BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

HUBUNGAN AKSEPTOR KB HORMONAL DENGAN KEJADIAN AMENORRHEA DI PUSKESMAS BOJONG KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung hormon sehingga aman dipakai siapa saja yang ingin memilihnya. Estrogen dalam kontrasepsi bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium, menghambat perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara membuat lendir serviks lebih kental, hingga penetrasi, dan transportasi sperma menjadi sulit, menghambat kapasitas sperma, perjalanan ovum dalam tuba, implantasi dan menghambat ovulasi. Pada kegagalan ovarium prematur indung telur tidak berfungsi dengan normal dimana tidak dapat lagi memproduksi hormonhormon untuk proses ovulasi sehingga diharuskan untuk pengangkatan rahim sehingga akan mempengaruhi kadar estrogen yang menurun secara mendadak dan terjadi menopause sebelum waktunya. Pemakaian kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi hormonal bisa mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Semua organ tubuh wanita yang berada dibawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi perubahan- 1

2 perubahan tertentu, tergantung pada dosis, jenis hormon, dan lama penggunaan. Usia saat seorang wanita memasuki menopause masih menjadi perdebatan sengit, tapi sebagai pegangan beberapa ahli di bidang menopause memberi batasan umur Seorang wanita memasuki atau mengalami menopause bila yang bersangkutan tidak menstruasi lagi dalam rentang waktu 12 bulan. Usia perempaun yang memasuki masa menopause berkisar antara 50 55 tahun. Sedangkan menurut Rachman dalam Kasdu (2003) usia perempuan yang memasuki menopause terjadi pada umur 48-50 tahun. Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta perempuan di seluruh dunia akan memasuki masa menopause. Perempuan yang berusia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat jumlahnya dari yang saat ini berjumlah 500 juta di seluruh dunia, akan menjadi lebih dari satu miliar pada 2030. (Hill K, 1996). Menurut Depkes RI (2009) wanita Indonesia yang memasuki masa menopause tahun 2002 sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk. Menurut proyeksi penduduk indonesia tahun 2000 sampai 2010 oleh Badan pusat statistik, jumlah penduduk perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 20,9 juta orang, dan pada tahun

3 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan yang mengalami menopause (BKKBN, 2006). Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 2003 didapatkan prevalensi wanita usia subur (WUS) yang pernah menikah yang memakai metode KB modern sebesar 56,7%, memakai metode KB tradisional sebesar 3,6% dan yang tidak memakai KB masih banyak, sebesar 39,7%. Prevalensi peserta KB di Indonesia berdasarkan metode kontrasepsinya, dengan total akseptor kontrasepsi di Indonesia adalah 66,2 % (BKKBN, 2005). Kontrasepsi Suntik 34%, Kontrasepsi Pil 17%, Kontrasepsi Dalam Rahim 7%, Kontrasepsi Implant 4%, Kontrasepsi MOW (Metode Operasi Wanita) 2,6%, Kontrasepsi Kondom 0,6%, Kontrasepsi MOP (Metode Operasi Pria) 0,3%. Dari 10 wanita menopause yang dilakukan penelitian pendahuluan di Desa Sukorejo Dukuh Dare Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo didapatkan 2 orang (20%) mengalami menopause dini, 1 orang (10%) mengalami menopause lambat pada akseptor KB Hormonal dan 2 orang (20%) mengalami menopause dini, 5 orang (50%) mengalami menopause lambat pada akseptor KB Non Hormonal. Berbagai keluhan yang muncul akibat perubahan-perubahan menjelang menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat menggantikan fungsi hormone estrogen. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki sel-sel yang mengalami kemunduran. Mengkonsumsi vitamin yang berfungsi menghambat proses penuaan, olahraga yang cukup dan sesuai dengan usianya adalah salah satu cara untuk menyehatkan fisik. Dengan olahraga tubuh akan terhindar dari

4 penyakit-penyakit yang rentan di hadapi oleh para lansia. Makan dengan menu seimbang dan sesuai kebutuhan, hindari makanan berlemak. Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang dapat membantu proses metabolisme tubuh, melakukan kegiatan yang dapat mendukung kesehatan bisa membuat perhatian teralihkan dari keluhan keluhan menopause. Pengobatan utama pada menopause adalah dengan memberikan terapy hormone estrogen dari luar atau dikenal dengan Hormone Replacement Therapy (HRT). KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) sehingga wanita dengan keluhan menopause segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan, bidan, konsultasi dengan dokter Puskesmas atau dokter ahli, setelah pengobatan diteruskan dengan pengawasan, dan bidan dapat merujuk penderita ke rumah sakit (Manuaba, 1998). Berdasarkan data diatas maka peneliti mengambil judul Perbedaan kejadian menopouse pada pasca akseptor dengan riwayat KB hormonal dan non hormonal 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbedaan kejadian menopouse pada pasca akseptor dengan riwayat KB hormonal dan non hormonal di Desa Sukorejo Dukuh Dare Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui perbedaan kejadian menopouse pada pasca akseptor dengan riwayat KB hormonal dan non hormonal di Desa Sukorejo Dukuh Dare Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.

5 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi Kejadian menopause pada pasca akseptor dengan riwayat KB hormonal di Desa Sukorejo Dukuh Dare Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 2. Mengidentifikasi kejadian menopause pada pasca akseptor dengan riwayat KB non hormonal di Desa Sukorejo Dukuh Dare Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 3. Menganalisis perbedaan kejadian menopouse pada pasca akseptor dengan riwayat KB hormonal dan non hormonal di Desa Sukorejo Duku Dare Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan lapangan dalam penelitian khususnya dalam mempelajari perbedaan kejadian menopouse pada akseptor KB hormonal dan non hormonal. 1.4.2 Bagi instansi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana kepustakaan, juga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi masyarakat Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan wacana tentang kontrasepsi dan menopause.

6 1.5 Keaslian Penelitian 1.5.1 Caesaria Rahayu Sulistyaningrum (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Keluhan Perimenopause Di Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo Salatiga, dengan menggunakan metode penelitian analitik korelasi Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data penelitian diperoleh melalui metode dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi-square dengan = 5%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 53,2 % responden memakai kontrasepsi hormonal dan 46,8 % responden yang memakai kontrasepsi non hormonal. Persentase responden yang tidak mengalami keluhan perimenopause sebanyak 60,8 % dan yang mengalami keluhan perimenopause sebanyak 39,2 %.Perbedaannya terletak pada pengumpulan data dengan kuesioner dan kesamaannya sama-sama mengunakan uji chi square. 1.5.2 Titin Fermawati (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Usia Menarche Terhadap Usia Menopause pada Wanita di Kelurahan Kutosari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen, penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia 45-55 tahun yang sudah tidak menstruasi >12 bulan yaitu sejumlah 44 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara quota sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis

7 datanya menggunakan analisis bivariat dengan rumus Kendall's Tau. dengan hasil penelitian: hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden masuk dalam kategori menarche normal (usia 10 16 tahun) sejumlah 33 orang (75,0%) dan sebagian besar responden dengan usia menopause 45-55 tahun dengan kategori alamiah sejumlah 32 orang (72,7%). Sehingga ada hubungan antara usia menarche dengan usia menopause pada wanita di Kelurahan Kutosari Kecamatan Kebumen dengan nilai p value : 0,000. Perbedaannya terletak pada pengambilan sampel dengan purposiv sampling dan kesamaanya sama-sama membahas tentang menopause. 1.5.3 Antantri, Alphie (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Keluhan Perimenopause Di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat, dengan menggunakan metode penelitian : Desain penelitian ini adalah penelitian survey explanatory dengan jenis penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu dengan rentang umur 40-45 tahun merupakan PUS, pernah memakai alat kontrasepsi, dengan jumlah sampel 80 responden. Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan,hasil analisa bivariat didapatkan, ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan keluhan pada masa perimenopause (chi-square dan p=0,011), tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan menurut keluhan perimenopause (Uji T dan p=0,381). Disarankan memberikan informasi melalui penyuluhan menganai fisiologis klimakterium termasuk menopause, informasi mengenai masih

8 perlunya pemakaian kontrasepsi pada masa premenopause lanjut sampai menopause. Perbedaannya terletak pada desain penelitian yaitu analitik korelasi dan kesamaannya terletak pada sama-sama membahas tentang kontrasepsi hormonal.