BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi basil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs (Dinkes Kota Medan, 2016). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 menyatakan bahwa TB merupakan suatu problema kesehatan masyarakat yang sangat penting dan serius diseluruh dunia dan merupakan penyakit yang menyebabkan kedaruratan global (global Emergency) (Depkes RI, 2002). Penyakit TB menimbulkan kerugian sosial-ekonomi yang luar biasa dikarenakan pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu pengobatan jangka panjang yang harus diikuti dengan manajemen kasus dan tatalaksana pengobatan yang baik (Kementrian Kesehatan RI, 2007). TB paru dipertimbangkan sebagai penyakit sosial, yang membutuhkan pengendalian terhadap sosial, ekonomi dan intervensi lingkungan. Tuberkulosis merupakan target ke-6 Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu dalam tujuan mengendalikan dan menurunkan penyakit HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya termasuk penyakit tuberkulosis. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 menetapkan sasaran pembangunan kesehatan yang menetapkan target

penurununan TB paru di tahun 2019 dengan prevalensi sebanyak 245 per 100.000 penduduk. Indonesia merupakan negara yang menjadi cerminan kasus TB dan salah satu penentu peta TB di dunia. Angka penderita TB di Indonesia tiap tahunnya belum mengalami penurunan yang bermakna. Pada tahun 2012 World Health Organization (WHO) melaporkan Indonesia dengan peringkat keempat jumlah penderita TB sebesar 321.000 orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2012 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Indonesia dan Pakistan (WHO, 2012). Pada tahun 2014 World Health Organization (WHO) melaporkan Indonesia peringkat kedua setelah India dengan penderita TB terbesar di dunia dengan jumlah kasus sebesar 10% Indonesia dan 23% India dari total jumlah pasien TB di dunia (WHO, 2015). Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk, dengan kata lain rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400 orang yang didiagnosis kasus TB paru oleh tenaga kesehatan. Menurut provinsi, prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau, Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru terendah berdasarkan diagnosis yaitu masing-masing sebesar 0,1%. Hasil Riskesdas 2013 tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas 2007 yang menghasilkan angka prevalensi TB paru 0,4% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2010, Sumatera Utara menempati urutan ketujuh nasional dengan jumlah TB paru tertinggi di Indonesia. Dimana pada tahun 2010 ditemukan jumlah penderita TB paru di Sumatera Utara sebanyak 104.992 orang. Pada tahun 2012, diperhitungkan sasaran penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 21.145 kasus, dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA+ yaitu 17.459 kasus atau 82,57%. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 76,57% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2016). Di Kota Medan penemuan jumlah kasus TB paru mengalami fluktuasi. Kota Medan merupakan yang terbesar jumlah penderita TB paru bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dari tiap kabupaten atau kota lainnya. Penemuan jumlah keseluruhan kasus TB paru di Kota Medan pada tahun 2013 yaitu sebesar 6056 jumlah kasus dan jumlah BTA + adalah 3096 orang, mengalami penurunan di tahun 2014 yaitu sebesar 5863 kasus dan 2015 yaitu sebesar 5843 kasus (Dinkes Kota Medan, 2016). Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014, dijelaskan bahwa yang menjadi penyebab utama meningkatnya beban masalah TB paru ada 8 penyebab, diantaranya adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparits yang terlalu lebar, beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran; tingkat pendidikan; pendapatan perkapita yang masih rendah yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB, kegagalan program TB, perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan

struktur umur kependudukan, besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tingginya beban TB seperti gizi buruk dan diabetes, dampak pandemik HIV/AIDS didunia yang akan menyebabkan terjadinya koinfeksi HIV yang beresiko terhadap kejadian TB secara signifikan, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR). Dalam penelitian Hiswani (2009), menetapkan beberapa faktor yang mempengaruhi terpaparnya seseorang terhadap penyakit TB seperti status sosial ekonomi (kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja ), status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis. Determinan sosial adalah faktor yang penting dan berpengaruh terhadap kejadian TB paru, karena secara langsung maupun tidak langsung faktor resiko akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Peningkatan kasus TB paru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kondisi fisik lingkungan rumah. Kondisi fisik lingkungan rumah juga menjadi faktor yang memegang peranan penting terhadap penularan dan perkembangbiakan bakteri TB paru. Rumah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan akan kerap terkait dengan masalah-masalah kesehatan yang berbasis lingkungan, dimana masalahmasalah yang berbasis lingkungan masih saja menjadi masalah dan penyebab utama kematian yang ada di Indonesia. Hasil penelitian Fahreza (2012) dengan judul hubungan antara kualitas fisik rumah dan kejadian tuberkulosis paru dengan BTA+ di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, ditemukan hasil analisis statistik yang didapati nilai p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas fisik rumah

dengan kejadian TB paru BTA+ dan didapatkan nilai OR sebesar 45,500 yang artinya probabilitas untuk terjadinya TB paru BTA+ pada kualitas fisik rumah tidak sehat sekitar 45,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas fisik rumah yang sehat. Gambar 1.1. Jumlah Rumah Sehat yang ada di Kota Medan pada tahun 2005-2015. 450000 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2016 Dari gambar 1.1. memperlihatkan bahwa jumlah rumah sehat dari tahun 2005 hingga 2015 yang ada di Kota Medan terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menjelaskan bahwa keadaan cakupan rumah sehat yang ada di Kota Medan semakin membaik dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari uraian mengenai rumah sehat dan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh rumah sehat terhadap tuberkulosis, dapat dirumuskan adakah ditemukan pengaruh negatif yang signifikan antara meningkatnya cakupan rumah sehat dengan kasus penderita penyakit menular tuberkulosis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit TB paru tidak hanya berupa faktor medis saja melainkan di pengaruhi oleh faktor non medis, salah satu diantaranya adalah jumlah kendaraan bermotor. Kemajuan dalam bidang teknologi memberikan dampak yang positif, salah satunya adalah kemajuan dalam bidang transportasi. Namun dalam kenyataannya dapat disimpulkan bahwa kemajuan dalam bidang transportasi secara umum juga merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Pencemaran udara memberi dampak yang negatif terhadap kesehatan manusia, hal ini dikarenakan polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dari berbagai jenis polutan yang dihasilkan, CO merupakan salah satu polutan yang paling banyak dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dalam bidang kesehatan, udara yang tercemar dapat menimbulkan insiden penyakit saluran pernafasan salah satu diantaranya adalah penyakit tuberkulosis. Pencemaran udara juga mampu menurunkan sistem kekebalan seseorang. Menurut Ki-Jen Chuang (2007) dalam Nurbiantara (2010), secara umum terjadinya gangguan akibat polusi adalah komponen biologis didalam udara yang tercemar akan menginduksi inflamasi ataupun peradangan dan gangguan sistem imunitas tubuh. Sistem imunitas sangat berperan penting dalam pencegahan penyakit menular TB paru. Menurut Hasan (2010), hanya 10 % dari yang terinfeksi basil TB akan menderita penyakit, banyaknya basil TB paru yang masuk, virulensi dan daya tahan tubuh host merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya TB paru.

Pada penderita yang daya tahan tubuhnya buruk, respon imunnya buruk, akan mempermudah kuman TB untuk berkembang dan mneyebabkan sakit. Dikota Medan trend jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2005 hingga 2015 terus mengalami peningkatan. Hal ini akan berpotensi untuk menyebabkan pencemaran udara yang berdampak pada sistem imun seseorang dan membantu penyebaran penyakit menular tuberkulosis. Trend peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan dapat dilihat pada gambar 1.2. berikut : Gambar 1.2. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Medan tahun 2005-2015 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2016 Dari uraian mengenai jumlah kendaraan bermotor dan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap tuberkulosis, dapat dirumuskan adakah ditemukan pengaruh positif yang

signifikan antara meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dengan kasus penderita penyakit menular tuberkulosis. Selain faktor rumah sehat dan jumlah kendaraan bermotor diatas, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit menular TB paru yaitu jumlah kepadatan penduduk. Wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah dalam penularan penyakit TB paru. Hasil penelitian Aditama (2012) dengan judul analisis distribusi dan faktor resiko tuberkulosis paru melalui pemetaan berdasarkan wilayah di Puskesmas Candilama Semarang triwulan terakhir tahun 2012, ditemukan bahwa kasus distribusi penyakit TB paru tertinggi di Puskesmas Candilama Semarang triwulan terakhir pada tahun 2012 terdapat di Kelurahan Jomblang yaitu 44% dengan jumlah 17 kasus, hal ini disebabkan Kelurahan Jomblang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduknya paling padat dan dan wilayah yang paling luas. Hasil penelitian Munch (2003) yang dilakukan di Afrika tepatnya disuatu distrik yang ada di Cape Town dengan judul tuberculosis transmission patterns in a high-incidence area memperlihatkan bahwa ditemukannya hubungan spasial antara kepadatan penduduk, tidak mempunyai pekerjaan dan jumlah bar dengan kejadian TB. Di Sumatera Utara pada tahun 2015, kota dengan kepadatan paling tinggi terdapat pada Kota Medan dengan jumlah 8,342 jiwa/km². Hal ini dikarenakan jumlah penduduk Kota Medan yang juga merupakan kota dengan jumlah penduduk yang paling banyak bila dibandingkan dengan kota yang lainnya.

Gambar 1.3 Analisis Kepadatan Penduduk Kota Medan pada tahun 2005 hingga 2015. 8400 8200 8000 7800 7600 7400 7200 7000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2016 Dari gambar 1.3. memperlihatkan bahwa kepadatan penduduk di Kota Medan dari tahun 2005 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menjelaskan bahwa setiap tahunnya di Kota Medan trend kepadatan penduduk mengalami kenaikan. Kepadatan penduduk mampu mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya kepadatan penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah, tidak hanya masalah medis namun juga masalahmasalah yang non medis seperti kemiskinan, lapangan pekerjaan dan lainnya. Masalah-masalah yang timbul ini akan berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat.

Dari uraian mengenai kepadatan penduduk dan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kepadatan penduduk terhadap tuberkulosis, dapat dirumuskan adakah ditemukan pengaruh positif yang signifikan antara meningkatnya kepadatan penduduk dengan kasus penderita penyakit menular tuberkulosis Selain faktor rumah sehat, jumlah kendaraan bermotor dan kepadatan penduduk, terdapat faktor non medis lain yang membantu peningkatan penyakit TB paru yakni faktor inflasi. Negara yang memiliki good governance yang baik akan mengupayakan untuk terus meningkatkan SDM dan mengupayakan untuk menjaga stabilitas inflasi agar tidak mempengaruhi daya beli. Masyarakat yang sehat dalam suatu negara akan memiliki produktif yang baik dan akan cenderung memiliki life expectancy yang lebih panjang. Semakin produktif suatu masyarakat dapat menjadi akumulasi modal yang berdampak pada pertumbuhan suatu negara. Tingkat inflasi dapat digunakan untuk menyusun anggaran yang bersifat incremental berdasarkan dari besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan nilai anggaran tahun depan dengan menyesuaikan tingkat inflasi atau jumlah penduduk, maka dari itu inflasi menentukan berapa anggaran yang akan di berikan (BPKP,2007). Selain mempengaruhi anggaran kesehatan, inflasi yang tinggi akan berdampak pada pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan apabila inflasi meningkat maka akan terjadi kenaikan harga alat dan obat yang diperuntukkan mengatasi masalah kesehatan dan akan menurunkan kemampuan pembiayaan program.

Tingkat inflasi mencerminkan kenaikan harga barang-barang secara umum. Dinamika dari perkembangan besarnya laju inflasi yang terjadi di Kota Medan dalam kurun waktu antar tahun 2000-2001 relatif sangat flutuatif, hal ini dikarenakan rata-rata dalam kurun waktu 12 tahun terakhir mencapai angka 8,48%. Pada tahun 2001 angka inflasi Kota Medan masih sangat tinggi yakni lebih dari satu digit 15,51% dan berada diatas rata-rata inflasi nasional (Prawidya, 2010). Gambar 1.4 Analisis Inflasi Kota Medan pada Tahun 2005 hingga 2015. 25 20 15 10 5 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2016 Dari gambar 1.4. memperlihatkan bahwa fenomena inflasi di Kota Medan dari tahun 2005 sampai tahun 2015 terus berfluktuasi. Hal ini menggambarkan bahwa di Kota Medan meskipun dengan persentasi yang berbeda, namun setiap tahunnya di Kota Medan selalu mengalami inflasi.

Dari uraian dan gambaran yang telah di uraikan mengenai pengaruh rumah sehat, jumlah kendaraan bermotor, kepadatan penduduk dan inflasi terhadap kasus penderita TB paru diatas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tuberkulosis paru di Kota Medan yang penulis tuangkan ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Kota Medan Tahun 2005-2015. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh variabel rumah sehat, jumlah kendaraan bermotor, kepadatan penduduk dan inflasi terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh rumah sehat terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 1.4. Hipotesis Penelitian 1. Variabel rumah sehat berpengaruh signifikan terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 2. Variabel jumlah kendaraan bermotor berpengaruh signifikan terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 3. Variabel kepadatan penduduk berpengaruh signifikan terhadap penderita jumlah TB paru di Kota Medan. 4. Variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah penderita TB paru di Kota Medan. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain : 1. Dengan mengetahui pengaruh masing-masing faktor yang diteliti, dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan untuk pemerintah Kota Medan dalam penentu kebijakan untuk upaya pengendalian penyakit TB paru di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmiah terhadap perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi TB paru di Kota Medan dan referensi dalam melakukan penelitian kuantitatif berikutnya.