BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. FIK UNY 2010

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Pendidikan Jasmani Berbasis Masalah Gerak

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang melakukan tindakan atau aktifitas. Seseorang akan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soepartono (2000:6) sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities, yaitu

PENDEKATAN BERMAIN PADA POKOK BAHASAN LEMPAR CAKRAM UNTUK KETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Munzir*)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. sesuatu yang diperlukan dalam pendidikan jasmani, mudah dipindahkan

Survei Interaksi Edukatif Guru Dengan Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

PROGRAM TAHUNAN (PROTA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian pendidikan secara

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN PERMAINAN MODIFIKASI SISWA KELAS VIII A MTs NEGERI JOMBANG KAUMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk bergerak, karena itu tanpa melakukan aktivitas jasmani secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

Oleh: Samudi SDN 3 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan watak. Banyak dijumpai penyelenggaraan pendidikan jasmani di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah bagian dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

gerak dasar berjalan gerak dasar lompat dan loncat gerak dasar lempar dan tangkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

SKRIPSI. Disusun oleh : THO'IFUR YAZID AL BUSTOMI NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB II LANDASAN TEORI

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mamang Tedi, 2013

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN

Dalam Rangka Pelaksanaan Tujuh Ruang Lingkup Penjasorkes Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Pada SMKN 8 Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RIYAN FATHUL CHOER, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

DIMENSI OLAHRAGA PENDIDIKAN DALAM PELAKSANAAN PENJASORKES DI SEKOLAH

HAMBATAN SISWA KELAS VII BELAJAR SENAM LANTAI GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI SARANA PRASARANA OLAHRAGA DENGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES SMP NEGERI KECAMATAN DAMPAL SELATAN KABUPATEN TOLITOLI ARMAN ABSTRAK

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lembaga formal dalam sistem pendidikan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. dalam mencapai maksud atau tujuan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dan kualitas individu, baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor, serta memberikan pengaruh secara sengaja dan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian jasmani dan rohani individu supaya mencapai tingkat yang lebih tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani memberikan konstribusi yang berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Konstribusi akan bermakna, jika proses belajar mengajar pendidikan jasmani memberikan perubahan prilaku dan pengetahuan terhadap peserta didik. (http://wawan-junaidi.blogspot.com). Penjas merupakan pendidikan yang di dalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut jenjang pendidikannya. Hal ini artinya, materi penjas antara tingkat sekolah dasar dengan tingkat sekolah di atasnya (SMP dan SMA/SMK) berbeda-beda. Dalam KTSP, menurut Depdiknas (2007: 3-4). Ruang lingkup mata pelajaran penjas sekolah dasar meliputi aspek-aspek: permainan dan olahraga, yang meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu

2 tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Aspek yang kedua yaitu Aktivitas pengembangan yang meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. Aspek ketiga yaitu aktivitas senam yang meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. Aspek keempat yaitu aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. Aspek kelima yaitu aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. Aspek yang keenam yaitu Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. Aspek yang terakhir yaitu Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. Pada dasarnya, tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagaimana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran. Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar, guru juga harus aktif dalam memancing kreativitas anak didiknya sehingga dialog dua arah terjadi dengan sangat dinamis. Kelebihan lain KTSP adalah memberi jumlah waktu aktif belajar yang berlebih pada kegiatan pengembangan diri siswa. Siswa tidak melulu

3 mengenal teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah proses pengalaman belajar. Dalam mengajarkan materi penjas seorang guru harus bisa menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak sekolah menengah atas (SMA) yang memiliki kekhasaan dalam bersikap yang diungkapkan melalui bermain. Karakteristik siswa inilah yang harus diangkat untuk menjembatani antara keinginan guru dan anak, serta guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang baik dan tepat sesuai dengan perkembangan anak sekolah menengah atas. Banyaknya model pembelajaran menuntut seorang guru pendidikan jasmani memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang model-model pembelajaran. Namun pada kenyataannya, sekarang ini masih banyak para guru pendidikan jasmani kurang memahami model pembelajaran penjas. Hal ini sering dijumpai di lapangan pada saat pembelajaran penjas siswa dibiarkan berolahraga sendiri, sedangkan gurunya hanya berteduh atau bahkan ngobrol di kantor. Kondisi semacam ini sangat memprihatinkan, karena kaidah-kaidah pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah atas tidak dilaksanakan, sehingga tujuan pendidikan jasmani tidak dapat tercapai. Waktu aktif belajar adalah waktu dimana siswa aktif selama mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani. Waktu aktif belajar siswa khususnya dalam pendidikan jasmani adalah waktu yang harus di tempuh selama kegiatan pendidikan jasmani itu berlangsung. Dimana anak dalam kondisi aktif belajar atau melakukan aktifitas yang sedang dilaksanakan sesuai dengan yang di haruskan oleh guru. Banyak waktu yang terbuang secara sia-sia karena aktifitas yang

4 kurang, sehingga siswa tidak melakukan kegiatan yang diperintahkan atau bisa di bilang fasif. Waktu aktif belajar siswa sangat menentukan siswa agar terus melakukan aktivitas yang seharusnya di lakukan, namun dalam kenyataannya tidak demikian banyak waktu yang terbuang secara sia-sia karena aktivitas yang dilakukan hanya itu-itu saja sehingga siswa banyak yang tidak menggunakan waktu yang ada atau fasif. Penelitian ini dilakukan di SMA Pasundan 1 Bandung karena berdasarkan pengalaman ketika PPL di SMA tersebut pola pengajaran Penjas masih monoton sehingga siswa merasa jenuh, siswa harus mengikuti semua instruksi dari guru, bahkan terkadang siswa merasa takut dengan gurunya bila tidak dapat melaksanakannya, di samping itu juga, guru terkadang kurang inovatif dan kreatif. Dari fakta di lapangan pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung kebanyakan siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran (pasif) sehingga jumlah waktu aktif belajar terbuang. Pembelajaran pendidikan Jasmani yang monoton disebabkan oleh beberapa hal di antaranya tidak adanya sarana mendukung, dan dari pihak guru sendiri tidak kreatif dan inovatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang monoton akan berdampak pada motivasi belajar yang menurun. Jika dalam belajar penguasaan materi siswa menurun, maka tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan pada paparan diatas maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap waktu Aktif Belajar

5 dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani pada Siswa Kelas X di SMA Pasundan I Bandung. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah model pendekatan taktis berpengaruh terhadap waktu aktif belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 1 Bandung?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan model pendekatan taktis dapat mempengaruhi waktu aktif belajar dalam Pendidikan Jasmani pada Siswa Kelas X di SMA Pasundan I Bandung. D. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini hanya terbatas pada beberapa permasalahan saja. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perluasan makna dalam penelitian, sehingga sasaran serta tujuan dalam penelitian ini tercapai. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel bebas (X) yaitu Model Pendekatan Taktis 2. Variabel terikat (Y) yaitu waktu aktif belajar 3. Objek penelitian adalah siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung.

6 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain menjadikan bahan bagi pengembangan pembelajaran penjas baik secara teoritis maupun secara praktis. Dengan demikian, manfaat penelitian mencakup : 1. Secara teoretis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa-siswi di SMA Pasundan 1 Bandung. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani untuk menyampaikan materi penjas sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih baik. F. Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan telah dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan masalah, seperti yang di kemukakan oleh Winarno (1992:15) bahwa, Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik dari sifat kebenarannya itu, selanjutnya diartikan pula penyelidik dapat merumuskan satu atau lebih hipotesis yang dianggap sesuai dengan penyelidikannya. Dalam upaya mencapai hasil belajar penjas yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi terhadap hasil tercapainya hasil belajar. Salah satunya adalah

7 kesesuaian penggunaan metode atau pendekatan yang diberikan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru dalam menyampaikan materi harus sebisa mungkin menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dimana semua siswa aktif dalam pembelajran penjas sehingga tujuan dari pembelajaran penjas dapat dicapai. Model pendekatan taktis akan berpengaruh positif terhadap hasil pembelajaran penjas. Hal ini didasarkan pula pada penjelasan Tarigan (2001:4) bahwa, Pada hakikatnya model pendekatan taktis berkaitan dengan upaya penerapan keterampilan teknis dalam situasi permainan, sehingga diharapkan para siswa lebih memahami hubungan antara teknik dan taktik dalam permainan lebih lanjut dijelaskan oleh Tarigan (2001:13) bahwa, Model pendekatan taktis memberikan suatu alternatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari keterampilan teknik dalam situasi bermain. Hoedaya (2001:19) menjelaskan bahwa melalui pengajaran yang berorientasi pada pendekatan taktis, siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari suatu permainan olahraga. Siswa akan lebih memahami bentuk dan sifat permainan yang diajarkan, dan secara bertahap, siswa akan memiliki kemampuan bermain yang tinggi. Berdasarkan paparan tersebut diharapkan pendekatan taktis dengan memberikan kesempatan kepada siswa dalam mempelajari keterampilan hal tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap kreatifitas siswa dalam pembelajaran penjas. Selain itu pula dari kutipan diatas dapat penulis beranggapan pendekatan taktis dapat memberikan pengaruh terhadap waktu aktif belajar siswa karena terlihat dari pola pengajaran yang berorientasi pada siswa.

8 G. Definisi Istilah Untuk menghindari salah penafsiran dalam penulisan judul dan isinya, maka penulis menggunakan beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Pengaruh. Dalam kamus besar bahasa indonesia Poerwadarminta ( 1984 : 664) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Dimiyanti dan Mujiono, 1999 : yang dikutip Oleh Sagala 2007). Siswa menurut Budiman (1994:272) adalah Sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan baik pada lembaga formal maupun non formal. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan 29 tahun 1990 dijelaskan bahwa: Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar atau menengah dijalur pendidikan sekolah. Belajar menurut Soekartono (2000 : 10) adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

9 kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Pendekatan taktis menurut Hoedaya (2001:19) adalah pengajaran yang berorientasi pada pendekatan taktis, siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari suatu permainan olahraga. Siswa akan lebih memahami bentuk dan sifat permainan yang diajarkan, dan secara bertahap, siswa akan memiliki kemampuan bermain yang tinggi. Waktu aktif belajar adalah waktu dimana siswa aktif selama mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani. H. Hipotesis Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah hipotesis, hal ini berguna sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Selain itu pula hipotesis dapat dijadikan terhadap pengujian awal kebenaran dari permasalahan penelitian. Lebih lanjut Arikunto (1992:17) menjelaskan bahwa: Hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di uji kebenarannya. Berdasarkan pada anggapan dasar, maka dalam penelitian ini ditentukan hipotesis penelitian yaitu Terdapat pengaruh yang signifikan model pendekatan taktis terhadap waktu aktif belajar siswa di kelas X SMA Pasundan 1 Bandung.