Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

dokumen-dokumen yang mirip
SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Sosis ikan SNI 7755:2013

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Siomay ikan SNI 7756:2013

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Bakso ikan SNI 7266:2014

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Ikan beku SNI 4110:2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

Terasi udang SNI 2716:2016

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur.

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

Susu segar-bagian 1: Sapi

Air demineral SNI 6241:2015

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Pengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara

Jahe untuk bahan baku obat

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Fillet Ikan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

BAB III BAHAN DAN METODE

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

Mutu karkas dan daging ayam

Air mineral SNI 3553:2015

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Air mineral alami SNI 6242:2015

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Pengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

KATA PENGANTAR Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Penanganan Tuna Loin Beku di PT. Awindo International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Deskripsi Produk Tuna Loin Beku di PT. Awindo Internasional

Menimbang : Mengingat :

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Regulasi sanitasi Industri Pangan

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

BAB IX SANITASI PABRIK

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Deskripsi Produk Tuna Steak Beku di PT. Garaha Insan Sejahtera

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

Semen portland campur

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Deskripsi Produk cakalang precooked loin beku di PT.GEM

Souvia Rahimah Pengemasan Ikan

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Bahan... 1 5 Peralatan... 2 6 Teknik penanganan dan pengolahan... 2 7 Pengemasan... 4 8 Syarat penandaan... 5 9 Penyimpanan... 5 i

Prakata Dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan komoditas filet kakap beku yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka perlu disusun suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dapat memenuhi jaminan tersebut. Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-2696-1992 yang disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan dan telah dirumuskan melalui rapat-rapat teknis dan rapat konsensus pada tanggal 6 Oktober 2004 di Jakarta. Dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi serta instansi terkait sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Berkaitan dengan penyusunan Standar Nasional Indonesia ini, maka aturan-aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah: 1 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 2 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 01/MEN/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan. 3 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah Republik Indonesia. 4 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 21/MEN/2004 tentang Sistem Pengawasan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan untuk Pasar Uni Eropa. 5 Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No.03725/B/SK/VII/89 tanggal 10 Juli 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan dan No.03726/B/SK/VII/89 tanggal 10 Juli 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan. ii

1 Ruang lingkup Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar ini menetapkan bahan, peralatan, teknik penanganan dan pengolahan, pengemasan, syarat penandaan dan penyimpanan untuk filet kakap beku. 2 Acuan normatif SNI 01-2696.2-2006, Filet kakap beku Bagian 2: Persyaratan bahan baku. SNI 01-4858-2006, Pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara. SNI 01-4872.1-2006, Es untuk penanganan ikan Bagian 1: Spesifikasi. 3 Istilah dan definisi 3.1 penanganan rangkaian kegiatan penanganan untuk mendapatkan produk yang baik dan mempunyai jaminan mutu 3.2 pengolahan rangkaian kegiatan untuk mendapatkan produk akhir yang berupa filet kakap beku 3.3 potensi bahaya potensi kemungkinan terjadinya bahaya di dalam suatu proses atau pengolahan produk yang meliputi 3 aspek yaitu bahaya yang akan mengakibatkan gangguan terhadap keamanan pangan (food safety), mutu produk/keutuhan pengolahan (wholesomeness) dan ekonomi (economic fraud) 4 Bahan 4.1 Bahan baku Bahan baku filet kakap beku sesuai SNI 01-2696.2-2006, Filet kakap beku Bagian 2: Persyaratan bahan baku. 4.2 Bahan penolong 4.2.1 Air Air yang dipakai sebagai bahan penolong untuk kegiatan unit pengolahan harus memenuhi persyaratan kualitas air minum. 4.2.2 Es Es yang digunakan sesuai SNI 01-4872.1-2006, Es untuk penanganan ikan Bagian 1: Spesifikasi. Dalam penggunaannya, es harus ditangani dan disimpan ditempat yang bersih agar terhindar dari kontaminasi. 1 dari 5

5 Peralatan 5.1 Jenis peralatan a) timbangan; b) pisau; c) keranjang plastik; d) meja proses; e) alat pembeku; f) pan pembekuan; g) alat lainnya. 5.2 Persyaratan peralatan Semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan filet kakap beku harus mempunyai permukaan yang halus dan rata, tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik, tidak retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan harus dalam keadaan bersih, sebelum, selama dan sesudah digunakan. 6 Teknik penanganan dan pengolahan 6.1 Penerimaan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen, mutu bahan baku kurang baik, ukuran dan jenis tidak sesuai. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang bebas bakteri patogen dan memenuhi. c) persyaratan mutu, ukuran dan jenis. d) Petunjuk: bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik, dan harus ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5 C dan selanjutnya dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat totalnya. 6.2 Sortasi 1 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, jenis dan ukuran tidak sesuai, kontaminasi bakteri patogen. b) Tujuan: mendapatkan mutu, ukuran dan jenis yang sesuai serta bebas dari kontaminasi bakteri patogen. c) Petunjuk: ikan dipisahkan berdasarkan jenis, mutu dan ukuran. Sortasi harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.3 Penyiangan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen. b) Tujuan: mendapatkan ikan yang bersih dari sisik dan isi perut. c) Petunjuk: ikan disiangi untuk dibuang sisik dan isi perut. Penyiangan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.4 Pencucian 1 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen. b) Tujuan: mendapatkan ikan yang bersih dari kotoran yang menempel pada ikan. c) Petunjuk: ikan dicuci dengan air yang bersih dan dingin. Pencucian harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter, dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 2 dari 5

6.5 Pemfiletan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen, bentuk filet yang tidak sesuai. b) Tujuan: mendapatkan filet ikan yang bersih dan sesuai ukuran yang diperlukan serta bebas dari bakteri patogen. c) Petunjuk: ikan difilet secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.6 Perapihan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen dan bentuk filet yang tidak rapi. b) Tujuan: mendapatkan filet ikan yang bersih dan rapi. c) Petunjuk: filet ikan dirapikan dengan cara memotong daging perut dan membuang tulang yang masih tersisa secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.7 Pencucian 2 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen. b) Tujuan: mendapatkan filet ikan yang bersih. c) Petunjuk: filet ikan dicuci dengan air yang bersih dan dingin. Pencucian harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter, dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.8 Sortasi a) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen dan ukuran tidak sesuai. b) Tujuan: mendapatkan filet ikan dengan ukuran yang sesuai dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen. c) Petunjuk: filet ikan dipisahkan berdasarkan ukuran. Sortasi harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.9 Penimbangan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen dan kesalahan timbang. b) Tujuan: mendapatkan berat filet ikan yang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. c) Petunjuk: filet ikan ditimbang satu per satu untuk mengetahui beratnya dengan menggunakan timbangan yang telah dikalibrasi. Penimbangan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 3 dari 5

6.10 Penyusunan dalam pan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu dan kontaminasi bakteri patogen, susunan yang tidak rapi. b) Tujuan: mendapatkan bentuk filet ikan yang rapi. c) Petunjuk: filet ikan disusun dalam pan yang telah dilapisi plastik satu per satu. Proses penyusunnan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5 C. 6.11 Pembekuan a) Potensi bahaya: kehilangan cairan (driploss) dan pembekuan yang tidak sempurna (partial freezing) dan pengeringan (dehidrasi). b) Tujuan: mendapatkan produk dengan suhu pusat maksimal -18 C secara cepat. c) Petunjuk: filet ikan dibekukan dengan metoda pembekuan cepat, hingga suhu pusat ikan mencapai maksimal -18 C. 6.12 Penggelasan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen dan dehidrasi. b) Tujuan: mendapatkan filet ikan kakap beku dengan lapisan es bening secara merata agar tidak terjadi dehidrasi pada daging ikan saat penyimpanan. c) Petunjuk: filet ikan yang telah dibekukan kemudian disemprot dengan air dingin pada suhu 0-1 C. Proses penggelasan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter. 6.13 Pengepakan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen dan kesalahan label. b) Tujuan: melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan selama transportasi. c) Petunjuk: filet beku dibungkus plastik secara individual dan dimasukkan dalam master karton sesuai dengan label. Pengepakan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter. 7 Pengemasan 7.1 Bahan kemasan Bahan kemasan untuk filet kakap beku harus bersih, tidak mencemari produk yang dikemas, terbuat dari bahan yang baik dan memenuhi persyaratan bagi produk ikan beku. 7.2 Teknik pengemasan Produk akhir dikemas dengan cepat, cermat secara saniter dan higienis. Pengemasan harus dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi dari luar terhadap produk. Untuk produk yang menggunakan transportasi udara, teknik pengemasan sesuai SNI 01-4858-2006, Pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara. 4 dari 5

8 Syarat penandaan Setiap kemasan produk filet kakap beku yang akan diperdagangkan diberi tanda dengan benar dan mudah dibaca, menggunakan bahasa yang dipersyaratkan disertai keterangan sekurang-kurangnya sebagai berikut : a) jenis produk; b) berat bersih produk; c) bila ada bahan tambahan lain harus diberi keterangan bahan tersebut; d) nama dan alamat unit pengolahan secara lengkap; e) tanggal, bulan dan tahun produksi; f) tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa. Dalam sistem pelabelan dan pemberian kode harus dilakukan dengan sebaik mungkin 9 Penyimpanan Penyimpanan filet kakap beku harus dalam gudang beku (cold storage) dengan suhu -25 C dan fluktuasi suhu ± 2 C. Penataan produk dalam gudang beku diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi udara dapat merata dan memudahkan pembongkaran. 5 dari 5