BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Outlook Perbankan Syariah 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang


BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB III METODE PENELITIAN. ( dan PT. Bank Panin, Tbk. serta hubungan antar fenomena yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemulihan ekonomi global yang semakin menguat di akhir tahun 2009 memberikan optimisme perkembangan ekonomi di tahun 2010 meskipun sempat diwarnai oleh krisis Yunani yang terjadi awal triwulan II 2010 namun krisis tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi perbankan syariah nasional. Kondisi perbankan syariah nasional yang masih dalam perkembangan awal dan belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global serta tidak signifikannya eksposur valas yang dimiliki perbankan syariah nasional, berdampak pada terhindarnya bank syariah dari pengaruh langsung krisis tersebut. (www.bi.go.id, Outlook Perbankan Syariah 2011) Volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir, khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48,10% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Ditambah dengan aset BPRS sebesar Rp3,35 triliun, total aset perbankan syariah per Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare perbankan syariah terhadap perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva (lihat Tabel 1.1). Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52,79% dan penyaluran dana masyarakat meningkat sebesar 46,43%. (www.bi.go.id) Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sampai dengan Oktober 2011 tidak mengalami perubahan, namun demikian jumlah jaringan kantor meningkat. Dengan demikian meskipun jumlah BUS maupun UUS cenderung tetap, namun pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat akan perbankan syariah semakin meluas yang tercermin dari bertambahnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan Kantor Kas (KK). KCP bertambah 219

kantor (30,50%) dari 718 menjadi 937, sedangkan KK bertambah 23 kantor (9,50%) yaitu dari 242 menjadi 265. Secara keseluruhan jumlah kantor perbankan syariah meningkat dari 1.388 kantor (Okt 2010) menjadi 1.688 kantor, sedangkan jumlah layanan syariah (office channeling) tetap yaitu sebesar 1.277 kantor (lihat Tabel 1.2). (www.bi.go.id) Tabel 1.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Penyaluran Dana BUS dan USS (Rp Triliun) Okt-10 Okt-11 Growth Nominal % Aset 85,85 127,19 41,34 48,10 DPK 66,48 101,57 35,09 52,79 Penyaluran Dana 83,81 122,73 38,92 46,43 Sumber : Outlook Perbankan Syariah 2012 (www.bi.go.id) Tabel 1.2 Jaringan Kantor Kelompok Bank Tahun 2009 2010 Oktober 2011 BUS 6 11 11 USS 25 23 23 Jumlah Kantor BUS dan USS 1001 1477 1688 Jumlah Layanan Syariah 1929 1277 1277 Sumber : Outlook Perbankan Syariah 2012(www.bi.go.id)

Sejumlah kalangan percaya bahwa industri perbankan syariah nasional akan terus tumbuh mengingat situasi perekonomian Indonesia saat ini sangat mendukung peningkatan investasi dalam sektor tersebut. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah bahkan mengatakan pertumbuhan industri perbankan syariah dapat meningkat hingga 15 persen dalam lima tahun mendatang. Menurut Halim, pertumbuhan industri perbankan syariah dalam waktu dekat diprediksi akan mencapai angka lima persen, apalagi sektor keuangan syariah sedang berkembang pesat dibandingkan industri perbankan konvensional. (www.antaranews.com) Semakin ketatnya persaingan antar bank syariah dengan bank konvensional, mengharuskan bank syariah untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat bersaing dalam pasar perbankan nasional di Indonesia. Bank Indonesia pun semakin memperketat dalam pengaturan dan pengawasan perbankan nasional. BI tidak ingin mengulangi peristiwa di awal krisis ekonomi pada tahun 1997, dimana banyak bank dilikuidasi karena kinerjanya tidak sehat, yang kemudian merugikan masyarakat. Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah menilai tingkat kesehatan bank tersebut. Kinerja keuangan dapat menunjukkan kualitas bank melalui penghitungan rasio keuangannya yaitu dengan menganalisis laporan keuangan bank yang dipublikasikan secara berkala Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Dimana rasio CAR, FDR, NPL, BOPO, dan ROA merupakan beberapa komponen dari penilaian kesehatan yang cukup penting untuk mengukur kinerja atau profitabilitas sebuah bank. Rasio keuangan tersebut berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan suatu perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu indikator profitabilitas yang bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan. Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan ROA dibandingkan dengan Return On Equity (ROE) karena Bank Indonesia lebih

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:119). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mamanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005:121). Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Financing Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. Menurut Dendawijaya (2005:116), semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, maka laba pun akan mengalami kenaikan. Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya, 2005:120).

Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Tabel 1.3 Rasio CAR, FDR, NPL, BOPO, dan ROA pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010 Bank Umum Syariah Tahun CAR FDR NPL BOPO ROA (BUS) 2006 12.56% 90.21% 6.94% 83.84% 1.10% Bank 2007 12.43% 92.96% 5.64% 81.34% 1.53% Syariah 2008 12.66% 89.12% 5.66% 78.71% 1.83% Mandiri 2009 12.39% 83.07% 4.84% 73.76% 2.23% 2010 10.60% 82.54% 3.52% 74.97% 2.21% 2006 14.23% 83.60% 5.76% 84.69% 2.10% Bank 2007 10.43% 99.16% 2.96% 83.38% 2.18% Muamalat 2008 10.81% 104.41% 4.33% 78.94% 2.60% Indonesia 2009 11.10% 85.82% 4.73% 95.50% 0.45% 2010 13.26% 91.52% 4.32% 87.38% 1.36% 2006 8.30% 99.54% 1.32% 79.44% 3.98% Bank 2007 12.91% 86.08% 1.00% 67.84% 5.36% Mega 2008 13.48% 79.58% 1.50% 89.03% 0.98% Syariah 2009 10.96% 81.39% 2.08% 84.42% 2.22% 2010 13.14% 78.17% 3.52% 88.86% 1.90% Sumber : Data diolah

Berdasarkan rasio diatas, secara rata-rata keseluruhan rasio kecukupan modal, likuiditas, kondisi kredit macet, dan BOPO dari ketiga bank sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, meskipun masih terdapat rasio pada tahun tertentu yang melebihi atau kurang dari nilai minimal yang telah ditetapkan. Apabila melihat rasio ROA masing-masing bank yang cenderung meningkat selama lima tahun tersebut, menunjukan semakin matangnya kondisi perbankan syariah di Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat masih mendominasi pencetak laba terbesar di antara seluruh perbankan syariah di Indonesia. Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah di Indonesia, Mulya Siregar, kondisi tersebut dikarenakan sekitar Rp 700 miliar keuntungan bank syariah masih didominasi oleh kedua bank tersebut. Menurutnya, pencapaian itu wajar karena kedua bank itu merupakan pemain lama. Aset Bank Syariah Mandiri mencapai 38 persen dari seluruh aset bank syariah. Sementara itu, aset Bank Muamalat mencapai 21 persen. Total aset kedua bank tersebut hampir mencapai 60 persen dari seluruh bank syariah. Jika keduanya mendominasi laba, hal itu wajar dibanding 8 bank syariah yang baru. (www.vivanews.com) Pada tanggal 8 Juni 2010, Bank Mega Syariah meraih penghargaan sebagai Best Performance Banking 2010 untuk kategori bank syariah dari ABFI (ASEAN Banking Financial and Informative Institute). Selain perbankan syariah juga dipilih untuk katagori bank persero, bank swasta besar, bank swasta menengah, bank swasta kecil, bank BPD besar dan BPD menengah,. Khusus untuk bank syariah hanya dua bank yang terpilih yaitu Bank Mega Syariah dan Bank Syariah Mandiri. Riset yang dilakukan ABFI tersebut menempatkan 29 bank sebagai bank dengan kinerja terbaik sepanjang tahun 2009. Analisa terhadap bank dalam riset ini tidak hanya fokus pada kinerja bank berdasarkan rasio-rasio keuangan, tetapi juga dari sisi efisiensi. Adapun penjurian dinilai dari sisi CAR, NPL, Management (DEA), Earning dan Liquidity (LDR) dengan menggunakan data per 31 Mei 2010. Jumlah bank yang menjadi objek penelitian mencapai 105 bank, yang 100 diantaranya bank konvensional dan 5 bank umum syariah. (www.bsmi.co.id)

Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan bank tersebut. Secara intuitif dapat dikatakan bahwa bank yang sehat akan mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat serta mampu menghasilkan laba yang optimal. Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank telah banyak dilakukan. Beberapa tinjauan penelitian terdahulu diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Belindra (2010) yang berjudul Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Profitabilitas Bank pada Sektor Perbankan Indonesia Tahun 2004-2008 dan hasilnya adalah CAR, LDR, dan NPL berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Profitabilitas Bank. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Purwa (2011) mengenai Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Tingkat Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia 2005-2009 menghasilkan kesimpulan bahwa CAR, NPL, dan LDR secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return On Assets (ROA), sedangkan NIM berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Restyana (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, DAN NIM Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia periode 2006-2010) menghasilkan kesimpulan bahwa CAR, LDR, dan NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan, sedangkan NPL dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perbankan.

4. Selain itu, terdapat pula dalam jurnal yang dilakukan oleh Yuliani (2007) yang berjudul Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta dan menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji parsial, variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN (Total Dana Pihak Ketiga) dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. 5. Jurnal yang dilakukan oleh Priyo (2008) mengenai Pengaruh Non Performing Loan terhadap Kinerja Keuangan Bank berdasarakan Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. yang menghasilkan kesimpulan bahwa dari hasil analisis korelasi, 6 (enam) variabel, yaitu: Primary Ratio, Capital Ratio, CAR, Net Profit Margin, ROE, dan ROA menunjukan korelasi terhadap NPL pada tingkat signifikan α = 5% dengan arah hubungan yang negatif. 6. Kemudian jurnal yang dilakukan oleh Aryani (2007) berjudul Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan yang dilakukan pada 17 (tujuh belas) Bank di Indonesia dengan tahun dasar 1997-2001 menghasilkan kesimpulan bahwa pertama, CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. Kedua, CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. Ketiga, CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. Dan terakhir, CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh karakteristik bank tersebut terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul, Pengaruh CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010.

1.2 Identifikasi Masalah Sesuai latar belakang yang diuraikan diatas maka permasalahan yang diteliti adalah: 1. Bagaimana perkembangan tingkat rasio CAR, FDR, NPL, BOPO, dan profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010? 2. Bagaimana pengaruh tingkat rasio CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah secara simultan periode 2006-2010? 3. Bagaimana pengaruh tingkat rasio CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah secara parsial periode 2006-2010? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat rasio CAR, FDR, NPL, BOPO, dan profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010. 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat rasio CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah secara simultan periode 2006-2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat rasio CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah secara parsial periode 2006-2010. 1.4 Batasan Penelitian Penelitian mengenai pengaruh CAR, FDR, NPL dan BOPO terhadap profitabilitas perusahaan mengambil lima dari enam aspek penilaian tingkat kesehatan bank (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity of Market Risk atau CAMELS). Namun terdapat keterbatasan data yang didapatkan dari perusahaan dan ruang lingkup bahasan penelitian yang diambil

penulis adalah manajemen keuangan yang bersifat kuantitatif yaitu berupa rasiorasio keuangan, maka penelitian tingkat kesehatan bank dari aspek sensitivitas terhadap risiko pasar yang secara objektif lebih bersifat kualitatif tidak dapat dilaksanakan. Dengan demikian penilaian tingkat kesehatan bank ini hanya meliputi dan didasarkan pada Capital, Asset, Liquidity, Earnings sebagai variable X dan Earnings sebagai variable Y. Dimana pada penelitian ini menggunakan CAR yang merupakan aspek Capital, FDR merupakan aspek Liquidity, NPL merupakan aspek Asset Quality, serta BOPO merupakan aspek Earnings sebagai variabel X, dan ROA yang merupakan penilaian dari aspek Earnings sebagai variabel Y. 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Penulis Penelitian ini akan sangat berguna bagi penulis untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis mengenai praktek manajemen keuangan dalam dunia perbankan khususnya tentang masalah yang berkaitan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL), Rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), dan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA). b. Bagi pihak Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah untuk mengetahui sejauhmana optimalisasi perusahaan dalam menetapkan tingkat kesehatan bank sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam membuat setiap keputusan di periode mendatang.

c. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap profitabilitas. d. Pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi referensi bagi pembacanya terutama mengenai manajemen keuangan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank serta penngaruhnya terhadap tingkat profitabilitas. 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.6.1 Kerangka Pemikiran Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian sangalah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan perekonomian sangatlah besar dan membutuhkan jasa bank. Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan badan usaha di bidang keuangan yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman ataupun kredit. Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yaitu: Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Dalam melaksanakan investasinya, bank syariah memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Arifin (2009:22-33) dalam menjalankan usahanya minimal bank syariah mempunyai lima prinsip operasional yang terdiri atas: Prinsip Wadiah (simpanan), Prinsip Syarikah (bagi hasil), Prinsip Tijarah (sewa dan sewa-beli), Prinsip Al-Bai (jual-beli), dan Prinsip al-qard (biaya administrasi). Setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan bank konvensional, membuat bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam pasar perbankan nasional di Indonesia. Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Di dunia perbankan pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Menggunakan laporan keuangan untuk menganalisis kinerja suatu bank akan menghasilkan interpretasi yang valid dan menggambarkan posisi keuangan yang sesungguhnya. Melalui laporan keuangan inilah penilaian kesehatan bank dapat dilakukan. Pengertian laporan keuangan menurut Kasmir (2011: 253) sebagai berikut: Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pada pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Tingkat kesehatan suatu bank merupakan hal yang sangat penting dalam membangun perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, Bank Indonesia

merasa perlu menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan harapan kondisi perbankan di Indonesia selalu dalam keadaan sehat sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Dimana definisi tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 sebagai berikut: Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi/kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan/atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar Penilaian tingkat kesehatan bank dikenal dengan analisis CAMEL. Dalam CAMEL terdapat lima karakteristik penilaian, yaitu; Capital (Modal), Assets (Kualitas Aktiva Produktif), Management (Kualitas Manajemen), Earnings (Rentabilitas Bank), dan Liquidity (Likuiditas Bank). Modal merupakan faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Definisi modal bank menurut Taswan ( 2006: 71) adalah: Modal Bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter Capital Adecuancy Ratio merupakan adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Kewajiban penyediaan Modal Minimum atau CAR tersebut pada dasarnya suatu ukuran modal yang diharapkan dapat menjamin bahwa bank yang beroperasi secara internasional maupun nasional akan beroperasi secara baik atau prudent.

Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan erat dengan aktiva produktif yang dimilikinya sehingga manajemen bank dituntut untuk senantiasa memantau dan menganalisis kualitas aktiva produktif yang dimiliki. Menurut Keputusan Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tentang kualitas aktiva produktif, definisi kualitas aktiva produktif adalah: Ukuran besarnya kualitas penanaman dana bank baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, pernyataan termasuk komitmen, dan kontijensi pada transaksi rekening administratif Non Performing Loans (NPL) merupakan komponen dalam menilai kualitas aktiva produktif. NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, sehingga akan mengurangi nilai atau skor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut belum profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dibayar. Sedangkan definisi likuiditas bank menurut Taswan (2006:96) adalah: Kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap simpanan yang akan ditarik, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan. Financing Deposit Ratio atau FDR adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya). FDR menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank yang

berjangka waktu agak panjang. Semakin tinggi tingkat FDR menunjukan semakin jelek kondisi likuiditas bank, karena lebih besarnya penempatan pada kredit yang dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu dapat ditarik. FDR yang besarnya diatas 110% akan sangat berbahaya bagi kondisi likuiditas bank. Rasio biaya operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya sehingga dapat tercapainya profitabilitas bank tersebut. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Seluruh manajemen bank, baik yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan. Return On Assets (ROA) merupakan salah satu tolak ukur earnings atau rentabilitas bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118)

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Bank Laporan Keuangan Bank Analisis Laporan Keuangan Bank Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Capital Assets Management Earnings Liquidity CAR NPL BOPO FDR ROA 1.6.2 Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: CAR, FDR, NPL, dan BOPO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2005:7), yaitu: Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Uma Sekaran (2006:162): Metode penelitian yang menjelaskan hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam situasi Data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, yang dapat diperoleh dari beberapa literatur, buku-buku, dan catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti. Adapun cara yang dilakukan adalah: Penelitian kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data untuk mencari sumber data sekunder dengan cara membaca literatur serta buku-buku yang relevan dengan penyusunan penelitian ini, dan data sekunder tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai landasan teori. Penelitian Lapangan (Field Research) Mengunjungi perusahaan secara tidak langsung melalui objek yang diteliti dengan cara mengakses situs, diantaranya: a. Bank Syariah Mandiri yaitu: www.syariahmandiri.co.id b. Bank Muamalat yaitu : www.muamalatbank.com c. Bank Mega Syariah yaitu : www.bsmi.co.id Data yang diperoleh selama proses penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

1.8 Sistematika Penulisan Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang jelas, maka pembahasan dilakukan secara menyeluruh dan sistematis, meliputi : BAB I PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TELAAH PUSTAKA Berisi landasan teori yang mendasari, juga membahas hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan kerangka pemikiran penelitian yang menggambarkan hubungan antar variable penelitian serta hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan untukmenganalisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan deskripsi obyek penelitian, seluruh proses dan teknik analisis data hingga hasil dari pengujian seluruh hipotesis penelitian sesuai dengan metode yang digunakan. BAB V PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan terhadap hasil pengujian hipotesis, keterbatasan dalam penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian tidak langsung ke Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah, melainkan melalui penelitian dengan mengakses website resmi masing-masing bank untuk mendapatkan data primer berupa laporan keuangan selama 5 tahun yaitu periode 2006-2010. Adapun penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2012 dengan batas akhir bulan Mei 2012.