IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SPONS Hyrtios erecta TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina L.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam spons Clathria (Thalysias) sp,

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi, sedangkan penelitian eksperimental meliputi uji toksisitas dan

TOKSISITAS ISOLAT DARI EKSTRAK METANOL SPONS Clathria (Thalysias) sp TERHADAP LARVA Artemia salina L.

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ISOLASI SENYAWA GOLONGAN TRITERPENOID DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK N-HEKSANA BATANG PRANAJIWA

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

UJI TOKSISITAS METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK n-heksan DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) TERHADAP Artemia salina Leach A B S T R A K

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN Nerium oleander

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I W. G. Gunawan*, Oka Ratnayani, dan I Putu Gede Suwindra Putra

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB 3 METODE PENELITIAN

UJI FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL TANAMAN KESEMBUKAN (Paederia foetida Linn.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA TOKSIK DARI DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) I G. A. Gede Bawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DARI DAUN TURI (Sesbania grandiflora Pers)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Uji Toksisitas Ekstrak Batang Pinang Yaki (Areca vestiaria) pada Artemia salina Leach.

AKTIVITAS ANTIKANKER ISOLAT TOKSIK DARI EKSTRAK METANOL SPONS GENUS Haliclona Grant, 1836 TERHADAP SEL HELA

UJI TOKSISITAS TERHADAP FRAKSI-FRAKSI DARI EKSTRAK DIKLORMETANA BUAH BUNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) EKSTRAK DAN ISOLAT FRAKSI KLOROFORM DARI DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lamk.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DARI SPON LAUT Petrosia sp. DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL : BUAH, BIJI, DAUN MAKUTADEWA

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

KAJIAN FITOKIMIA DAN TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN PINANG YAKI Areca Vestiaria Giseke

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C. UJI FITOKIMIA KULIT BUAH Bruguiera gymnorrhiza

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA KULIT BATANG TUMBUHAN CERIA (Baccaurea hookeri)

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan dan Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Transkripsi:

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Volume 2, Nomor, Mei 2 IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SPONS Hyrtios erecta TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina L. Rr. Anisa Hernindya *), I Made Dira Swantara,2, Ni Made Suaniti,2 Magister Kimia Terapan,Pascasarjana Universitas Udayana, Jl.PB.Sudirman, Denpasar, Indonesia 2 Jurusan Kimia FMIPA,Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Denpasar,Telp (6)77, Indonesia *anisahernindya@hotmail.com ABSTRAK: Spons merupakan biota laut paling dominan dalam filum Porifera yang memiliki potensi biologis sebagai antikanker. Telah dilakukan identifikasi dan uji toksisitas pada ekstrak etanol Spons H. erecta menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan bioindikator larva udang Artemia salina Leach. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak etanol Spons H. erecta sebagai antikanker. Partisi dari,8 gram ekstrak etanol menggunakan n-heksan, kloroform, dan air kemudian diuapkan menghasilkan ekstrak n-heksan sebanyak, gram, ekstrak kloroform sebanyak,6 gram, dan ekstrak air sebanyak 9,2 gram. Hasil uji toksisitas menunjukkan ekstrak n-heksan memiliki toksisitas paling tinggi dengan nilai LC 6,22 ppm. Selanjutnya dilakukan pemisahan dan pemurnian dengan kromatografi kolom menggunakan eluen n-heksan: kloroform (2:8) sehingga menghasilkan empat fraksi yaitu F A, F B, F C, dan F D. Uji toksisitas pada semua fraksi menunjukkan bahwa fraksi C (F C ) adalah yang paling toksik dengan LC, ppm dan berdasarkan uji fitokimia diduga merupakan gabungan senyawa alkaloid, steroid dan polifeniol. Kata kunci: Spons Hyrtios erecta, uji toksisitas, Artemia salina Leach. ABSTRACT: Sponges are the most dominant marine life in the phylum Porifera which have biological activities as anticancer. Identification and the toxicity test of ethanol extract of H. erecta sponges using Brine Shrimp Lethality Test ( BSLT ) with bio-indicators of Artemia salina Leach has been conducted. The purpose of this study was to determine the level of toxicity of the ethanol extract of H. erecta sponges as anticancer. Partition of,8 grams of ethanol extract using n-hexane, chloroform, and water followed by evaporation leaved n- hexane extracts, chloroform extract, and water extract of, grams,,6 grams, and 9,2 grams, respectively. The results of toxicity tests showed that n-hexane extract has the highest toxicity with LC value of 6,22 ppm. The n-hexane extract were then separated by column chromatography using n-hexane: chloroform (2:8) as eluent and fractions (F A, F B, F C, and F D ) were obtained. The toxicity tests of all the fractions showed that fraction C (F C ) was the most toxic with LC, ppm. Based on the phytochemical tests the active compounds were suspected to be a combination of alkaloid, steroid and polyphenols. Keywords: H. Erecta sponge, toxicity test, Artemia salina Leach.. PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia dan juga didukung kenyataan bahwa laut Indonesia memiliki hamparan terumbu karang terluas di dunia, yaitu.2 km 2 atau sekitar 7,9% dari luas seluruh terumbu karang di dunia dan kedudukannya merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia []. Diperkirakan lebih dari. spesies biota laut memiliki potensi sebagai penghasil bahan obat-obatan, sementara yang dimanfaatkan baru sekitar. spesies []. Spons laut merupakan hewan yang paling dominan dalam filum Porifera. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spons laut memiliki golongan senyawa 2

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 22-727 Volume 2, Nomor, Mei 2 kimia antara lain alkaloid, terpenoid, fenol, peptida, steroid dan poliketida [7]. Oleh karena itu saat ini mulai banyak dilakukan penelitian tentang bahan obat yang berasal dari spons laut, salah satunya adalah spons jenis Hyrtios erecta. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas biologis yang dimiliki oleh spons dari jenis Hyrtios erecta (H. erecta). Dua alkaloid baru yaitu hyrtiosins A dan B telah diisolasi dari H.erecta. Penelitian menyebutkan bahwa H. erecta mengadung beberapa senyawa aktif, seperti spongistatin yang merupakan senyawa antikanker, -oxopupeheonol yaitu sebagai penghambat sel kanker dan malaria, sesterpen yang menghambat sel leukemia, dan dipupehedion sebagai penghambat sel kanker []. Senyawa bioaktif yang akan digunakan sebagai produk farmasi untuk antikanker harus diuji bioaktivitasnya terlebih dahulu. Salah satu metode uji sitotoksisitas adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang dapat digunakan untuk praskrining terhadap senyawa- senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antikanker [6] dan [8]. Bioindikator yang digunakan uji toksisitas tersebut adalah larva udang Artemia salina Leach. Toksisitas yang tinggi dari senyawa uji sangat berkorelasi dengan aktivitas senyawa sebagai antikanker []. Pada uji pendahuluan telah dilakukan uji toksisitas ekstrak etanol dan diklorometana (DCM) spons H. erecta terhadap larva Artemia salina L. Berdasarkan uji toksisitas tersebut diperoleh nilai LC ekstrak etanol dan DCM berturut- turut adalah 2, ppm (toksik) dan ppm (tidak toksik). Dengan demikian, pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina Leach pada isolat yang difraksinasi dari ekstrak etanol spons Hyrtios erecta. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spons H. erecta, larva (Artemia salina Leach), metanol teknis, metanol p.a, etanol p.a, diklorometana teknis, n-heksan teknis, n- heksan p.a, etilasetat teknis,etil asetat p.a, silika gel GF 2, silika gel 6, DMSO, asam asetat anhidrat, NaOH %, asam sulfat pekat, asam klorida pekat, kalium iodida, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, dan besi (III) klorida. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat gelas, neraca analitik, blender, pisau, penguap putar vakum, lampu UV, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, desikator, tabung reaksi, plat tetes, bak kaca/akuarium, plastik hitam, pipet tetes, dan pipet mikro dengan berbagai ukuran. 2.2 Metode Ekstraksi dan Fraksinasi Spons H. erecta diperoleh dari perairan Raja Ampat, Papua yang tumbuh di dasar laut dengan kedalaman 8 meter dari permukaan. Sebanyak gram spons H. erecta dicuci bersih, dihaluskan dengan blender dan direndam dengan etanol selama x2 jam. Filtrat dikumpulkan dan dievaporasi sehingga didapat ekstrak pekatnya. Sebanyak,8 gram ekstrak etanol dilarutkan dalam campuran etanol dan air (:7), dipartisi dengan n-heksan dan kloroform, kemudian dievaporasi sehingga didapatkan ekstrak pekat n-heksan sebanyak, g, ekstrak pekat kloroform,6 g, dan ekstrak pekat air 9,2 g. Ketiga ekstrak diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L. Fraksi yang paling toksik dilanjutkan untuk dipisahkan dan dimurnikan. 2. PERCOBAAN 2. Bahan dan Peralatan Pemisahan dan Pemurnian 26

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 22-727 Volume 2, Nomor, Mei 2 Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi kolom. Kromatografi kolom dilakukan menggunakan fasa diam silika gel 6 (7-2 mesh ASTM). Eluen yang digunakan pada kromatografi kolom adalah n-heksan : kloroform (2:8). Kemudian isolat hasil kolom diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L. Fraksi yang paling toksik diidentifikasi kandungan senyawanya melalui uji fitokimia. Uji Toksisitas terhadap Larva A. salina Uji toksisitas dengan larva A. salina Leach mengikuti metode Meyer (982). Media untuk larva dibuat dengan menyaring air laut secukupnya. Air laut dimasukkan dalam akuarium yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu satu bagian dibuat gelap dengan cara ditutup dengan kertas hitam dan bagian yang lain dibiarkan terbuka. Telur A. salina diletakkan secukupnya pada bagian yang gelap dan dibiarkan selama 8 jam sehingga telur menetas. Seberat 2 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 ml pelarut. Larutan diambil sebanyak µl, µl, dan µl, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan pelarutnya diuapkan. Setelah kering, maka ke dalam masing-masing tabung reaksi tadi ditambahkan µl dimetilsulfoksida, ml air laut, dan ekor larva udang. Kemudian ditambahkan air laut sampai volumenya ml sehingga dicapai konsentrasi ekstrak ppm, ppm, dan ppm. Konsentrasi ppm juga dibuat sebagai kontrol tanpa penambahan ekstrak. Masing-masing tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil yang berlubang kecil-kecil. Setelah 2 jam, dilakukan pengamatan terhadap kematian larva Artemia salina. Jumlah larva yang mati dicatat, kemudian dilakukan analisis data untuk mencari konsentrasi kematian (LC ). Identifikasi Isolat Toksik Dengan Uji Fitokimia Identifikasi senyawa pada isolat toksik relatif murni dilakukan dengan uji golongan senyawa kimia (uji fitokimia). Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi pendeteksi golongan senyawa [2], meliputi : a. Flavonoid -Tes dengan NaOH %,2 g sampel + beberapa tetes pereaksi NaOH %, reaksi positif apabila terjadi perubahan warna menjadi coklat. b. Alkaloid -Tes Dragendorff,2 g sampel + HCl, N + beberapa tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif apabila terdapat endapan warna merah. c. Triterpenoid dan Steroid - Tes Liebermann-Burchard,2 g sampel + pereaksi Liebermann- Burchard, reaksi positif apabila terjadi perubahan warna menjadi ungu-merahcoklat untuk triterpenoid dan warna biruhijau untuk steroid. d. Saponin,2 g sampel + ml H 2 O panas, reaksi positif bila terbentuk busa stabil kira-kira detik setelah dikocok kuat-kuat dan tidak hilang bila ditambahkan asam klorida encer. e. Polifenol,2 g sampel + beberapa tetes pereaksi FeCl %, reaksi positif apabila terjadi perubahan warna menjadi ungu, biru atau hitam yang kuat.. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sebanyak,8 g ekstrak kental etanol dilarutkan dengan etanol : air (:7) sebanyak 2 ml, kemudian dipartisi dengan n-heksan berulang-ulang x ml. Fraksi n-heksan dipisahkan dan dievaporasi sehingga menghasilkan, g ekstrak n-heksana yang berwarna kuning pekat. Ekstrak etanol-air diuapkan etanolnya, kemudian dipartisi dengan kloroform sebanyak x ml dan dipisahkan sehingga menghasilkan ekstrak 27

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 22-727 Volume 2, Nomor, Mei 2,6 gram kloroform dan 9,2 gram ekstrak air. Berdasarkan berat ekstrak dapat dilihat bahwa senyawa yang terkandung lebih banyak terikat pada pelarut polar. Ekstrak pekat n-heksan, kloroform, dan air kemudian diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L. Nilai uji toksisitas menunjukkan ekstrak n-heksan, kloroform, dan air tergolong toksik (LC < ppm) dan ekstrak n- heksan memiliki toksisitas paling tinggi dengan nilai LC 6,22 ppm. Ekstrak n- heksan selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan dengan kromatografi kolom. Nilai toksisitas ketiga fraksi ini cenderung menurun jika dibandingkan dengan ekstrak etanol, hal ini disebabkan senyawasenyawa toksik yang terkandung di masing-masing fraksi bekerja sinergis sehingga ekstrak etanol yang belum difraksinasi memiliki toksisitas lebih tinggi. Hasil uji toksisitas ditunjukkan pada Tabel. Tabel. Hasil Uji Toksisitas ekstrak n-heksan, kloroform, dan air spons H.erecta terhadap Larva Artemia salina L. Fraksi C n-heksan Kloroform Air Larva yang mati 2 9 8 2 7 8 9 % Mortalitas 7 8 22 62 7 7 LC 6,22,8 6,68 Pemisahan dan Pemurnian Proses kromatografi kolom ini menggunakan kolom dengan panjang cm, diameter 2 cm. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 6 sebanyak 7 gram, fase gerak yang digunakan adalah campuran pelarut n-heksan dan kloroform (2:8), sedangkan sampel ekstrak n-heksan yang digunakan sebanyak,2 gram. Eluat ditampung setiap ml dan dihasilkan 77 botol eluat. Semua eluat dideteksi pola nodanya pada kromatografi lapis tipis. Eluat dengan pola noda yang sama digabungkan sehingga menghasilkan empat fraksi F A, F B, F C, dan F D. Namun hanya fraksi yang bisa dilanjutkan untuk diuji toksisitasnya yaitu F A, F C, dan F D. Fraksi B tidak dapat dilanjutkan karena jumlahnya tidak mencukupi untuk pengujian selanjutnya. Hasil uji toksisitas ditunjukkan pada Tabel 2. Dari ketiga fraksi yang diuji, fraksi C memiliki toksisitas paling tinggi dengan nilai LC sebesar, ppm. Fraksi C selanjutnya diidentifikasi kandungan senyawanya dengan uji fitokimia. 28

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 22-727 Volume 2, Nomor, Mei 2 Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas Fraksi Hasil Kromatografi Kolom terhadap Larva Artemia salina L. Fraksi C F A F C F D Larva yang mati 2 9 6 2 2 % Mortalitas 7 2 62 8 LC 79,2, 6,9 Identifikasi Isolat Spons (F C ) dengan Uji Fitokimia Fraksi C spons H.erecta diidentifikasi senyawanya secara fitokimia. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi C mengandung senyawa golongan alkaloid, steroid, dan polifenol. Hasil skrining fitokimia disajikan pada Tabel. Tabel. Uji Fitokimia untuk Fraksi C Uji Fitokimia Perubahan Warna Kesimpulan Alkaloid Pereaksi Dragendorff Endapan Merah Positif Alkaloid Flavonoid NaOH % H 2 SO % Tidak ada perubahan Tidak ada Perubahan Negatif Flavonoid Negatif Flavonoid Triterpenoid/Steroid Libermann- Burchard Hijau Positif Steroid Polifenol FeCl % Hitam Positif Polifenol Saponin Uji busa + HCl 2% Tidak ada perubahan Negatif Saponin 29

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 22-727 Volume 2, Nomor, Mei 2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:. Isolat F C yang diperoleh dari kromatografi kolom fraksi n-heksan, ekstrak etanol spons H. erecta bersifat toksik terhadap larva Artemia salina L. dengan nilai LC, ppm. 2. Hasil uji fitokimia Isolat F C diduga mengandung senyawa alkaloid, steroid, dan polifenol.. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dosendosen penguji diantaranya Dra. Ni Made Puspawati, M.Phil. PhD., Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. dan Dr. Drs. Manuntun Manurung, M.S. serta semua pihak yang telah membantu penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA [] Dahuri, R. 2. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [2] Harborne, J.B., 987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung. [] Maraskuranto, E. 2. Kajian Bioprospeksi Spons Laut Asal Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Dan Implikasi Pengelolaannya. Institut Pertanian Bogor. [] Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jacobsen, L.B., Nichols, D.E., dan McLaughin, J.L., 982, Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Lant Constituents. Planta Medica, : -. [] Pettit, G. R. 996. J. Nat. Prod., 9, 82-82. [6] Sukardiman, Rahman A, Pratiwi FN. 2. Uji Praskrining Aktivitas Antikanker Ekstrak Eter dan Ekstrak Metanol Marchantia cf. planiloba Steph. [7] Thakur, NL., dan Muller, WEG. 2. Biotechnological Potential of Marine Sponges. Current Science: June 2 [8] Widyastuti, S. 28. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Iprih (Ficus Glabella Blume) Terhadap Artemia salina Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah.