HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011).

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UBI JALAR, GARUT DAN ONGGOK TERHADAP SIFAT FISIK DAN LAMA PENYIMPANAN AYAM BROILER BENTUK PELLET SKRIPSI NILASARI

TINJAUAN PUSTAKA Pellet Bahan Perekat Tepung Pati Garut ( Maranta arundinacea L

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

MATERI DAN METODE. Materi

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

TINJAUAN PUSTAKA. Maksimal 14,0. - Protein Kasar (%) 22 Lemak Kasar (%) Minimal 19,0. Maksimal 7,4. - Serat Kasar (%) - Kalsium (%) Maksimal 6,0

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penetasan dan Pemanfatannya sebagai Pakan

UJI SIFAT FISIK RANSUM AYAM BROILER BENTUK PELLET YANG DITAMBAHKAN PEREKAT ONGGOK MELALUI PROSES PENYEMPROTAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang optimal. Calf starter yang dikonsumsi sejak lepas kolostrum dapat

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

Pengaruh Taraf Penyemprotan Air dan Lama Penyimpanan Terhadap Daya Tahan Ransum Broiler Finisher Berbentuk Pellet

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

Gambar 2. Bentuk Umum Bungkil Inti Sawit

Jasmal A. Syamsu Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar

Uji Sifat Fisik Ransum Ayam Broiler Bentuk Pellet yang Ditambahkan Perekat Onggok Melalui Proses Penyemprotan Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetak dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik (Nilasari, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema kerja penyusunan formulasi pakan A. Pakan A (Protein 35% Energi 3,5 kkal/g)

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

PENGARUH TEPUNG GARUT, UBI JALAR, DAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PEREKAT ALAMI PELET TERHADAP KUALITAS FISIK PAKAN DAN PERFORMA AYAM BROILER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN KOMBINASI Indigofera zollingeriana DAN Leucaena leucocephala TERHADAP KUALITAS FISIK PELLET SKRIPSI WIDYA ARY HANDOKO

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 58-63, November 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISSN: x Buletin Makanan Ternak, 2017, 104 (2): 31-48

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TUMPUKAN DAN LAMA MASA SIMPAN PAKAN PELET TERHADAP KUALITAS FISIK. (Effect of Stack and Time Storage of Pellet Feed To Physical Quality)

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

IDENTIFIKASI KUALITAS DEDAK YANG DISIMPAM DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan yang baik digunakan adalah pada suhu 18 0-24 0 C, memiliki ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, terang dan bersih, bebas dari serangan tikus dan serangga, hal tersebut dikemukakan oleh Sofyan dan Abunawan (1974). Suhu ruang yang ideal untuk pertumbuhan serangga adalah berkisar antara 25 0-30 0 C. Selama penyimpanan enam minggu dilakukan pengukuran terhadap suhu dan kelembaban ruang penyimpanan setiap hari pada waktu pagi (pukul 06.00-07.00), siang hari (pukul 12.00-13.00) dan sore (pukul 18.00-19.00). Hasil pengukuran suhu dan kelembaban disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Pengamatan (minggu ke-) Waktu Pengukuran 2 4 6 Suhu ( 0 ) 26,9 27,08 26,04 Pagi Rh (%) 69,5 75,5 80,71 Suhu ( 0 ) 27,9 28 28,66 Siang Rh (%) 64,5 72,14 69,29 Suhu ( 0 ) 29,15 28,29 27,8 Sore Rh (%) 61,5 70,79 69,57 Berdasarkan Tabel 6, kisaran suhu dan kelembaban ruang penyimpanan yaitu 26,04 0-29,15 0 C dan 61,5%-80,71%. Kisaran suhu ruang penyimpanan tersebut termasuk pada suhu ideal untuk pertumbuhan serangga, karena suhu berkisar antara 25 0-30 0 C.

Keadaan Umum Pellet Penyimpanan dilakukan untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh berbagai hal, antara lain serangan hama seperti serangga, tikus, mikroorganisme, dan kerusakan fisiologis (Syarief dan Halid, 1993). Bahan kemasan yang digunakan dalam penyimpanan adalah plastik. Plastik adalah jenis kemasan yang sering digunakan dalam pengemasan bahan pangan. Plastik dapat melindungi bahan dari udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Penggunaan plastik sebagai wadah pellet harus hati-hati pada saat proses pengangkutan atau penumpukan, karena plastik lebih rentan sobek dibandingkan dengan kemasan jenis karung plastik. Wigati (2009), menyatakan bahwa kemasan plastik dapat mempertahankan ransum dari serangan serangga hingga penyimpanan 8 minggu. Pellet yang telah dicetak sesuai dengan formulasi ransum yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis proksimat pada minggu ke-0. Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu, manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk formulasi ransum dan bagian dari prosedur uji kecernaan. Hasil analisis proksimat dan energi bruto disajikan pada Tabel 5. 21

Tabel 7. Hasil Analisis Nutrien dan Energi Bruto Tepung Ubi Jalar, Tepung Garut dan Onggok Perekat Komponen Kontrol Onggok Tepung ubi jalar Tepung garut Kadar Air (%) 13,32 12,63 14,4 12,04 Abu (%) 9,81 9,33 9,21 8,74 Protein kasar (%) 22,1 18,42 19,68 20,03 Serat kasar (%) 8,47 9,13 8,55 8,3 Lemak kasar (%) 3,66 4,04 3,83 3,25 Beta-N (%) 42,64 46,45 44,33 47,64 EB (kkal/kg) 3.956 3.893 3.921 3.906 Perbedaan kadar air dalam ransum karena perbedaan jenis yang digunakan. Berdasarkan analisis proksimat diketahui bahwa pellet memiliki kadar air berkisar antara 12.04%-14,4%. Kadar air pellet berbeda pada setiap perlakuannya karena kemampuan penyerapan air oleh setiap bahan berbeda. Kadar air pellet dengan bahan tepung ubi jalar tidak sesuai dengan kadar air aman untuk penyimpanan yaitu 13%-14% (Syarief dan Halid, 1993). Pellet dengan bahan onggok dapat menurunkan kadar air bahan, yaitu dari 13,32% menjadi 12,63%. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmayeni (2002), bahwa penambahan onggok menyebabkan penurunan kadar air pellet, hal ini diduga karena penambahan kadar onggok pada ransum menyebabkan air yang ada pada bahan ransum lebih mudah terserap. Air ini digunakan untuk merekatkan partikel bahan saat gelatinisasi di dalam mesin pellet. Wigati (2009), menyatakan bahwa pengemasan yang baik dengan menggunakan plastik dapat mempertahankan kadar air ransum selama penyimpanan delapan minggu, yaitu 9,78±2,18%. 22

Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Ukuran Partikel Ukuran partikel merupakan parameter yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan proses produksi pellet. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap ukuran partikel pellet., karena ukuran partikel pellet meningkat seiring dengan meningkatnya lama penyimpanan (Tabel 6). Tabel 6. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Ukuran Partikel Pellet (mm) A1 6,32±0,22 6,65±0,19 6,90±0,02 7,17±0,05 6,76±0,36 A2 6,830,11 5,86±1,37 7,13±0,13 7,33±0,15 6,79±0,65 A3 6,56±0,41 6,510,17 6,690,08 7,080,31 6,71±0,26 A4 6,44±0,11 6,61±0,11 6,750±0,1 7,11±0,09 6,73±0,29 5,54±0,22 A 6,41±0,37 A 6,86±0,20 B 7,17±0,11 B Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) Tabel 6 menunjukkan bahwa ukuran partikel pada minggu ke-0 dan minggu ke-2 tidak berbeda nyata sehingga dapat diketahui bahwa ukuran partikel tidak mengalami peningkatan selama penyimpanan dua minggu. Peningkatan ukuran partikel terjadi pada penyimpanan minggu ke-4 dan minggu ke-6. Secara keseluruhan ukuran partikel pada keempat perlakuan dan penyimpanan selama enam minggu termasuk dalam kategori besar (kasar) karena ukuran partikel berada pada kisaran 1.79 13.33 mm. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Berat Berat jenis pellet dengan penambahan bahan dan penyimpanan selama enam minggu berkisar antara 1,27-1,29 gram/ml (Tabel 7). Berat jenis adalah perbandingan antara massa bahan (gram) dengan volume bahan (ml). Penambahan 23

bahan tepung ubi jalar, tepung garut dan onggok tidak berbeda nyata terhadap berat jenis pellet. Lama penyimpanan maupun interaksi antara kedua perlakuan juga tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian Agustina (2005) bahwa berat jenis antar perlakuan baik pada mash maupun pellet menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata karena ruang antar partikel dalam mash maupun pellet sudah terisi air selama proses pengurangan (pengencilan) ukuran partikel dan selama proses produksi berlangsung. Proses penakaran secara otomatis pada pabrik pakan diperlukan data mengenai berat jenis bahan, sehingga dalam proses pengemasannya tingkat ketelitian lebih tinggi. Berat jenis yang seragam memudahkan dalam proses pengemasan tersebut. Tabel 7. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Berat Pellet (gram/ml) A1 1,29±0,04 1,27±0,04 1,32±0,07 1,27±0,04 1,29±0,02 A2 1,29±0,04 1,28±0,03 1,25±0 1,27±0,04 1,27±0,02 A3 1,32±0,07 1,27±0,04 1,27±0,04 1,27±0,04 1,28±0,03 A4 1,26±0,1 1,39±0,07 1,25±0 1,290,02 1,28±0,06 1,29±0,02 61,27±0,06 1,27±0,03 1,28±0,01 Keterangan : Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Sudut Tumpukan Sudut tumpukan terbentuk jika bahan dicurahkan melalui sebuah corong terhadap suatu bidang datar dan bahan tersebut dapat bergerak bebas. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan pada pellet dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap sudut tumpukan. Pengukuran sudut tumpukan disajikan pada Tabel 8. Sudut tumpukan yang terbentuk pada perlakuan penambahan bahan berkisar antara 18,24 0-22,51 0. Penambahan onggok adalah bahan yang memiliki sudut tumpukan tertinggi kemudian diikuti oleh pellet tanpa, pellet 24

dengan tepung ubi jalar dan pellet dengan tepung garut, sudut tumpukan masing-masing bahan secara berurutan adalah 22,51±3,58 0 ; 19,8±1,43 0 ; 19,64±4,39 0 ; dan 18,24±3,24 0. Hal ini menandakan bahwa dengan penamban bahan onggok, maka sudut tumpukan yang terbentuk dapat lebih besar dibandingkan dengan lain dan kontrol. Ukuran partikel berpengaruh terhadap besarnya sudut tumpukan bahan. Pellet dengan onggok memiliki ukuran partikel tertinggi sehingga dapat menyebabkan bahan tersebut memiliki sudut tumpukan tertinggi pula. Tabel 8. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Sudut Tumpukan ( 0 ) A1 20,7±5,34 20,69±5,01 17,69±4,02 20,13±2,6 19,8±1,43 A A2 24,1±3,95 26,07±1,33 17,71±1,46 22,16±2,23 22,51±3,58 B A3 14,96±0,11 23,63±0,38 16,84±2,36 23,12±1,41 19,64±4,39 A A4 15,48±1,38 20,29±0,88 15,47±1,98 21,71±1,83 18,24±3,24 A 18,81±4,38 A 22,67±2,71 B 16,93±1.05 A 21,78±1,25 B Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01). Sudut tumpukan berpengaruh terhadap kemudahan dalam pengangkutan pakan dan kecepatan aliran pellet. Lama penyimpanan juga berpengaruh terhadap besarnya sudut tumpukan pellet. Sudut tumpukan bertambah pada minggu ke-2 dan berkurang kembali pada minggu ke-4. Berdasarkan Tabel 8, bahan yang digunakan pada penelitian ini termasuk dalam kategori bahan yang sangat mudah mengalir karena sudut tumpukan yang terbentuk berkisar antara 20 0-30 0, sehingga dapat mempercepat proses pengangkutan maupun pembongkaran dalam industri pakan yang menggunakan alat mekanik dalam proses pengerjaannya. 25

Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Tumpukan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kerapatan tumpukan dengan besar tumpukan terbesar pada onggok. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) meningkatkan kerapatan tumpukan (Tabel 9). Nilai kerapatan tumpukan berdasarkan jenis yang digunakan berkisar antara 0,56-0,58 gram/ml, sedangkan berdasarkan lama penyimpanan berkisar antara 0,56-0,57 gram/ml. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan tinggi membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk jatuh dan mengalir dibandingkan dengan bahan yang memiliki kerapatan tumpukan yang lebih kecil. Tabel 9. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Kerapatan Tumpukan (gram/ml) A1 0,55±0,01 0,55±0,01 0,57±0,01 0,56±0,01 0,55±0.01 A A2 0,57±0,02 0,57 0,56 0,60±0,01 0,58±0.01 B A3 0,55±0,01 0,57±0,01 0,57±0,01 0,56±0,01 0,56±0.01 A A4 0,56 0,58±0,01 0,60±0,01 0,56 0,56±0.01 A 0,56±0.01 A 0,57±0.01 B 0,57±0.01 B 0,57±0,02 B Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) Pellet dengan penambahan onggok memiliki kerapatan tumpukan yang lebih besar dibandingkan dengan bahan lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa onggok dapat jatuh dan mengalir lebih cepat pada proses pengemasan dibandingkan dengan bahan lain. Penyimpanan yang dilakukan selama enam minggu mempengaruhi nilai kerapatan tumpukan bahan. Semakin lama bahan disimpan maka nilai kerapatan tumpukan bahan akan semakin meningkat. Kerapatan tumpukan pada minggu ke-0 lebih kecil daripada pada minggu ke-2, minggu ke-4 dan minggu-6 26

menunjukkan bahwa pellet pada minggu ke-0 memiliki berat tiap satuan volume yang lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan minggu berikutnya. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kerapatan pemadatan tumpukan bahan (Tabel 10). Kerapatan tumpukan tidak dipengaruhi oleh jenis yang digunakan. Interaksi antara jenis yang digunakan dan lama penyimpanan juga tidak mempengaruhi kerapatan pemadatan tumpukan bahan. Kerapatan pemadatan tumpukan meningkat seiring dengan bertambahnya lama penyimpan. Hasil pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan bahan berdasarkan lama penyimpanan berkisar antara 0,624-0,652 gram/ml, sedangkan berdasarkan jenis yang digunakan berkisar antara 0,636-0,639 gram/ml. Penentuan nilai kerapatan pemadatan tumpukan bahan haruslah dengan cara pemadatan yang sama, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat. Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa bahan yang membutuhkan ruang penyimpanan lebih kecil adalah pada penyimpanan minggu ke-4, karena semakin tinggi nilai kerapatan pemadatan tumpukan bahan maka akan semakin kecil ruang penyimpanan yang diperlukan. Tabel 10. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan (gram/ml) A1 0,63±0,01 0,63±0,01 0,65±0,01 0,64±0,01 0,636±0,01 A2 0,63±0,01 0,63±0,01 0,66±0,01 0,64±0,01 0,639±0,01 A3 0,62±0,01 0,64±0,01 0,65±0,01 0,64±0,01 0,636±0,01 A4 0,62±0,01 0,65±0,01 0,65±0,01 0,64±0,01 0,638±0,02 0,624±0,01 A 0,636±0,01 B 0,652±0,01 C 0,636±0,001 B Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) 27

Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Ketahanan Benturan Pellet Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap ketahanan benturan pellet. Pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa semakin lama bahan disimpan maka ketahanan benturan akan semakin menurun. Berdasarkan jenis yang digunakan, pellet dengan penambahan onggok memiliki nilai ketahanan benturan yang paling tinggi dibandingkan dengan bahan lain. Hal ini disebabkan karena onggok memiliki kandung pati yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lain. Kandungan pati onggok berkisar antara 60%-70%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zain (2008) yang menyatakan bahwa pati yang tergelatinisasi akan membentuk sturktur gel yang akan merekatkan pakan, sehingga pakan akan tetap kompak dan tidak mudah hancur. Tabel 11. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Ketahanan Benturan Pellet (%) Lama penyimpanan A1 95,27±2,04 96,67±4,88 92,40±0,82 89,09±2,79 93,36±3,36 A2 96,81±0,36 97,19±0,21 93,52±1,24 90,41±0,94 94,48±3,18 A3 97,01±0,64 95,02±3,91 90,62±2,45 86,73±4,55 92,35±4,6 A4 96,93±1,08 95,26±2,08 91,12±1 91,43±1,84 93,68±2,87 96,51±0,83 A 96,04±1,06 A 91,91±1,31 B 89,42±2,03 C Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap ketahanan benturan pelet (p<0,01). Keadaan bahan mempengaruhi ketahanan terhadap benturan. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa ketahanan benturan pelet paling tinggi pada minggu ke-0 dan minggu ke-2, keduanya tidak berbeda nyata. Pada penyimpanan minggu ke-6 nilai ketahanan benturan lebih kecil dibandingkan dengan minggu ke-4. Hasil ini 28

menunjukkan bahwa semakin lama pelet disimpan maka akan semakin rendah ketahanan pelet terhadap benturan yang terjadi. Suryani (2005), menyatakan bahwa ketahanan benturan pellet dengan perlakuan penyemprotan 6% air dan lama penyimpanan satu minggu adalah sebesar 88,13%, sehingga hasil penelitian dengan penyimpanan selama enam minggu masih diatas standar tersebut. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Pellet Durability Index (PDI) Nilai pellet durability index (PDI) minimum untuk pellet ayam broiler adalah 80% (Dozier, 2001). Tabel 12 menyajikan besarnya rataan PDI. Interaksi antara jenis dan lama penyimpanan sangat berbeda nyata (p<0,01) terhadap PDI. dan lama penyimpanan sangat nyata mempengaruhi PDI (p<0,01). Lama penyimpanan menurunkan PDI dan jenis onggok memiliki PDI tertinggi. Pellet dengan penambahan onggok memiliki rataan nilai PDI tertinggi diantara jenis lain yaitu 83,54±12,77%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan onggok dapat meningkatkan keutuhan pellet, kekokohan pellet, dan tidak mudah hancur selama proses pengangkutan (transportasi). Tabel 12. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Rataan Pellet Durability Index (PDI) (%) A1 96,37±0,4 A 82,57±0,65 B 71,87±3,45 C 68,57±1,1 C 79,84±12,53 A A2 97,53±1,48 A 90,67±0,9 A 76,132,75 B 69,83±4,63 B 83,54±12,77 B A3 97,65±0,22 A 85,13±0,45 B 70,50±0,87 C 67,77±0,81 C 80,26±13,87 A A4 97,47±0,03 a 87,73±0,4 b 70,30±2,42 c 66,87±1,36 c 80,59±14,49 A 97,25±0,6 D 86,53±3,47 C 72,20±2,71 B 68,26±1,26 A Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) 29

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa semakin lama pellet disimpan, maka PDI akan semakin menurun. PDI mengalami penurunan yang sangat signifikan sehingga pellet tidak memenuhi standar PDI yang baik yaitu berada dibawah 80%. Pellet yang memiliki PDI tertinggi selama penyimpanan enam minggu adalah pellet dengan onggok. PDI yang memenuhi standar adalah pada minggu ke-0 dan minggu ke-2, penyimpanan pada minggu ke-4 dan minggu ke-6 tidak memenuhi standar yang berlaku karena PDI kurang dari 80%. Pellet mengalami penurunan PDI selama penyimpanan, karena pellet mengalami penggumpalan dan kerapuhan sehingga kekuatan pellet berkurang. Pengaruh Perekat dan Lama Penyimpanan terhadap Serangan Serangga Aspek kehidupan serangga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (suhu, kelembaban, kadar air dan komoditi yang disimpan). Sistem penyimpanan bahan pakan sangat menguntungkan bagi serangga gudang karena dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan. Pada penelitian ini, penyimpanan dilakukan menggunakan bahan kemasan yang berbahan plastik sehingga tidak ada serangga yang dapat masuk kedalam kemasan tersebut, dan penyimpanan dilakukan diatas pallet sehingga tidak terjadi kerusakan pada kemasan tersebut. Hasil penyimpanan pakan dengan bahan yang berbeda menunjukkan bahwa tidak ada serangga yang hidup pada pakan tersebut, sehingga termasuk dalam golongan aman dengan kode C/A (Roza, 1998). Perkembangbiakan serangga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan. Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan termasuk dalam skala yang aman untuk kembangbiak serangga yaitu suhu berkisar antara 25 0-30 0 C. Namun, faktor yang dapat mempertahankan pellet dari serangan serangga adalah jenis kemasan yang digunakan, yaitu plastik. Hal ini sesuai dengan Wigati (2009), jenis kemasan plastik dapat mempertahankan pakan dari serangan serangga hingga penyimpanan 8 minggu. 30