tepi lingkaran air mancur Bunderan HI. Arsitek tampaknya tidak terlalu mempertimbangkan posisi bunderan HI sebagai main area: untuk dijadikan arah orientasi bangunan. Bangunan ini justru dihadapkan ke jalan yang lebih kecil yaitu Jalan Moh. Yamin. Bagi arsitek yang gemar mengikuti teori-teori baku perancangan kawasan urban, penyelesaian orientasi bangunan Kedutaan ini tentu saja dianggap keliru. Pusat pandangan (view) yang baik dan dominan seolah tidak diperhitungkan dalam perancangan gedung ini. Alasan akan sama dengan Gedung Kedutaan Perancis, arah lintasan matahari lebih dominan untuk digunakan sebagai pertimbangan utama meentukan orientasi bangunan ini. Arah utara-selatan merupakan solusi terbaik bagi sisi memanjang bangunan untuk mengurangi perolehan panas dari matahari. Dan ini dilakukan oleh arsitek perancang gedung ini. Gambar 5.2. Kedutaan Inggris letaknya sangat strategis di tepi lingkaran air mancur Bunderan HI 3

Kedutaan Besar Jerman Seperti halnya ke dua gedung Kedutaan terdahulu, gedung Kedutaan Besar Jerman yang terletak di Jalan Thamrin ini sengaja memalingkan wajahnya dari jalan utama Thamrin. Sisi muka atau sisi panjang gedung ini dihadapkan ke arah utara-selatan. Seperti gedung Kedutaan yang dibahas sebelumnya, orientasi bangunan ini menguntungkan untuk meminimalkan perolehan panas matahari, sehingga beban panas yang harus dibuang oleh mesin pendingin AC menjadi rendah, mengurangi penggunaan energi listrik. Gambar 5.3. Gedung Kedutaan Jerman di Jalan Thamrin: Orientasi bangunan tidak menghadap ke jalan utama ini Arsitektur dan Matahari Tidak sedikit arsitek di Indonesia yang membuat bangunan tanpa memperdulikan arah lintasan matahari. Pertimbangan orientasi bangunan terhadap arah lintasan matahari cenderung diabaikan atau bahkan tidak diketahui sama sekali. 4

Banyak bangunan menghadapkan bidang-bidang kaca lebar ke arah barat atau timur, arah datangnya radiasi matahari, bekonsekuensi terhadap pemanasan bangunan, mengakibatkan ketidaknyamanan termis atau pemborosan energi jika bangunan menggunakan mesin pengkondisian udara (AC). Banyak arsitek mengklaim merancang bangunan tropis, namun kenyataannya tidak mengantisipasi apapun terhadap iklim tropis, seperti terhadap posisi lintasan matahari. Ketergantungan arsitek terhadap penggunaan teknologi yang boros energi dan melupakan potensi alam semakin mengkhawatirkan kita semua akhir-akhir ini. Fenomena rancangan arsitektur keempat gedung Kedutaan di Jalan Thamrin ini merupakan contoh. Menghadapkan muka bangunan ke arah jalan utama atau ke arah main area bukan satu-satunya pertimbangan rancangan bangunan. Iklim setempat dan jalur lintasan matahari merupakan faktor dominant untuk menghasilkan karya arsitektur yang nyaman dan hemat energi (listrik). 5