Satu Di antara Affogato coffee dan Hujan Cuaca yang tak mudah di tebak, buktinya tadi terlihat langit masih cerah namun tiba tiba saja berubah mendung dan kemudian hujan seperti sore ini. Freina terpaksa berlari lari kecil menuju Latte Café yang berada di ujung jalan,bersebelahan dengan toko buku yang hampir beberapa hari sekali dia kunjungi selama dua tahun terakhir ini. tempat yang akhirnya menjadi tempat favorit Freina menikmati sepotong brownies almond dan secangkir coffee setelah dia mendapatkan buku yang dia cari ataupun hanya sekedar duduk menikmati suasana. Rambutnya sedikit basah terkena air hujan yang mendadak turun sore ini, rok putihnya juga nampak kotor oleh percikan tanah basah saat dia berlari tadi. Freina sibuk mengeringkan rambut dan baju yang basah hingga dia tak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan senyum tipis di sudut bibirnya. Ya ampun sayang sampai basah gitu, nanti masuk angin lho!
Eh Tante! seru Freina dan bergegas beranjak dari tempat duduknya, memberi salam dan saling berpelukan erat. Freina sama sekali tidak menyadari kehadiran tante Tina yang sekarang sudah duduk di sebelahnya. Tangan lembut itu membantu membersihkan titiktitik air yang menempel di tubuhnya dengan beberapa lembar tisu, Freina berulang kali mengucapkan terimakasih, Jadi ceritanya, tadi naik taksi turunnya sengaja agak jauh dari sini Tante, pengennya sih sambil jalan jalan eh malah nggak tahunya hujan, jadi basah gini deh, Tante gimana khabar? celoteh Freina menceritakan kronologis kenapa dia bisa kehujanan dengan detail. Tante Tina adalah pemilik Latte Café ini, orangnya sangat cantik, ramah dan tentunya menyenangkan, ngobrol dengan tante Tina itu tidak pernah ada bosennya. Berawal dari sama sama pengemar coffee, saling berbagi info tentang the taste a cup of coffee hingga berakhir dengan obrolan cewek dari A Z. Tante tambah gendut nich cantik. kata tante Tina menunjuk perutnya dengan ekspresi cemberut. 2
Freina mengelengkan kepalanya dengan cepat sambil terkekeh. Wah Tante bisa aja deh, nggak keliatan ah Tan,serius! yang ada malah Tante nambah cantiknya. Tante Tina terlihat senang dan tertawa lepas mendengar jawaban Freina. Barisan giginya yang putih terlihat rapi saat tante Tina tertawa. Oh iya, jangan lupa cobain menu baru di sini Affogato Coffee dijamin kamu pasti suka. Waah iya deh mau banget, Tan. sahut Freina antusias. Sebentar ya cantik. Freina mengangguk cepat, di sambut acungan jempol tante Tina tanda setuju dengan menu yang dia pilih. Sekilas dia melihat tante Tina sedang memberikan arahan kepada karyawan yang sedang membuatkan pesanan untuknya. Freina mengambil smartphone di dalam tas warna merah jambu miliknya, sekedar memeriksa recent update dan siapa tahu ada panggilan masuk dari Raditya. Bisa ada pertumpahan darah jika dia sebentar saja terlambat tidak menjawab panggilan telepon dari Radit, dan kali ini Freina bernafas lega, aman. Raditya lebih lengkapnya Raditya Hanggara itu paling nggak suka kalau telepon dari dia nggak langsung di jawab, Freina pergi nggak kasih khabar, 3
atau Freina mampir mampir nggak jelas dan akhirnya pulang telat. Namun menurut versi Freina, itu wajar karena itu adalah perwakilan dari rasa sayang dan rasa peduli untuk orang yang kita sayangi. Rasa peduli Raditya buat Freina. 4 Freina 17.05 Sayang, Freina udah di Cafe Tante Tina yaa... Radityaku 17.09 Iya syg. Permisi cantik ini pesanannya. kata Eva pegawai tante Tina yang di juluki Miss. Blink blink oleh semua temannya karena gaya dia yang heboh. Pantas saja kalau di bilang heboh; kukunya beberapa hari sekali ganti warna, malah kadang bergambar tokoh kartun yang lucu lucu, parfumnya wooow wangi banget, radius beberapa meter aja udah ketahuan kalau ada Eva, belum lagi sepatu yang dia pakai biasanya nich di sesuaikan dengan warna cat kukunya, mungkin masih ada yang lebih heboh lagi dan itu hanya Eva yang tahu. Sebetulnya nama aslinya Evan hanya saja dia maunya di panggil Eva, kata dia nggak mau di bilang sombong, takut saingan sama Evan Sanders, hadeuuh.
Makasiih kayaknya enak banget nich! Seru Freina menatap Affogato Coffee yang kini ada di hadapannyadengan wajah cerah, matanya mengerjap ngerjap senang melihat penampakan yang indah di depan matanya. Coba deh bayangin, beberapa potongan kecil brownies panggang, di tambah sekitar 2 sccop ice cream vanila diatasnya, kemudian di siram dengan saus caramel dan sepertiga sloki kecil espresso pekat yang rasanya sampai ke ubun-ubun, alias luar biasa pahitnya. Hmm jadi saat sampai di lidah rasanya manis namun ada pahit pahitnya juga. Itulah coffee, selalu ada aftertaste yang jelas dan tertinggal di seluruh mulut, aromanya juga yang membuat kita betah untuk mencobanya lagi dan lagi. Itu menurut pendapat Freina jika di tanya tentang Coffee. Freina asyik sendiri dengan Affogatonya, lagi lagi Freina tidak menyadari tante Tina yang menghampirinya, namun kali ini dengan seorang cowok yang kini berdiri tepat di sebelah tante Tina. Cantik kenalin nich, ini ponakan Tante, dari tadi pengen kenalan tapi malu katanya, Tante di belakang ditarik tarik aja suruh ngenalin, ampun deh!, hayuuk buruan deh Bi! kata tante Tina sambil bergeser memberi tempat duduk untuk cowok itu. 5
Freina meletakkan sendok yang sempat hampir saja mendarat di lidahnya dengan muatan potongan brownies yang bercampur dengan es cream yang sudah mulai meleleh. Di lihatnya cowok yang kini duduk di depannya sekilas, sebelum akhirnya dia membalas uluran tangan cowok itu, Freina sebenarnya sempat melihat cowok itu duduk tak jauh dari tempat dia duduk, namun bukannya tadi kelihatannya dia sibuk sendiri dengan laptop di depannya, Olala rupanya dia ponakan tante Tina, batin Freina setengah nggak percaya. Fabian. Freina. dia membalas uluran tangan Fabian. Suka coffee ya? tanya Fabian masih agak kaku. Iya, suka banget jawab Freina singkat. Suasana hening beberapa saat, hanya suara merdu Sammy Simorangkir yang melantunkan lagu berjudul Dia terdengar sayup sayup di telinga. Dia hanya dia di duniaku, dia hanya dia di mataku, dunia terasa telah menghilang tanpa ada dia di hidupku @dia, sammy simorangkir. 6