IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FISIKA XI SMA 3

SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.

Antiremed Kelas 11 FISIKA

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA

MAKALAH MOMEN INERSIA

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SOAL DINAMIKA ROTASI

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

FIsika DINAMIKA ROTASI

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

I. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG MKKS KOTA PADANG KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

Bab VI Dinamika Rotasi

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

Momen inersia yaitu ukuran kelembapan suatu benda untuk berputar. Rumusannya yaitu sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

3.6.1 Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut.

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA Aprilia Dwinta Karlina, Drs.Trustho Raharjo,M.Pd., Drs. PujayantoM.

MEKANIKA TEKNIK TPB 102

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

Students misconception about archimedes law

MEKANIKA TEKNIK. Sitti Nur Faridah

DAFTAR ISI PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF, PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Deskripsi. TELAAH KURIKULUM FISIKA SEKOLAH II / FI / 3 sks /. Semester 2

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika di SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

SELEKSI OLIMPIADE NASIONAL MIPA PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2014 TINGKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BIDANG FISIKA

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

Dinamika Rotasi 1. Dua bola bermassa m 1 = 2 kg dan m 2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa seperti pada gambar.

Laporan kegiatan Pembinaan Olimpiade Sains Nasional di SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

BAB I. Penyusun SUMARTI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Kata Pengantar. Modul Keseimbangan Benda Tegar 2

JAWABAN Fisika OSK 2013

Wardaya College. Soal Terpisah. Latihan Soal Olimpiade FISIKA SMA. Spring Camp Persiapan OSN Part I. Departemen Fisika - Wardaya College

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan yang data penelitiannya berupa angka-angka, pengumpulan

: Jenis Keseimbangan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SILABUS Mata Pelajaran : Fisika

MODUL MATA PELAJARAN IPA

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017 (SOAL NO )

RENCANA PEMBELAJARAN GERAK ROTASI UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM

METODE EVALUASI PRAKTIKUM MAHASISWA UNTUK MATAKULIAH PRAKTIKUM FISIKA

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Mekanik

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

KISI-KISI SOAL FISIKA OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL (OSTN) SMK SBI JATENG TAHUN 2009

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 318 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Fitri Aprilianingrum, Drs. Jamzuri, M.Pd, Drs. Supurwoko, M.Si Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelasa Maret JL. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/ Fax (0271)648939 Email : aprieliza@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengetahui ada atau tidak adanya miskonsepsi siswa SMA kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 tentang materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, (2) mengetahui bagaimana profil miskonsepsi siswa SMA kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 tentang materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, (3) menjelaskan langkah-langkah mengatasi miskonsepsi siswa SMA kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 tentang materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan sampelnya siswa kelas XI.IPA.2 dan XI.IPA.4 SMA Negeri 8 Surakarta, yang diperoleh secara purposive sampling. Data penelitian miskonsepsi siswa diperoleh dari perangkat tes berbentuk pilihan ganda tipe II dan tipe III, yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan: (1) ada sebagian siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta pada Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki miskonsepsi tentang materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, (2) Profil miskonsepsi siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta dengan persentase rata-rata terbesar adalah pada konsep Kesetimbangan statis (79,17 %). Berdasarkan kelompok bentuk miskonsepsi, siswa mengalami miskonsepsi pengertian yang paling dominan sebesar 81,25 % tetang konsep Kesetimbangan Statis, miskonsepsi hubungan antar konsep yang paling dominan sebesar 75,00 % tentang konsep Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut, miskonsepsi penggunaan konsep yang paling dominan sebesar 65,50 % tentang konsep Momen Inersia dan miskonsepsi contoh-contoh konsep yang paling dominan sebesar 75,00 % tentang konsep Energi Kinetik Dalam Gerak Menggelinding, (3) Langkah-langkah mengatasi miskonsepsi siswa yaitu: (a) mencari dan mengungkap miskonsepsi siswa yang terjadi, (b) mencoba menemukan penyebab miskonsepsi siswa tersebut, (c) menentukan prioritas dan pelajaran remidial khusus. Kata Kunci: Miskonsepsi Siswa, Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, Metode Deskriptif. PENDAHULUAN Sebelum mengikuti proses pembelajaran Fisika secara formal di sekolah, siswa sudah membawa konsep awal tentang Fisika yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya. yang mereka bawa tersebut umumnya menyimpang dari konsep yang benar (Baser, 2006: 65). Baser (2006: 65) menyatakan (disimpulkan dari Andre & Ding, 1991; Brown & Clement, 1989; Caillot & Xuan, 1993) bahwa kerangka konsep siswa yang tidak sesuai atau kurang sesuai dengan konsep ilmiah atau konsep yang diakui oleh para ahli disebut sebagai miskonsepsi. Wilantara (2005), menjelaskan bahwa bila siswa membentuk pengetahuan dari pengalamannya secara langsung, maka akan susah untuk memberitahu siswa untuk mengubah miskonsepsi yang dialaminya (Maharta, 2009: 7). Menurut Suparno (2005: 29), penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat berupa prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi dapat memunculkan salah pengertian pada siswa.. Dalam bidang sains miskonsepsi banyak terjadi, tidak hanya pada bidang fisika tetapi juga terjadi pula pada bidang biologi, kimia, dan astronomi. Dalam bidang fisika, miskonsepsi banyak ditemukan pada konsep mekanika, optika dan gelombang, panas dan termodinamika, listrik dan magnet, fisika modern dan tatasurya (Suparno,2005: 16). Sa diah (2012: 2) dalam jurnalnya menuliskan bahwa pada konsep dinamika rotasi, siswa kurang mampu menganalisis dan menggambarkan diagram bebas gayagaya penyebab gerak rotasi sehingga siswa tidak mampu memahami konsep. Dalam penelitian Juniardi (2009) bahwa 94,17% dari 36 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pontianak mengalami miskonsepsi pada materi dinamika rotasi (Sa diah, 2012: 2). Dalam konsep Kesetimbangan benda tegar, Maharta (2009) menuliskan dalam jurnalnya bahwa sebagian besar dari siswa yaitu sebanyak 72% salah menjawab soal mengenai konsep Kesetimbangan yang menerapkan hukum I Newton. Miskonsepsi dalam materi-materi Fisika yang dialami jika tidak segera ditangani, maka dikhawatirkan

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 319 siswa akan terus mengalami kegagalan dalam belajar. Dengan adanya penelitian mengenai miskonsepsi, dapat diketahui beberapa miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa. Sehingga dapat dilakukan upaya untuk menguranginya. Berdasarkan penjelasan tentang miskonsepsi pada konsep fisika, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada pokok bahasan Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar pada siswa SMA kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. METODELOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di kelas XI.IPA.2 dan XI.IPA.4 SMA Negeri 8 Surakarta, tahun ajaran 2013/2014. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik sampling berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti untuk memilih sampel. Selain itu, jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, sebanyak 30 soal. Tes yang digunakan berupa tes diagnosis berbentuk pilihan ganda tipe II dan tipe III. Penelaahan butir-butir tes dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu men- cerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak. Adapun derajat pemahaman konsep dan indikator secara khusus adalah sebagai berikut : (1) Jawaban siswa termasuk kategori tidak memahami bila : (a) Jawaban salah, kombinasi pilihan jawaban tidak menunjukkan hubungan sebab akibat. (b) Jawaban salah, kombinasi pilihan jawaban menunjukkan hubungan yang tidak logis. (c) Tidak ada jawaban. (2) Jawaban siswa termasuk kategori memahami bila: Jawaban benar, kombinasi pilihan jawaban menunjukkan hubungan sebab akibat yang sesuai dengan konsep yang benar. (3) Jawaban siswa termasuk kategori miskonsepsi bila: Jawaban salah, kombinasi pilihan jawaban menunjukkan hubungan sebab akibat yang tidak sesuai dengan konsep yang benar. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dideskripsikan berupa skor hasil tes miskonsepsi dan distribusi jawaban siswa sebagai subjek penelitian, untuk setiap item soal tes miskonsepsi tersebut. Sebagai langkah awal yang dilakukan untuk analisis deskriptif, adalah memeriksa dan mengelompokkan jawaban siswa dalam 3 kategori, yaitu memahami, tidak memahami dan miskonsepsi. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil jawaban siswa dapat diketahui konsep-konsep yang dimiliki siswa dalam mengerjakan 30 soal dinamika rotasi dan Kesetimbangan benda tegar. Masing-masing data tersebut lalu ditabulasikan dalam tabel derajat pemahaman siswa dalam mengerjakan soal. Dari tabel derajat pemahaman siswa dalam mengerjakan soal tersebut, dapat diketahui konsep siswa pada tiap item soal. Presentase hasil jawaban tes miskonsepsi Siswa SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI tentang dinamika rotasi dan Kesetimbangan benda tegar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori Jawaban No Soal Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami 1 18,75 81,25 2 52,08 45,83 2,08 3 60,42 31,25 4 29,17 5 20,83 5 41,67 5 6 66,67 14,58 18,75 7 5 37,50 4,17 8 14,58 83,33 2,08 9 64,58 27,08 10 18,75 22,92 5 11 16,67 79,17 4,17 12 25,00 45,83 29,17 13 45,83 16,67 37,50 14 60,42 33,33 6,25 15 77,08 14,58 16 68,75 31,25 17 20,83 79,17 18 27,08 54,17 18,75 19 27,08 5 22,92 20 33,33 66,67 Lanjutan Tabel 1 21 33,33 66,67 22 6,25 62,50 31,25 23 25,00 16,67 5 24 16,67 83,33 25 27,08 25,00 47,92 26 18,75 70,83 10,42 27 2,08 97,92 28 18,75 68,75 29 31,25 45,83 22,92 30 54,17 18,75 27,08 Dari Tabel 1, item soal yang paling banyak menghasilkan jawaban memahami adalah item no. 15, sebanyak 37 siswa (77,08 %) memahami konsep pada item tersebut. Item soal yang paling banyak menghasilkan jawaban miskonsepsi adalah item no. 27, sebanyak 47 siswa (97,92 %) mengalami miskonsepsi pada item tersebut. Item soal yang paling banyak menghasilkan jawaban tidak memahami adalah item no. 28, sebanyak 33 siswa (68,75 %) tidak memahami konsep pada item tersebut. Setelah dilakukan pengolahan data pemahaman siswa pada tiap item soal, langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk mengetahui besarnya persentase rata-rata pada tiap kategori miskonsepsi. Berikut adalah data persentase rata-rata pada tiap kategori miskonsepsi. Tabel 2 Rata-rata Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA N 8 Surakarta No Miskonsepsi

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 320 1 Momen gaya dan gaya memiliki arah yang sama (1-c; 1-d; 1-e; 3-d; 4-a; 4-b) 2 Besar momen inersia dipengaruhi momen gaya (2-a; 2-b) 3 Gaya yang melalui segaris atau tegak lurus di tengah batang dapat menghasilkan momen gaya (5-a; 5-b; 5-e) 4 Besar momen gaya selalu maksimum ketika gaya melalui tegak lurus dengan batang pada jarak r dari sumbu putar (5-c; 5-e) 5 Pada benda yang diam, tidak ada komponen gaya ataupun momen gaya yang bekerja pada benda (27-d) Lanjutan Tabel 2 6 Besar momen gaya berbanding terbalik dengan besar percepatan sudut (17-a; 17-b; 17-c) 7 Momen inersia berkurang jika massa bergerak menjauhi sumbu rotasi (18-c) 8 Momen inersia Bumi tidak akan berubah karena bentuk Bumi selalu tetap, meskipun ada penambahan massa air laut (18-e) 9 Bola yang diputar pada pusat mempunyai momen inersia lebih besar dibanding bola yang diputar pada tepi (19-a) 10 Besar momen inersia berkurang ketika orang dengan tangan terlipat kemudian merentangkan tangannya (7-b; 20-a) 11 Momentum anguler sebanding dengan kecepatan anguler (7-c) 12 Besar momen inersia sebanding dengan besar kecepatan sudut (20-a; 20-b) 13 Laju benda sebanding dengan massa dan jarijari benda (8-c; 8-d; 21- Rata-rata Miskonsepsi 29,17 31,25 54,17 75,00 31,25 22,92 5 22,92 54,17 52,08 e; 22-a; 22-b) 14 Bola mempunyai laju lebih besar daripada silinder karena EK rotasi silinder tidak lebih besar dari bola (9- b; 21-a; 21-b) 15 EK rotasi silinder lebih besar, maka EK totalnya pun juga lebih besar (9-c) 16 Silinder yang berputar pada sumbunya, EK rotasinya sama dengan EK translasinya (10-c) 17 Pada lintasan bidang miring, silinder yang menggelinding mempunyai laju lebih besar daripada silinder yang meluncur tanpa gesekan dan energi total di dasar bidang berbeda pada kedua kasus (11-a; 11-b) Lanjutan Tabel 2 18 Energi kinetik yang lebih besar belum tentu memiliki laju yang lebih besar pula (21-d) 19 Benda seimbang ketika benda tersebut diam dan tidak ada gaya dan momen gaya yang bekerja padanya (24-e; 26-a; 26-b; 27-a; 27-c; 28-d) 20 F 0 adalah cukup agar Kesetimbangan statis terjadi (24-a, 24- b; 24-c; 25-d) 21 Pada benda seimbang, ketika gaya translasi sama dengan nol maka gaya rotasi juga harus nol (23-b; 26-a) 22 Pada benda yang berotasi, tidak ada Kesetimbangan gaya ataupun Kesetimbangan momen gaya pada benda, meskipun terdapat dua gaya sama besar yang arahnya saling berlawanan (13- d) 23 Kesetimbangan benda juga dipengaruhi oleh momen kelembaman dan momentum sudut benda (12-e; 12-a; 25-a) 24 Benda yang stabil jika titik beratnya berada di titik yang sama dengan 33,33 22,92 75,00 6,25 79,17 4,17 16,67 10,42 6,25

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 321 titik tangkap (14-c; 30- d; 30-e) 25 Benda yang netral jika titik beratnya berada di bawah titik tangkap (14- c; 14-d; 30-d) Tiap-tiap kategori miskonsepsi siswa dapat dikelompokan ke dalam bentuk-bentuk miskonsepsi, yaitu meliputi miskonsepsi pengertian, miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh konsep. Setelah dikelompokan ke dalam bentuk-bentuk miskonsepsi kemudian dihitung persentasenya. untuk masing-masing bentuk miskonsepsi adalah: a. Pada konsep Momen Gaya bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 72,92 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 29,17 %, miskonsepsei penggunaan konsep sebesar %, sedangkan untuk miskonsepsi contohcontoh Tabel 3 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Momen Gaya. 72,92 2 Miskonsepsi Hubungan 29,17 Penggunaan b. Pada konsep Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 75,00 %. Sedangkan untuk miskonsepsi pengertian, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh konsep tidak ada siswa yang mengalami (0 %). Tabel 4 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut. 2 Miskonsepsi Hubungan 75,00 Penggunaan c. Pada konsep Momen Inersia bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi penggunaan konsep sebesar 62,50 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 31,25 %, miskonsepsi pengertian dan miskonsepsi contoh-contoh Tabel 5 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Momen Inersia. 2 Miskonsepsi Hubungan Penggunaan 31,25 62,50 d. Pada konsep Hukum Kekekalan Momentum bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 62,50 %, diikuti miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar %, miskonsepsi pengertian dan miskonsepsi penggunaan Tabel 6 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Hukum Kekekalan Momentum. 2 Miskonsepsi Hubungan 62,50 Penggunaan e. Pada konsep Energi Kinetik Dalam Gerak Menggelinding bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar 75,00 %, diikuti miskonsepsi penggunaan konsep sebesar 56,25 %, miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 54,17 %, yang terakhir niskonsepsi pengertian sebesar 0 %. Tabel 7 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Energi Kinetik Dalam Gerak Menggelinding. 2 Miskonsepsi Hubungan 54,17 56,25 Penggunaan 75,00 f. Kesetimbangan Statis Tabel 8 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Kesetimbangan Statis. 81,25 2 Miskonsepsi Hubungan Penggunaan

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 322 Pada konsep Kesetimbangan Statis bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 81,25 %. Sedangkan miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh g. Pada konsep Kesetimbangan Benda Tegar bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar 16,67 %, diikuti miskonsepsi pengertian sebesar %, miskonsepsi hubungan antar konsep dan miskonsepsi penggunaan Tabel 9 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Kesetimbangan Benda Tegar. 2 Miskonsepsi Hubungan Penggunaan 16,67 h. Pada konsep Kesetimbangan Benda Tegar Pada Dinamika Rotasi bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 10,42 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh Tabel 10 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Kesetimbangan Benda Tegar Pada Dinamika Rotasi. 10,42 2 Miskonsepsi Hubungan Penggunaan i. Jenis-jenis Kesetimbangan Tabel 11 Tabel Distribusi Bentuk Miskonsepsi Siswa Tentang Jenis-jenis Kesetimbangan. 2 Miskonsepsi Hubungan Penggunaan Pada konsep Jenis-jenis Kesetimbangan bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar %. Sedangkan miskonsepsi pengertian, miskonsepsi hubungan antar konsep dan miskonsepsi penggunaan konsep sebesar 0 %. Langkah-langkah mengatasi miskon-sepsi siswa: 1. Mencari dan mengungkap miskonsepsi siswa yang terjadi, yaitu dapat dengan cara: a. memberikan tes diagnosis awal kepada siswa berupa soal-soal konsep tanpa mengabaikan perhitungan. Soal-soal konsep diberikan secara berulang dan dengan tingkatan yang berbeda-beda. b. mencoba menggunakan demonstrasi dengan hasil yang tak cocok dengan intuisi, kemudian siswa diminta mengungkapkan pendapatnya. 2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi siswa tersebut, dapat dilakukan saat proses pembelajaran, yaitu dengan cara: a. merangsang siswa mengemukakan konsep dari dirinya sendiri menggunakan metode diskusi. b. menggunakan banyak interaksi agar dapat menemukan apa yang ada dalam kepala siswa dan agar mereka terpaksa berfikir. 3. Menentukan prioritas dan menyiapkan pelajaran remidial dan demonstrasi khusus untuk bagian materi yang dianggap sangat dasar dan prasyarat untuk yang lain. Dalam upaya mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa, guru harus memperhatikan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran apakah mengandung miskonsepsi atau tidak, guru juga perlu menyadari bila ada miskonsepsi dalam dirinya, dan memperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi pola pikir siswa. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data kepemilikan miskonsepsi pada pokok bahasan Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Telah teridentifikasi bahwa ada sebagian siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki miskonsepsi pada pokok bahasan Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar. Miskonsepsi terjadi pada beberapa sub materi dengan tingkatan yang berbeda-beda, yaitu antara 4,17% sampai dengan 79,17%. 2. Ada profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa kelas XI SMA Negeri 8 Tahun Ajaran 2013/2014. Profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta dengan persentase rata-rata miskonsepsi lebih dari 30% adalah sebagai berikut: 1) Besar momen inersia dipengaruhi momen gaya; 2) Gaya yang melalui segaris atau tegak lurus di tengah batang dapat menghasilkan momen gaya; 3) Besar momen gaya berbanding terbalik dengan besar percepatan sudut; 4) Momen inersia berkurang jika massa bergerak menjauhi sumbu rotasi; 5) Bola yang diputar pada pusat mempunyai momen inersia lebih besar dibanding bola yang diputar pada tepi; 6) Besar momen inersia sebanding dengan besar kecepatan sudut; 7) Laju benda sebanding dengan massa dan jari-jari benda; 8) Bola mempunyai laju lebih besar daripada silinder karena EK rotasi silinder tidak lebih besar dari bola; 9) Pada lintasan bidang miring, silinder yang menggelinding mempunyai laju lebih besar daripada silinder yang meluncur tanpa gesekan dan energi total di dasar bidang berbeda pada kedua

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 323 kasus; 10) Benda seimbang ketika benda tersebut diam dan tidak ada gaya dan momen gaya yang bekerja padanya. Dari beberapa kategori miskonsepsi dikelompokkan ke dalam bentuk miskonsepsi, yaitu meliputi miskonsepsi pengertian, miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh konsep. untuk masing-masing bentuk miskonsepsi adalah: a. Pada konsep Momen Gaya bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 72,92 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 29,17 %, miskonsepsei penggunaan konsep sebesar %, sedangkan untuk miskonsepsi contoh-contoh b. Pada konsep Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 75,00 %. Sedangkan untuk miskonsepsi pengertian, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh konsep tidak ada siswa yang mengalami (0 %). c. Pada konsep Momen Inersia bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi penggunaan konsep sebesar 62,50 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 31,25 %, miskonsepsi pengertian dan miskonsepsi contoh-contoh d. Pada konsep Hukum Kekekalan Momentum bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 62,50 %, diikuti miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar %, miskonsepsi pengertian dan miskonsepsi penggunaan e. Pada konsep Energi Kinetik Dalam Gerak Menggelinding bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar 75,00 %, diikuti miskonsepsi penggunaan konsep sebesar 56,25 %, miskonsepsi hubungan antar konsep sebesar 54,17 %, yang terakhir niskonsepsi pengertian sebesar 0 %. f. Pada konsep Kesetimbangan Statis bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 81,25 %. Sedangkan miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh g. Pada konsep Kesetimbangan Benda Tegar bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar 16,67 %, diikuti miskonsepsi pengertian sebesar %, miskonsepsi hubungan antar konsep dan miskonsepsi penggunaan h. Pada konsep Kesetimbangan Benda Tegar Pada Dinamika Rotasi bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi pengertian sebesar 10,42 %, diikuti miskonsepsi hubungan antar konsep, miskonsepsi penggunaan konsep dan miskonsepsi contoh-contoh i. Pada konsep Jenis-jenis Kesetimbangan bentuk miskonsepsi yang paling dominan yaitu miskonsepsi contoh-contoh konsep sebesar %. Sedangkan miskonsepsi pengertian, miskonsepsi hubungan antar konsep dan miskonsepsi penggunaan 3. Langkah-langkah mengatasi miskon-sepsi siswa: 1) Mencari dan mengungkap miskonsepsi siswa yang terjadi, yaitu dapat dengan cara: a) memberikan tes diagnosis awal kepada siswa berupa soal-soal konsep tanpa mengabaikan perhitungan. b) mencoba menggunakan demonstrasi dengan hasil yang tak cocok dengan intuisi, kemudian siswa diminta mengungkapkan pendapatnya. 2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi siswa tersebut, dapat dilakukan saat proses pembelajaran, yaitu dengan cara: a) merangsang siswa mengemukakan konsep dari dirinya sendiri menggunakan metode diskusi. b) menggunakan banyak interaksi agar dapat menemukan apa yang ada dalam kepala siswa dan agar mereka terpaksa berfikir. 3) Menentukan prioritas dan menyiapkan pelajaran remidial dan demonstrasi khusus untuk bagian materi yang dianggap sangat dasar dan prasyarat untuk yang lain. DAFTAR PUSTAKA Baser, M. (2006). Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students Understanding of Heat and Temperature Concepts. Journal of Maltese Education Research, 4 (1), 64-79. Diperoleh 30 Januari 2014, dari http://www.educ.um.edu.mt/jmer. Maharta, Nengah. (2009). Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandar Lampung. Diperoleh 2 Februari 2014. Sa diah, H. (2012). Remediasi kesulitan Belajar Siswa Kelas XII IPA MAN 1 Pontianak pada Materi Dinamika Rotasi Menggunakan Model Learning Cycle 5E (Versi elektronik). Diperoleh 22 januari 2014, dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/v iewfile/2177/2118. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT Grasindo.