BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang rendah berhubungan dengan tingginya angka kematian bayi, anak blaita, dan ibu melahirkan. Kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Kenaikan berat badan total adalah, pada trisemester pertama minimal 1 2 kg kemudian pada trisemester kedua dan ketiga kenaikan berat baan rata-rata 0,25 0,4 kg perminggu. Tebal lemak subkutan bila di ukur secara teliti dapat membantu dalam penilaian status gizi, yang tentu saja diikuti dengan dilakukan pemeriksaan fisik lainnya secara lengkap untuk mencari tanda-tanda kelainan gizi yang mungkin ada, seperti pemeriksaan rambut, mata, kulit, kuku dan sebagainya. ( Arjatmo T, 1991 ). Salah satu cara untuk mendeteksi keadaan kurang energi kronik (KEK) secara dini pada ibu hamil adalah dengan melalui pengukuran lingkar lengan atas (LILA). LILA merupakan alat ukur sederhana yang mempunyai kegunaan cukup berarti yaitu untuk melihat keadaan gizi makanannya. Pengukuran lingkar lengan atas tidak harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, karena dengan mudah dapat dilakukan oleh kalangan awam atau masyarakat. (Linda Anggodo, 1989 ). Semiloka penggunaan ukuran LILA pada bulan Desember 1992 di Jakarta menetapkan bahwa ambang batas (CUT OFF POINTS) yang digunakan adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran LILA ibu hamil kurang dari 23,5 termasuk gizi kurang (KEK) dan sebaliknya apabila lebih dari 23,5 dikatakan gizi baik. ( Beny A Kodiyat, 1994 ) Karena keadaan gizi pada permulaan kehamilan mempunyai hubungan erat dengan hasil kehamilannya, maka perawatan antenatal diikut sertakan dengan evaluasi status gizi dan menentukan apakah ibu tersebut memerlukan perawatan gizi yang khusus.
Adapun cara mengukurnya adalah sebagai berikut : pertama menetapkan posisi bahu dan siki, letakan pita antara bahu dan siku, ketiga tentukan titik tengah lengan dan lingkaran pita LILA dengan posisi pita jangan terlalu ketat ataupun longgar kemudian dibaca hal-hal yang harus diperhatikan yaitu pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri, lengan harus dalam keadaan bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang, dan alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata. Adapun gambar pita lingkar lengan atas (LILA) dapat dilihat dibawah ini. ( Depkes RI Gambar 1. Pita Lingkar Lengan Atas (LILA) B. Gizi Ibu Hamil Makanan sudah memegang peranan penting sejak permulaan terjadinya pembuahan sel telur dalam rahim ibu, fungsi dan peranan makan dalam daur kehidupan manusia merupakan suatu proses yang berkelanjutan, tidak terpisah antara masing-masing kurun usia. Sebagai proses metabolic dalam tubuh ibu hamil kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan kebutuhan ini digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan baru serta untuk memenuhi energi pertumbuhan dan aktifitas bagi ibu hamil maupun untuk pertumbuhan janin yang dikandung. ( Hardiansyah, 1992 ) Karena kehamilan merupakan masa penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh maka masa ini merupakan masa stress fisiologis yang menyebabkan peningkatan akan kebutuhan nitrien. Wanita hamil dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi jenis makanan yang bergizi tinggi, tetapi harus membatasi dalam jumlah normal atau sesuai dengan anjuran, karena apabila berlebihan akan membahayakan bagi sedang ibu saat persalinan dan berat badan bayi lahir dalam
keadaan lebih dari normal. Salah satu akibat kurang energi dan protein aalah kerusakan pada struktur susunan saraf pusat terutama pada tahap pertama pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi in utero. Kebutuhan zat gizi ibu hamil adalah kebutuhan gizi ibu bila tidak hamil dan tidak menyusui (normal biasa) ditambah jumlah zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan alat-alat kandungan. (Arjatmo T, 1990) Trisemester I Merupakan masa penyesuaian ibu terhadap perubahan yang terjadi dalam faali tubuhnya. Pada masa ini pertumbuhan janin sangat lambat. Pertambahan makanan untuk janin sangat sedikit dan belum perlu tambahan umumnya kebutuhan makanan sama dengan kebutuhan untuk orang dewasa. Trisemester II dan III Pertumbuhan janin berlangsung cepat dengan permulaan tambahan berat janin rata-rata gram dan pada bulan keenam pertambahannya 6 gram. Nafsu makan ibu bertambah, begitu pula kemampuan untuk mencerna makanan sehingga zat-zat makanan pada masa ini sangat penting. (Arjatmo T, 1990). C. Energi Tambahan energi yang diperlukan pada waktu hamil untuk menunjang meningkatnya metabolisme dan pertumbuhan alat-alat kandungan, perkembangan janin dan plasenta. Kecukupan energi digunakan untuk : 1. Kebutuhan energi disesuaikan dengan perkembangan berat badan 2. Pembentukan jaringan baru untuk janin dan ibu 3. Peningkatan metabolisme untuk pembentukan jaringan baru Naiknya kebutuhan kalori pada basal metabolisme bertambah tinggi. Kebutuhan untuk ibu hamil sama dengan wanita dewasa untuk mempertahankan kesehatan optimal. Tambahan energi pada trisemester ketiga untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Vaderbilt Maternal Nutritrional Study menyimpulkan bahwa kalori sedikit menurun selama trisemester I yaitu 2140 kalori, dan trisemester II dan III yaitu 2020 kalori. (Almatsier, 1991 )
D. Protein Unsur protein sangat diperlu untuk pertumbuhan janin. Pengaruh protein pada makanan terhadap perkembangan janin telah diselidiki oleh Burke, dan dia berkesimpulan bahwa ibu-ibu yang dalam makanannya mengandung protein rendah maka bayi yang akan dilahirkan mungkin lebih pendek dan lebih ringan dari berat badan normal. Kebutuhan tambahan protein tergantung pada kecepatan pertumbuhan janin kurang lebih 6 gram tiap hari pada trisemester I dan 10 gram tiap hari untuk trisemester II dan III. Total protein yang diperlukan pada kehamilan I dan II 75 gram dan trisemester III 70 gram. Penambahan protein diperlukan untuk pembentukan jaringan baru ibu hamil dan janin, juga karena adanya aktifitas hormon estrogen dan progesterone. (Almatsier, 1991 ) E. Zat Besi Satu gram besi disimpan selama kehamilan, terbanyak dalam janin dan sebagian dalam tubuh ibu. Suplementasi zat besi dianjurkan sebanyak 30 60 mg perhari khususnya pada trisemester ketiga. Tambahan zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, otot dan cadangan besi kepada bayi sebelum dilahirkan. (Arjatmo T, 1990) Garam besi adalah unsur penting dalam pembuatan darah, penambahan zat besi 4 mg perhari diperlukan untuk janin. Persediaan yang ada mengganti darah yang hilang waktu melahirkan dan pembentukan sel darah merah yang meningkat. Pada trisemeseter I kehamilan kebutuhan zat besi lebih rendah dari sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer pada janin masih rendah. Pada waktu menginjak trisemester II terdapat ekspansi masa sel darah merah sampai akhir trisemester III. (Almatsier. 1991) F. Asam Folat Tambahan asam folat melalui suplementasi dikaitkan dengan pencegahan terhadap anemi megaloblastik. Bahan makanan sumber asam folat, seperti : sayuran
hijau, hati, kacang-kacangan. Anemi megaloblastik dalam keadaan kehamilan adalah anemi yang umum dan dapat dicegah dengan meningkatkan konsumsi asam folat. ( Robert G Olson, 1990 ) G. Iodium Menurut pharoah, dkk defisiansi iodim pada wanita hamil dalam trisemester I kehamilannya merupakan faktor utama dalam pembentukan kretinisme endemic, dnegan pemberian iodium dapat mencegah timbulnya keadaan ini. Defisiensi iodium mungkin menghentikan perkembangan janin dan memprecepat kematian dini pada bayi serta inutero abortus dan kelahiran bayi dalam keadaan yang lemah, sering pula disertai masa hamil yang lebih lama dan partus lama. Tambahan vitamin dan mineral pada ibu hamil tidak melebihi 100% terkecuali untuk zat besi kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dengan memilih makanan secara bijaksana. Konsumsi kalsium, fosfor, besi dan seng harus ditingkatkan dengan memilih makanan yang baik dan secara seksama. (Pudjiadi, 1990 ) Kelebihan atau kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil, kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus purperalis, ainersia uteri, hemoragi post partus, sepsis purperalis, dan sebagainya. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu hamil pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan energi protein mineral seperti zat besi dan kalsium, vitamin dan asam folik. Tabel 1. DAFTAR KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK WANITA DEWASA DAN TAMBAHAN GIZI UNTUK WANITA HAMIL Aktifitas Kebutuhan No Zat Gizi Tambahan Ringan Sedang Berat
1. Energi Kal 2050 2250 2600 + 285 2. Protein gr 48 48 48 + 12 3. Fe mg 20 26 26 + 20 4. A. folat ug 160 160 160 + 150 5. Kalsium mg + 400 6. Fosfor mg 450 450 450 + 200 7. Seng mg 15 15 15 + 5 8. Iodium mg 150 150 150 + 25 9. Niasin mg 9 10 12 + 1 10. Vit. A mg + 200 11. Vit. B mg + 0,2 12. Vit. B2 mg 1,2 1,2 1,2 + 1,3 13. Vit. B12 mg + 0,3 14. Vit. C mg 60 60 60 + 10 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, 1998 H. Pendidikan dan Pengetahuan Pada prinsipnya setiap manusia mem punyai pengetahuan akan tetapi untuk tingkat yang dimiliki seseorang merupakan hal yang sulit diukur, pengetahuan di dapat dari pengalaman disebut ilmu pengetahuan (science). Menurut Mohammad Hatta yang dikutip oleh Djaenasih pengertian pengetahuan adalah tanggapan yang pertama bagi ilmu untuk memberi keterangan lebih lanjut. Faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Tingkat pendidikan rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga tingkat pengetahuan gizinya juga terbatas. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima pembaharuan. ( Sudirman, Peter S Fajans, 1987 ) Dalam proses pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah yang dikenal dengan pendidikan sekolah teratur,
bertingkat mengikuti syarat-syrat yang jelas dan kuat, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. ( Suharjo, 1992 ) I. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori, maka dapat di gambarkan kerangka teori sebagai berikut : Pendidikan Pengetahuan Pekerjaan Tingkat pendapatan Lingkungan Kebudyaan sosial Infeksi
Konsumsi Tingkat konsumsi Energi dan protein Status gizi ( Sumber : Almatsier, 1991) J. Kerangka Konsep Tingkat pendidikan, pengetahuan Tingkat konsumsi energi Tingkat konsumsi protein Status gizi K. HIPOTESA 1. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsumsi energi 2. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi 3. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsumsi protein 4. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi protein 5. Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi 6. Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi