Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

KERENTANAN DAN KERUSAKAN BERAS TERHADAP SERANGAN HAMA PASCAPANEN Sitophilus zeamais L. (Coleoptera: Curculionidae)

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

Screening Varietas Padi Lokal Kalimantan Tengah Terhadap Serangan Sitophilus oryzae selama Penyimpanan

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Kerentanan Beras Dari Padi Gogo Lokal Jambi Terhadap Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

Penyimpanan merupakan salah satu tahap penting karena pada periode tersebut bahan (padi) mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

Lampiran 1a. Jumlah total populasi serangga (Nt) Sitophilus zeamais setelah penyimpanan.

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch.

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

KORELASI POPULASI Sitophylus oryzae Linn.(Coleoptera:Curculionidae) DENGAN BEBERAPA FAKTOR PENYIMPANAN BERAS BULOG DI MEDAN

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais )

Utara, Medan, 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan *Corresponding author:

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

KETERTARIKAN HAMA Sitophilus oryzae PADA BERAS, JAGUNG PIPILAN KACANG TANAH, KACANG KEDELAI, DAN KOPRA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA)

HUBUNGAN INTENSITAS SERANGAN DENGAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI

IDENTIFIKASI SERANGGA YANG BERASOSIASI DENGAN BERAS DALAM SIMPANAN

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

BEBERAPA ASPEK BlOLOGl. PADA TlGA VARIETAS KEDELAI

PENGARUH INSEKTISIDA BOTANI BERBENTUK SERBUK BIJI TERHADAP HAMA KUMBANG Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) PADA BENIH KACANG HIJAU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

TATA CARA PENELITIAN

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

Sri Wulandari *, Syahrial Oemry, Yuswani Pangestiningsih. Program Studi Agroekoteknologi,Fakultas Pertanian,USU, Medan ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

HASIL DAN PEMBAHASAN

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

SKRIPSI. Oleh : SAMIWAHYUFIRANALAH F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan Latar Belakang Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Bulog selalu berusaha

EFIKASI SERBUK LADA HITAM DALAM MENGENDALIKAN HAMA Sitophilus zeamais PADA BIJI JAGUNG SELAMA PENYIMPANAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

Kerentanan Jenis Tepung terhadap Infestasi Kumbang Tepung Merah (Tribolium castaneum Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae)

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PEMBERIAN SLUDGE KELAPA SAWIT DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DUA VARIETAS KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)

Transkripsi:

ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 95-101 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.2514 Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras HENDRIVAL 1, RIKA MUETIA 1 1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh Jl. Banda Aceh-Medan, Kampus Utama Reuluet, Muara Batu, Aceh Utara 24355 email: hendrival@unimal.ac.id ABSTRACT The research aims to study the effect of rice storage period against the growth of Sitophilus oryzae population and weight loss characteristics of rice. The rice storage period consists of five levels: rice storage for 40, 60, 80, 100, and 120 days. The results showed that rice storage period affects the growth of S. oryzae population, weight loss characteristics of rice, and the percentage of rice powder. The 120-day storage period may increase S. oryzae populations, weight loss characteristics of rice, and the percentage of rice powder. The relationship between the storage period and the growth of S. oryzae population, weight loss characteristics of rice, and the percentage of rice powder increased linearly. There was a positive and very significant correlation between the rice storage period and the imago of S. oryzae population (r = 0.996 **; P <0.01), weight loss percentage (r = 0.990 **; P <0.01), perforated grain percentage (R = 0.994**; P <0.01), and the percentage of rice powder (r = 0.971**; P <0.01). Keywords: damage in rice, population, Sitophilus oryzae, storage period INTISARI Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh periode penyimpanan beras terhadap pertumbuhan populasi hama S. oryzae dan karakteristik kehilangan bobot beras. Periode penyimpanan beras yang terdiri dari lima taraf yaitu penyimpanan beras selama 40, 60, 80, 100, dan 120 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras mempengaruhi pertumbuhan populasi hama S. oryzae, karakteristik kehilangan bobot beras, dan persentase bubuk beras. Periode penyimpanan selama 120 hari dapat meningkatkan populasi hama S. oryzae, karakteristik kehilangan bobot beras, dan persentase bubuk beras. Hubungan antara periode penyimpanan dengan pertumbuhan populasi hama S. oryzae, persentase kehilangan bobot, persentase beras berlubang, dan persentase bubuk beras meningkat secara linier. Terdapat korelasi positif dan sangat nyata antara periode penyimpanan beras dengan populasi imago S. oryzae (r = 0,996**; P < 0,01), persentase kehilangan bobot (r = 0,990**; P < 0,01), persentase beras berlubang (r = 0,994**; P < 0,01), dan persentase bubuk beras (r = 0,971**; P < 0,01). Kata Kunci: kerusakan beras, periode penyimpanan, populasi, Sitophilus oryzae PENDAHULUAN Proses penyimpanan beras merupakan kegiatan penting dalam tahap pascapanen. Penyimpanan beras dilakukan karena padi dipanen secara musiman, sementara beras dibutuhkan setiap hari. Penyimpanan beras juga penting dilakukan sebagai ketersediaan pangan untuk mengatasi masa-masa sulit seperti terjadinya kekeringan dan banjir yang mengakibatkan gagal panen. Selama proses penyimpanan, beras mengalami penurunan kualitas dan kuantitas (Anggara & Sudarmaji, 2008). Penurunan kuantitas dan kualitas bahan pangan dapat terjadi selama penyimpanan di gudang yang disebabkan oleh serangan serangga hama. Iklim negara Indonesia yang panas dan lembab, merupakan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan serangga hama, sehingga mempercepat proses deteriorasi. Beras yang disimpan di dalam gudang tradisional maupun gudang modern sering mendapat gangguan serangga hama

HENDRIVAL, RIKA MUETIA Biogenesis 96 sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat bahan. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara serangga hama menyerang atau merusak. Apabila serangan serangga hama terus berlanjut maka terjadi penurunan mutu dan menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang disimpan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Lopulalan, 2010). Berbagai jenis serangga hama pascapanen yang menyerang beras di Indonesia yaitu Sitophilus oryzae, S. zeamais, Corcyra cephalonica, Plodia interpunctella, Ephestia elutella, Cryptolestes ferrugineus, dan Oryzaephilus surinamensis (Anggara & Sudarmaji, 2008). Serangga yang banyak merusak terutama dari jenis kumbang (Coleoptera). S. oryzae merupakan jenis serangga hama gudang yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan biji-bijian yang disimpan di daerah tropis (Alonso -Amelot & Avila- Núñez, 2011). S. oryzae tergolong sebagai serangga polifag yang merusak beras, sorgum, gandum, dan jagung di penyimpanan (Longstaff, 1981). S. oryzae tergolong sebagai hama primer yang mampu menyerang biji utuh. Adanya kerusakan yang ditimbulkan serangga ini dapat menguntungkan bagi serangga hama lainnya yang tidak mampu menyerang biji utuh yaitu serangga yang tergolong hama sekunder seperti T. castaneum. Serangga dewasa dan larva S. oryzae merusak bahan pangan dengan memakan karbohidrat dalam butiran biji sehingga terjadi penurunan susut berat pangan dan kontaminasi produk, mengurangi viabilitas benih, menurunkan nilai pasar, dan mengurangi nilai gizi ( Ashamo, 2006). Kerusakan yang disebabkan oleh S. oryzae berkisar antara 10 20% dari keseluruhan produksi (Phillips & Throne, 2010). Kerusakan bahan pangan yang terjadi selama penyimpanan adalah kerusakan fisik, kimia, mekanik, biologi dan mikrobiologi yang akan menurunkan mutu hasil pertanian secara kualitatif maupun kuantitatif. Penyebab kerusakan pasca panen yang paling banyak terjadi karena serangan hama pascapanen (Lopulalan, 2010). Kualitas awal, rentang waktu simpan atau periode penyimpanan, teknik atau metode penyimpanan, dan kondisi gudang penyimpanan berpengaruh terhadap proses alami tersebut (Anggara & Sudarmaji, 2008). Kerugian akibat serangga hama pascapanen dapat dipengaruhi oleh periode penyimpanan yang berasosiasi dengan serangga hama pascapanen ( Tefera et al., 2011). Periode penyimpanan mempengaruhi perkembangan Callosobruchus maculatus dan meningkat persentase kacang Vigna unguiculata yang rusak ( Maina et al., 2011). Populasi imago T. castaneum semakin meningkat dengan bertambahnya lama periode penyimpanan beras ( Dharmaputra et al., 2014). Namun, informasi tentang hubungan antara periode penyimpanan bahan pangan dengan infestasi serangga hama pascapanen seperti S. oryzae terhadap pertumbuhan populasi serangga hama pascapanen dan karakteristik kehilangan bobot dari bahan pangan masih sedikit. Penelitian tentang hubungan periode penyimpanan beras terhadap pertumbuhan populasi hama S. oryzae dan karakteristik kehilangan bobot beras perlu dilakukan untuk menduga kerusakan beras selama penyimpanan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh periode penyimpanan beras terhadap pertumbuhan populasi hama S. oryzae dan karakteristik kehilangan bobot beras. METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan periode penyimpanan beras yaitu penyimpanan beras selama 40, 60, 80, 100, dan 120 hari. Setiap perlakuan dengan tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan unit percobaan. Pembiakan S. oryzae. Tujuan pembiakan S. oryzae adalah untuk memperoleh keturunan dari koloni imago dari S. oryzae dalam jumlah yang banyak dan umur yang seragam. Pembiakkan serangga S. oryzae dilakukan pada wadah stoples dengan kapasitas 1 kg

Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 97 yang berisikan beras merah sebanyak 500 g. Beras merah yang digunakan untuk pembiakan S. oryzae disimpan selama satu minggu sebelum digunakan untuk menghindari munculnya serangga lain. Imago S. oryzae yang diperoleh dari gudang penggilingan padi diinfestasi ke dalam wadah stoples pembiakan dengan tingkat populasi 200 ekor imago S. oryzae dalam 500 g makanan. Wadah plastik pembiakan memiliki ukuran tinggi 12 cm dan diameter 15 cm yang dilengkapi dengan tutup yang dilubangi dan diberi kain kasa untuk aerasi. Wadah-wadah pemeliharaan yang telah berisi S. oryzae dan pakan diletakkan pada ruangan pemeliharaan di laboratorium. Pembiakan S. oryzae dilakukan selama empat minggu yang disesuaikan dengan siklus hidupnya dari peletakkan telur hingga keluarnya imago generasi pertama (F1). Setelah masa infestasi selesai, dilakukan pengayakan untuk memisahkan 200 ekor imago S. oryzae media makanan. Pengayakan dilakukan untuk memisahkan imago S. oryzae awal. Media makanan tersebut diinkubasikan kembali sampai muncul imago S. oryzae generasi pertama (F1). Imago S. oryzae awal tersebut diinfestasi ke dalam wadah stoples pembiakan yang berisikan media makanan yang baru untuk pemeliharaan selanjutnya. Pengayakan pada media makanan yang lama dilakukan secara berulang setiap hari hingga didapatkan jumlah imago S. oryzae yang diinginkan dengan umur yang diketahui. Imago S. oryzae yang digunakan adalah imago yang berumur 7 15 hari karena telah mencapai kedewasaan kawin dan dapat memproduksi telur secara maksimal. Infestasi imago S. oryzae. Infestasi imago S. oryzae menggunakan jenis makanan yang sama yaitu beras putih dari Varietas Ciherang dengan 100% utuh dan baru. Pemilihan beras dari Varietas Ciherang untuk penelitian karena varietas tersebut mendominasi areal pertanaman padi di Propinsi Aceh. Beras putih dari Varietas Ciherang yang akan digunakan disimpan selama satu minggu sebelum digunakan untuk menghindari munculnya serangga lain. Beras yang digunakan dalam penelitian sebanyak 250 g dengan 100% utuh dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan ukuran tinggi 12 cm dan diameter 15 cm. Pada tutup wadah plastik diberi lubang aerasi dengan ukuran 4 cm x 4 cm yang dilapisi kain kasa. Imago S. oryzae yang berumur 7 15 hari dari hasil pembiakan diinfestasikan secara terpisah dengan tingkat kepadatan 10 pasang imago ke dalam 250 g beras. Pengenalan imago jantan dan betina dari S. oryzae pada stadia imago. Beras yang telah diinfestasikan dengan imago S. oryzae disimpan berdasarkan waktu penyimpanan pada kondisi laboratorium. Populasi imago S. oryzae. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago S. oryzae berdasarkan periode penyimpanan yaitu penyimpanan selama 40, 60, 80, 100, dan 120 hari. Penghitungan populasi imago S. oryzae dilakukan pada beras sebanyak 250 g. Beras dalam wadah penelitian terlebih dahulu diaduk hingga diperkirakan imago-imago tersebut terdistribusi secara merata di dalam wadah plastik. Karakteristik kehilangan bobot. Pengukuran karakteristik kehilangan bobot meliputi persentase kehilangan bobot dan persentase beras berlubang. Pengamatan karakteristik kehilangan bobot dilakukan pada akhir penelitian. Karakteristik kehilangan bobot merupakan salah satu parameter dalam melihat tingkat kerusakan dalam bahan pangan biji-bijian seperti beras. Aktivitas makan dari S. oryzae pada beras dengan cara menggerek atau melubangi beras. Penghitungan karakteristik kehilangan bobot beras dilakukan pada sampel beras sebanyak 20 g. Beras dalam wadah penelitian terlebih dahulu diaduk hingga beras utuh dan beras berlubang terdistribusi secara merata di dalam wadah penelitian. Persentase kehilangan bobot beras dan persentase beras berlubang selama penyimpanan dihitung menggunakan rumus berikut. Kehilangan bobot = (U Nd) (D Nu) (U N) Keterangan: U = bobot fraksi beras utuh (g) D = bobot fraksi beras berlubang (g) 100%

HENDRIVAL, RIKA MUETIA Biogenesis 98 Nu = jumlah fraksi beras utuh Nd = jumlah fraksi beras berlubang N = jumlah beras sampel Beras berlubang = N d N 100% Keterangan: Nd = jumlah fraksi beras berlubang N = jumlah beras sampel Persentase fraksi bubuk ( frass). Bubuk merupakan hasil samping dari beras yang sudah mengalami kerusakan atau berlubang akibat dari aktivitas makan hama pascapanen beras tersebut. Di dalam bubuk juga terkandung kotoran (feces) hama pascapanen. Untuk menghitung bubuk yang timbul, masing-masing beras dalam wadah penelitian diayak dengan saringan untuk memisahkan antara beras dan bubuk yang ada. Penghitungan persentase fraksi bubuk dilakukan pada akhir penelitian. Penghitungan persentase fraksi bubuk menggunakan rumus berikut. Bubuk beras = Bobot bubuk Bobot beras awal 100% Analisis Data. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Untuk membandingkan rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 0,05. Hubungan periode penyimpanan beras dengan populasi imago S. oryzae, karakteristik kehilangan bobot, dan persentase bubuk beras ditentukan dengan menggunakan analisis regresi. Untuk mengukur kekuatan hubungan tersebut ditentukan dengan menggunakan analisis korelasi. HASIL Populasi hama S. oryzae. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras berpengaruh sangat nyata terhadap populasi imago S. oryzae (F = 585,99; db = 4; P < 0,0001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras mempengaruhi pertambahan populasi hama pascapanen. Beras yang disimpan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan peningkatan populasi hama pascapanen seperti S. oryzae. Penyimpanan beras selama 120 hari dapat meningkatkan populasi hama pascapanen mencapai 1298,33 imago dan berbeda nyata dibandingkan periode penyimpanan lainnya. Periode penyimpanan beras selama 60 sampai 100 hari menyebabkan peningkatan populasi berkisar antara 372,33 sampai 1058,67 imago. Penyimpanan beras dalam jangka waktu yang singkat yaitu 40 hari menyebabkan peningkatan populasi mencapai 179,33 imago (Gambar 1). Populasi imago S. oryzae (imago/250 g) 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1298,33 a 1058,67 b 756,33 c 372,33 d 179,33 e 40 60 80 100 120 Periode penyimpanan (hari) Gambar 1. Pengaruh periode penyimpanan terhadap pertumbuhan populasi imago S. oryzae Karakteristik kehilangan bobot. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kehilangan bobot ( F =

Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 99 62,77; db = 4; P < 0,0001) dan persentase beras berlubang ( F = 759,77; db = 4; P < 0,0001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras mempengaruhi persentase kehilangan bobot dan persentase beras berlubang akibat serangan hama pascapanen. Periode penyimpanan beras dalam waktu yang lama dapat meningkatkan persentase kehilangan bobot dan persentase beras berlubang. Periode penyimpanan beras selama 120 hari menyebabkan persentase kehilangan bobot mencapai 24,59% dan berbeda nyata dibandingkan dengan periode penyimpanan lainnya. Persentase kehilangan bobot pada periode penyimpanan beras selama 80 dan 100 hari mencapai 16,55% dan 19,33%, sedangkan pada periode penyimpanan 60 hari mencapai 13,74%. Persentase kehilangan bobot beras paling rendah dijumpai pada periode penyimpanan 40 hari yaitu 10,67%. Persentase beras berlubang paling tinggi dijumpai pada periode penyimpanan beras selama 120 hari yaitu 53,39% dan berbeda nyata dibandingkan dengan periode penyimpanan lainnya. Persentase beras berlubang pada periode penyimpanan 80 dan 100 hari mencapai 41,40% dan 48,98% yang tidak berbeda nyata pada kedua periode penyimpanan. Persentase beras berlubang pada periode penyimpanan 60 hari mencapai 34,48%. Persentase beras berlubang paling rendah dijumpai pada periode penyimpanan 40 hari yaitu 21,51% (Tabel 1). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin lama periode penyimpanan beras menyebabkan semakin tinggi karakteristik kehilangan bobot pada beras akibat serangan hama S. oryzae. Tabel 1. Pengaruh periode penyimpanan beras terhadap karakteristik kehilangan bobot dan persentase bubuk beras akibat serangan hama S. oryzae Periode penyimpanan Karakteristik kehilangan bobot Persentase bubuk Persentase Persentase beras beras kehilangan bobot berlubang Periode penyimpanan 40 hari 10,67 e 21,51 e 0,58 e Periode penyimpanan 60 hari 13,74 d 34,48 d 1,47 d Periode penyimpanan 80 hari 16,55 c 41,40 c 3,39 c Periode penyimpanan 100 hari 19,33 b 48,98 b 7,03 b Periode penyimpanan 120 hari 24,59 a 59,39 a 10,78 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0,05 Persentase Bubuk Beras. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa periode penyimpanan beras berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bubuk beras ( F = 3942,12; db = 4; P < 0,0001). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persentase bubuk beras atau frass paling banyak dijumpai pada periode penyimpanan beras selama 120 hari yaitu 10,78% dan paling rendah dijumpai pada periode penyimpanan selama 40 hari yaitu 0,58%. Persentase bubuk beras pada penyimpanan beras selama 100 hari mencapai 7,03% yang berbeda nyata dengan periode penyimpanan beras selama 60 dan 80 hari. Persentase bubuk beras pada periode penyimpanan selama 60 dan 80 hari lebih tinggi dibandingkan dengan periode penyimpanan 40 hari yang mencapai 1,47 dan 3,39% (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa parameter regresi berbeda nyata berdasarkan uji F ( populasi imago S. oryzae: F = 334,92; db = 1; P < 0,0001; persentase kehilangan bobot: F = 153,42; db = 1; P < 0,001; persentase beras berlubang: F = 233,92; db = 1; P < 0,001; dan persentase bubuk beras: F = 49,14; db = 1; P < 0,006) yang mengindikasikan bahwa periode penyimpanan beras dapat mempengaruhi populasi imago S. oryzae (y = -436,73+14,62x), persentase kehilangan bobot (y = 3,61+0,17x), persentase beras berlubang (y = 5,67+0,44x), dan persentase bubuk beras (y = -5,73+0,13x). Berdasarkan hasil analisis

HENDRIVAL, RIKA MUETIA Biogenesis 100 regresi yang diperoleh diketahui bahwa hubungan antara periode penyimpanan dengan pertumbuhan populasi hama S. oryzae, persentase kehilangan bobot, persentase beras berlubang, dan persentase bubuk beras meningkat secara linier. Peningkatan populasi imago S. oryzae menyebabkan peningkatan karakteristik kehilangan bobot beras dan persentase beras berlubang selama beras disimpan dalam jangka waktu 120 hari. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara periode penyimpanan beras dengan populasi imago S. oryzae (r = 0,996**; P < 0,01), persentase kehilangan bobot ( r = 0,990**; P < 0,01), persentase beras berlubang ( r = 0,994**; P < 0,01), dan persentase bubuk beras ( r = 0,971**; P < 0,01). Korelasi antar karakter ini menunjukkan bahwa semakin lama periode penyimpanan beras dapat meningkatkan populasi imago S. oryzae, persentase kehilangan bobot, persentase beras berlubang, dan persentase bubuk beras. PEMBAHASAN Populasi hama pascapanen mengalami peningkatan yang tinggi pada periode penyimpanan 80 sampai 120 hari dibandingkan dengan penyimpanan kurang dari 80 hari. Periode penyimpanan yang lama akan memberikan hama pascapanen cukup waktu untuk berkembang biak secara luas sehingga meningkatkan populasinya. Populasi hama S. oryzae pascapanen mengalami peningkatan dengan semakin lama periode penyimpanan beras. Hasil penelitian yang sama juga dikemukakan oleh Maina et al. (2011) yaitu peningkatan populasi C. subinnotatus terjadi dengan meningkatnya periode penyimpanan kacang dan Tafera et al. (2011) yaitu peningkatan populasi Prostephanus truncatus dan Sitophilus zeamais juga terjadi dengan meningkatnya periode penyimpanan jagung. Begitu pula hasil penelitian Dharmaputra et al. (2014) menunjukkan bahwa populasi imago T. castaneum semakin meningkat dengan bertambahnya periode penyimpanan beras. Persentase kehilangan bobot dan beras berlubang merupakan parameter yang digunakan untuk melihat tingkat kerusakan dalam biji-bijian yang disimpan. Serangan S. oryzae menyebabkan kerusakan pada bahan pangan yang gejalanya dapat terlihat antara lain dengan adanya lubang gerek, lubang keluar ( exit holes), garukan pada butir beras serta timbulnya gumpalan ( webbing), bubuk (dust powder) dan adanya kotoran ( feces). Hama S. oryzae lebih menyukai beras dan gandum dibandingkan jagung. Beras merupakan makanan yang paling disukai oleh imago betina S. oryzae berkaitan dengan perilaku peletakan telur dibandingkan gandum dan jagung (Subedi et al., 2009). Persentase kehilangan bobot dan beras berlubang meningkat tajam selama proses penyimpanan beras. Hasil penelitian Tafera et al. (2011) mengungkapkan bahwa kerusakan gandum akibat serangan S. zeamais mengalami peningkatan selama periode penyimpanan gandum. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Keskin & Ozkaya (2015), kerusakan gandum akibat serangan S. granarius dipengaruhi oleh periode penyimpanan gandum. Kerusakan gandum banyak terjadi pada saat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Fraksi bubuk yang terbentuk dari hancuran beras yang menjadi rapuh selama penyimpanan akibat konsumsi beras oleh S. oryzae. Pembentukan frass membuat beras menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi dan meningkatkan kadar air beras. Serangan hama S. granarius pada gandum mengakibatkan terbentuknya bubuk dari hancuran gandum. Bubuk gandum yang dihasilkan mengalami penurunan kandungan protein dan lemak. Produksi bubuk juga dipengaruhi oleh periode penyimpanan gandum. Penyimpanan gandum dalam jangka waktu yang lama menyebabkan peningkatan produksi bubuk sebagai bentuk kerusakan gandum akibat serangan hama S. granarius (Keskin & Ozkaya, 2015). Kerusakan beras meliputi penurunan berat beras, kandungan nutrisi, dan dan kerugian ekonomi seperti penurunan pendapatan petani. Kerusakan beras akibat serangan S. oryzae dipengaruhi oleh waktu

Vol 4, Desember 2016 Biogenesis 101 penyimpanan dan populasi S. oryzae selama penyimpanan beras. Populasi imago S. oryzae memiliki korelasi positif dengan kerusakan gandum (Khan et al., 2014). Beras yang sudah terserang S. oryzae dalam populasi rendah tetap disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan beras yang tinggi. Hama S. oryzae memiliki kekhususan makanan pada beras dan paling dominan menimbulkan kerusakan pada beras. Pengetahuan periode penyimpanan beras yang berdampak terhadap perkembangan populasi S. oryzae dan kerusakan beras dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi masyarakat untuk tidak menyimpan beras jangka waktu yang lama. KESIMPULAN Periode penyimpanan beras mempengaruhi pertumbuhan populasi hama S. oryzae dan kerusakan beras. Periode penyimpanan selama 120 hari dapat meningkatkan populasi hama S. oryzae, karakteristik kehilangan bobot beras, dan persentase bubuk beras. DAFTAR PUSTAKA Anggara AW dan Sudarmaji. 2008. Hama Pascapanen padi dan pengendaliannya. Di dalam: Darajat AA, Setyono A, Makarim AK, and Hasanuddin A. (eds.). Padi: inovasi Teknologi Produksi. Jakarta: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. LIPI Press. hlm. 441 472. Alonso-Amelot ME and Avila-Núñez JL. 2011. Comparison of seven methods for stored cereal losses to insects for their application in rural conditions. Journal of Stored Products Research. vol 47: 82 87. Ashamo MO. 2006. Relative susceptibility of some local and elite rice varieties to the rice weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae). Journal of Food, Agriculture & Environment. vol 4(1): 249 252. Dharmaputra OS, Halid H, dan Sunjaya. 2014. Serangan Tribolium castaneum pada beras di penyimpanan dan pengaruhnya terhadap serangan cendawan dan susut bobot. Jurnal Fitopatologi Indonesia. vol 10(4): 126 132. Keskin S and Ozkaya, H. 2015. Effect of storage and insect infestation on the technological properties of wheat. CyTA Journal of Food. vol 13(1): 134 139. Khan K, Khan GD, Din S, Khan SA, and Ullah W. 2014. Evaluation of different wheat genotypes against rice weevil (Sitophilus oryzae (L.) (Coleopteran: Curculionidae). Journal of Biology, Agriculture and Healthcare. vol 4(8): 85 89. Longstaff BC. 1981. Biology of the grain pest species of the genus Sitophilus (Coleoptera: Curculionidae): a critical review. Protection Ecology. vol 2: 82 130. Lopulalan CGC. 2010. Analisa ketahanan beberapa varietas padi terhadap serangan hama gudang ( Sitophilus zeamais Motschulsky). Jurnal Budidaya Pertanian. vol 6(1): 11 16. Maina YT, Degri MM, and Sharah HA. 2011. Effects of population density and storage duration on the development of Callosobruchus subinnotatus in stored bambara groundnut ( Vigna subterranean (L.) Verdcourt). Journal of Environmental Issues and Agriculture in Developing Countries. vol 3(3): 70 75. Phillips TW and Throne JE. 2010. Biorational approaches to managing stored product. Annual Review of Entomology. vol 55: 375 397. Subedi S, GC YD, Thapa RB, and Rijal JP. 2009. Rice weevil ( Sitophilus oryzae L.) host preference of selected stored grains in Chitwan Nepal. Journal of the Institute of Agriculture and Animal Science. vol 30: 151 158. Tefera T, Mugo S, and Likhayo P. 2011. Effects of insect population density and storage time on grain damage and weight loss in maize due to the maize weevil Sitophilus zeamais and the larger grain borer Prostephanus truncates. African Journal of Agricultural Research. vol 6(10): 2249 2254.