BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

KERJASAMA INTERNASIONAL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Tantangan Bisnis Masa Kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB V KESIMPULAN. timur China yang beribu kotakan di Taipei. Secara resmi memang banyak negara belum

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kemajuan ekonomi..., Wisma Ubayaji, FISIP UI, 2009

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

Jakarta, 10 Maret 2011

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

ANALISIS EKSPOR-IMPOR CINA-AS PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan implikasi teoretis dan implikasi praktis atas pelaksanaan hubungan Cina-AS tersebut dengan maksud agar kesimpulan ini dapat lebih memudahkan untuk memperoleh pemahaman atas isi penulisan sebagai berikut. 5.1 Ringkasan Dari uraian pada bab-bab terdahulu dapat diperoleh gambaran tentang hubungan antara Cina dan AS sejak normalisasi hubungan diplomatik pada tanggal 1 Januari 1979. Cina dan AS sepakat untuk saling mengakui satu sama lain dan membina hubungan diplomatik. Cina dan AS sepakat untuk mengurangi bahaya konflik internasional. AS mengakui bahwa Cina adalah wakil pemerintahan yang sah dan Taiwan adalah bagiannya. Kedua negara meyakini bahwa normalisasi hubungan Cina-AS tidak hanya merupakan kepentingan kedua belah pihak semata, melainkan juga dapat berkontribusi terhadap perdamaian dunia. Dalam dekade pertama sejak dibuka hubungan diplomatik, hubungan kedua negara berjalan dengan baik dan stabil serta program kerjasama dan pertukaran bilateral di berbagai bidang meningkat, meskipun tidak jarang dihadapkan kepada kondisi yang sulit dalam masalah Taiwan maupun isu-isu lain. Cina dan AS menyadari bahwa meskipun terdapat banyak perbedaan, terutama perbedaan dalam bidang keamanan yang berkaitan dengan peningkatan eskalasi kekuatan militer kedua negara, namun kedua negara juga memiliki banyak persamaan kepentingan dan memiliki landasan yang luas untuk mengembangkan kerjasama. Sejak berakhirnya Perang Dingin, masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama antara Cina dengan AS makin meningkat dan bidang garapan untuk mengembangkan kerjasama, terutama kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, dan perdagangan makin meluas. Penting bagi kedua belah pihak untuk berpikir dalam jangka panjang dan melihat hubungan dengan gambaran yang lebih luas. 113

114 Cina dan AS merupakan aktor penting dan mempunyai pengaruh kuat dalam percaturan internasional, sehingga harus memikul tanggung jawab yang besar untuk ikut menciptakan dunia yang damai untuk pembangunan umat manusia. Hubungan Cina-AS yang baik tidak hanya memberi manfaat kepada rakyat kedua negara, tetapi dapat memberikan sumbangan kepada pembangunan, perdamaian, dan stabilitas dunia. Hubungan Cina-AS tidak murni merupakan hubungan bilateral karena pengaruhnya jauh di luar batasan bilateral, sehingga kedua belah pihak dalam merumuskan hubungan bilateral tidak terpaku pada batasan-batasan isu bilateral tetapi harus dalam gambaran yang lebih luas yang memiliki implikasi regional maupun internasional. Cina dan AS telah mengembangkan sikap yang konstruktif dengan mengedepankan prinsip-prinsip saling menguntungkan dan mendapatkan manfaat bersama. Seiring perubahan waktu, dimensi-dimensi baru selalu muncul dan memberi warna dalam hubungan Cina-AS. Dalam dunia saat ini, proses globalisasi berjalan dengan makin cepat, saling ketergantungan yang makin dalam, isu-isu global yang makin mengemuka dan makin nyata, serta hubungan antara negara tidak lagi didasarkan kepada rumusan zero-sum game. Hubungan yang harmonis akan memberikan manfaat, sedangkan pertentangan tidak akan pernah menguntungkan siapapun. Penting bagi Cina untuk membina hubungan baik dengan AS, demikian pula sebaliknya. Hubungan baik antara Cina dengan AS akan meningkatkan keyakinan terhadap terpeliharanya stabilitas dan perdamaian dunia. Kondisi itu diperlukan agar kedua negara tersebut dapat memusatkan perhatian kepada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi untuk menopang kesejahteraan masyarakatnya. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi Cina, AS merupakan pasar besar bagi barang-barang produk Cina. Selain itu, AS juga dapat merupakan sumber modal, teknologi, dan manajemen untuk menutup kekurangan Cina dalam mewujudkan Cina modern dan kuat. Grand strategy yang dirancang kedua negara telah dapat menciptakan peluang yang kondusif dalam melakukan pendekatan untuk membina hubungan baik antara Cina dan AS, yakni melalui pengembangan strategic partnership Cina-AS dalam upaya untuk mewujudkan kepentingan bersama.

115 Kemajuan ekonomi Cina terjadi dimulai dari pelaksanaan reformasi ekonomi di negara Tirai Bambu tersebut sejak tahun 1978 hingga saat ini. Perekonomian Cina yang semula tertutup dengan menganut sistem ekonomi yang bercorak sosialis telah direformasi dan diganti dengan perekonomian pasar terbuka berdasarkan sistem ekonomi kapitalisme. Reformasi ekonomi telah membawa Cina pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, terlebih setelah Cina pada tahun 2001 diterima dan berperan aktif dalam WTO bersama-sama dengan negara-negara lain, terutama AS. Aktivitas Cina dan AS dalam forum WTO telah meningkatkan volume hubungan ekonomi dan perdagangan Cina-AS dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan meningkatnya arus modal, barang, dan teknologi di antara kedua negara. Selama kurun waktu sejak Cina menjadi anggota WTO hingga saat ini, hubungan Cina-AS menjadi saling menguntungkan untuk kepentingan kedua negara. Dengan kata lain, kemajuan ekonomi yang terjadi di Cina, terlebih setelah negara ini menjadi anggota WTO dan melakukan hubungan ekonomi perdagangan dengan AS telah membawa peningkatan kepentingan timbal balik pada kedua negara dari waktu ke waktu. Meningkatnya kepentingan timbal balik Cina-AS menuntut keharusan kedua negara untuk selalu mengembangkan hubungan kerjasama, baik di bidang politik, ekonomi, maupun perdagangan. Pengembangan hubungan kerjasama Cina-AS tersebut terjadi secara signifikan, sehingga masing-masing negara merasa saling membutuhkan, bahkan merasa saling ketergantungan. Hubungan saling membutuhkan dan saling ketergantungan antara Cina-AS tersebut antara lain nampak dari kenyataan bahwa pembangunan ekonomi Cina sangat tergantung pada arus modal dan teknologi dari AS. Demikian pula terdapat suatu kenyataan yang lain bahwa peningkatan arus ekspor barang perdagangan dari Cina sangat tergantung dari luasnya permintaan pasar domestik di AS. Hal demikian nampak jelas sewaktu terjadi krisis ekonomi global tahun 2008 yang bermula dari terjadinya krisis finansial di AS. Terjadinya krisis finansial di AS yang berimbas pada terjadinya krisis ekonomi global tersebut telah menghambat laju pertumbuhan ekonomi Cina sebagai akibat dari melemahnya permintaan pasar domestik di AS, yang memaksa Cina mengurangi ekspor perdagangannya ke AS.

116 Dengan kata lain, produksi barang-barang Cina sangat tergantung pada luasnya permintaan pasar domestik di AS. Sementara itu, AS juga membutuhkan barang-barang ekspor dari Cina dengan harga yang relatif murah, Selain itu, AS juga berkepentingan untuk meningkatkan penanaman modalnya di Cina dengan memperluas pertumbuhan dan perkembangan MNC asal AS di Cina sebagai akibat dari rendahnya tingkat upah buruh di negara Tirai Bambu tersebut. Krisis finansial di AS yang merembet pada terjadinya krisis finansial global tahun 2008 telah berdampak negatif ke hampir seluruh dunia. Hampir semua negara mengalami penurunan tingkat perekonomiannya, tidak terkecuali Cina. Negara ini mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang semula ratarata di atas 9 persen menjadi rata-rata di bawah 9 persen pertahun. Oleh karena itu, untuk pemulihan ekonominya, masing-masing negara, terlebih lagi Cina, sangat mengharapkan terjadinya pemulihan ekonomi AS yang akan berdampak pada pemulihan ekonomi global. Dalam kaitan ini, Cina sebagai negara yang mempunyai cadangan devisa terbesar di dunia dalam standar dolar AS sangat berkepentingtan terhadap pulihnya ekonomi dan pulihnya nilai dolar AS dalam perdagangan dunia. Mengingat hal demikian, AS pun sangat berkepentingan agar semua negara, terlebih Cina, dapat meningkatkan peran aktifnya dalam penanggulangan krisis perekonomian global dimaksud. Hal ini nampak antara lain pada upaya dari beberapa negara yang mewakili negara-negara maju yang dimotori oleh AS bersama dengan negara-negara berkembang yang didukung oleh Cina, melakukan upaya bersama-sama dalam penanggulangan dampak krisis ekonomi global dimaksud melalui pertemuan kelompok negara-negara G-20 di Pittsburgh, AS, pada bulan September 2009. Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam era globalisasi seperti saat ini, perekomian suatu negara tidak dapat dilepaskan dari perekonomian negara lain sehingga menuntut masing-masing negara untuk melakukan kerjasama ekonomi dengan negara lain. Demikian juga dengan Cina dan AS yang merupakan dua raksasa ekonomi terbesar dunia saat ini tidak dapat dilepaskan hubungannya satu terhadap yang lain, bahkan masing-masing negara saling tergantung satu terhadap yang lain.

117 Saling ketergantungan kedua negara terjadi terlebih sejak kedua negara ini menjalin hubungan yang lebih luas dalam bidang politik, ekonomi, maupun perdagangan dalam kerangka PBB, WTO, APEC, G-20, G-2, dan lain-lain. Hubungan kedua negara yang sedemikian membuktikan bahwa pelaksanaan hubungan luar negeri Cina-AS, terutama sejak keanggotaan Cina dalam WTO hingga saat ini, adalah sejalan dengan aplikasi teori liberalisme interdependensi maupun liberalisme institusional yang dikemukakan oleh Robert Keohane (1989). Berdasarkan pendekatan teori liberalisme yang dikemukakan oleh Robert Keohane di atas, secara singkat, fenomena pelaksanaan hubungan kerjasama Cina- AS dapat digambarkan oleh penulis seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Bidang Tataran Forum/Institusi Sifat Tujuan Politik Bilateral Global PBB Independent Independent Kedaulatan Kedaulatan Ekonomi Bilateral G-2 Interdependent Kesejahteraan Regional APEC Independent Kesejahteraan Multilateral G-20 Interdependent Kesejahteraan Global PBB Independent Kesejahteraan Perdagangan Bilateral G-2 Interdependent Keuntungan Global WTO Interdependent Keuntungan 5.2 Implikasi Teoretis Pelaksanaan hubungan luar negeri Cina-AS sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keohane seperti tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa ketika terdapat derajat interdependensi yang tinggi antara negara-negara, seperti Cina dan AS, maka negara-negara tersebut akan memanfaatkan institusiinstitusi internasional formal yang ada untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi secara bersama-sama. Dalam hal ini, institusi-institusi internasional tersebut berperan sebagai badan yang memajukan kerjasama antar negara (Cina- AS) melalui pembuatan kesepakatan dalam menghadapi isu-isu ekonomi dan perdagangan secara bersama-sama.

118 Dengan kesepakatan bersama antar negara tersebut, institusi-institusi internasional dalam hal ini berposisi sebagai mediator sehingga timbulnya konflik antar negara sebagai akibat dari struktur sistem internasional yang bersifat anarki dapat dihindarkan. Dalam hal ini, institusi-institusi internasional tidak lagi memandang hubungan antar negara sebagai zero-sum game, melainkan variable zero-sum game untuk mendapatkan keuntungan bersama. Dalam konteks hubungan ekonomi dan perdagangan Cina-AS, institusi-institusi internasional yang ada, seperti WTO, merupakan suatu lembaga dan pola kerjasama antar negara dengan struktur organisasi yang memadai guna mengupayakan tercapainya tujuan bersama, baik antar aktor negara maupun aktor non-negara secara berkesinambungan. Pelaksanaan hubungan luar negeri Cina-AS berdasarkan pendekatan teori liberalisme interdependensi dan liberalisme institusional yang dikemukakan oleh Keohane tersebut di atas mempunyai berbagai implikasi yang bersifat teoretis. Dalam hal ini, penulis sependapat dengan kajian yang disampaikan oleh Avery Goldstein, Quansheng Zao dan Guo Liu, serta Zbigniew Brzezinski sebagai berikut. Pertama, menurut Goldstein (2007) bahwa institusi internasional (WTO) dapat mengurangi kondisi anarki dan mengupayakan pemenuhan kepentingan nasional negara-negara melalui kerjasama. Melalui institusi internasional (WTO), dampak potensial yang mengganggu hubungan Cina dan AS selaku rising power dalam memenuhi keuntungan relatif masing-masing negara dapat dielakkan sehingga dapat menghindari konflik karena memungkinkan terjadinya kerjasama secara timbal-balik meskipun dalam kondisi internasional yang anarki. Dalam konteks hubungan dengan AS, Cina tidak perlu melakukan konflik dalam hubungan internasional. Sebagai anggota WTO, Cina dapat mendapatkan keuntungan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan dengan AS melalui kerjasama. Dengan demikian, Cina akan tetap berintegrasi dengan institusiinstitusi internasional yang dipimpin oleh AS. Perolehan keuntungan dari perdagangan bebas dan investasi dapat memotivasi Cina untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan AS.

119 Kondisi demikian selanjutnya akan menyediakan landasan optimisme terkait dengan prospek perdamaian di Selat Taiwan dengan pertimbangan, antara lain yakni bahwa (1) keanggotaan Cina dalam institusi-institusi internasional (PBB, WTO, dan APEC) akan memperkuat kepentingan politik domestiknya untuk menghindari cara penyelesaian melalui kekerasan dalam masalah Taiwan, (2) bahwa penggunaan kesabaran dibandingkan kekerasan yang dilakukan oleh Cina dapat membantu dan berdampak untuk mengurangi keinginan Taiwan untuk merdeka, dan (3) meskipun AS berkepentingan membantu Taiwan dalam hal terjadi kekerasan yang dilakukan oleh Cina, AS juga mengingatkan Taiwan bahwa AS tidak akan terjebak secara langsung dalam konflik yang diakibatkan oleh kenekatan Taiwan untuk memerdekakan diri dari Cina sejalan dengan prinsip One China Policy yang dianut oleh AS. Kedua, menurut penjelasan yang disampaikan oleh Quansheng Zhao, Guoli Liu, dan Zbigniew Brzezinski (2007) bahwa dalam hubungan Cina-AS, Cina cenderung untuk menghindari konflik militer dengan AS dan akan lebih fokus pada pembangunan ekonomi. Dalam hal hubungan Cina-AS, AS adalah satu-satunya kekuatan global, sementara Cina masih merupakan kekuatan regional. Atas hal tersebut, Cina akan menempuh kebijakan bertetangga baik dan bertanggung jawab seperti dalam penyelenggaraan Six Party Talks, yang membahas krisis nuklir Korea Utara maupun keterlibatan Cina dalam kerjasama regional melalui APEC. Menurut hemat penulis, terjadinya kemajuan ekonomi Cina dan meningkatnya hubungan kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, dan perdagangan Cina-AS dalam berbagai institusi internasional mempunyai implikasi teoretis dalam hubungan internasional. Semakin menguatnya perspektif liberalisme semakin berkurang relevansi perspektif realisme dalam memahami hubungan Cina-AS. Kondisi demikian memunculkan suatu harapan bahwa sifat anarki dalam hubungan internasional akan semakin menurun, maka penyelesaian perbedaan pandangan yang ada melalui perang bukanlah merupakan solusi yang rasional. Terutama yang berkaitan dengan kekhawatiran adanya ancaman kekuatan militer Cina terhadap AS maupun sebaliknya AS terhadap Cina.

120 5.3 Implikasi Praktis Implikasi teoretis sebagaimana dikemukakan di atas, selanjutnya memunculkan implikasi praktis pada pelaksanaan hubungan Cina-AS sebagai berikut (1) menurunnya kemungkinan terjadinya konflik dan anarki dalam hubungan Cina-AS, (2) terciptanya peluang yang lebih luas untuk membangun hubungan kerjasama yang lebih konstruktif, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain demi pemenuhan kepentingan bersama, (3) terbangunnya citra yang lebih baik bagi Cina maupun AS di mata internasional, (4) meningkatnya kepercayaan negara-negara lain pada kepemimpinan Cina dan AS di kancah internasional, dan (5) terjalinnya kerjasama yang lebih baik dan terwujudnya perdamaian antara Cina-AS dalam tataran bilateral, yang berkontribusi pada terwujudnya stabilitas ekonomi dan politik dalam tataran regional maupun global. Terkait dengan implikasi praktis tersebut, akhirnya sebagai penutup, penulis mengharapkan agar pada era globalisasi di saat negara-negara di dunia menjadi saling bergantung satu sama lain, perlu dibangun hubungan kerjasama yang lebih baik dan saling menguntungkan melalui berbagai lembaga internasional sejalan dengan prespektif liberalisme dalam hubungan internasional demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat menuju terwujudnya perdamaian dunia yang lebih langgeng. Semoga!