IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

Bab III. Pelaksanaan Penelitian

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab III Pelaksanaan Penelitian

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z., 2001, Geodesi Satelit, PT Pradya Paramita, Jakarta.

2. Tangguh Dewantara (2007), telah melakukan penelitian tentang citra Quickbird yang berjudul Kajian Akurasi Geometrik Citra Quickbird

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

BAB IV. Ringkasan Modul:

Kadaster Multi Guna. Kadaster Multi Guna. I. Pendahuluan. III. Pengumpulan Data. Agoes S Soedomo

K NSEP E P D A D SA S R

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek...

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transformasi Datum dan Koordinat

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi atas jalan yang meliputi kuantitas, kondisi, dan nilai yang

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya)

MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT 2 DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/395027/TK/44319

Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo Kahar, M.Si *, L.M Sabri, ST, MT *

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

JENIS CITRA

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

III. BAHAN DAN METODE

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Persiapan

Bab II Tinjauan Pustaka

METODE PENYATUAN PETA PENDAFTARAN TANAH DENGAN BANTUAN CITRA QUICKBIRD DAN GPS TESIS AGUS INDRA MURTI NIM :

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada

By. Y. Morsa Said RAMBE

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

DAFTAR ISI. Prakata Bab 1 Pendahuluan 1

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Analisis dan Pembahasan

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STEREOSKOPIS PARALAKS

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

Transkripsi:

ANALISIS PENELITIAN Materi penelitian akan dianalisis secara keseluruhan dalam bab ini. Pertama kali analisis mengenai karakteristik peta blok yang digunakan dalam penelitian, kemudian analisis mengenai bidang referensi yang digunakan sebagai wadah untuk melakukan transformasi peta blok dan yang terakhir mengenai analisis atas hasil transformasi peta blok. IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok Data spasial yang digunakan dalam penelitian berupa peta blok dengan skala 1 : 1000. Untuk peta blok 003 kelurahan Babakan merupakan turunan dari peta orthofoto yang berasal dari BPN Kota Tangerang, dihasilkan dari pemotretan foto udara tahun 2001. Peta orthofoto diperoleh dengan melakukan proses orthorektifikasi. Penggunaan peta orthofoto dalam identifikasi batas-batas bidang terkendala karena masih terdapatnya bangunan-bangunan miring sehingga terjadi kesulitan dalam menentukan batas-batas bidang tanah. Hal ini disebabkan karena sifat dari kamera yang mempunyai sudut pandang yang kecil, pengambilan foto tidak vertikal atau disebabkan karena sewaktu pengambilan gambar posisi pesawat tidak tegak terhadap objek. Gambar IV.1. Relief displacement pada foto udara Untuk peta blok 005 kelurahan Babakan merupakan turunan dari peta pendaftaran tanah BPN. Peta pendaftaran tanah BPN yang merupakan turunan dari peta orthofoto. Dalam pendaftaran tanah, identifikasi bidang tanah dilakukan dengan menggunakan peta foto disertai dengan penunjukan batas-batas tanah di lapangan oleh pendaftar tanah dan dilakukan pengukuran sudut dan jarak terhadap bidang tanah tersebut. Proses pendaftaran tanah dilakukan secara sporadis dalam arti pengukuran hanya dilakukan bila ada permohonan atas hak tanah. Pembuatan peta blok berdasarkan peta pendaftaran tanah ini relatif lebih mudah karena peta tersebut mempunyai format vektor dan berbentuk softcopy(dijital).

Peta blok 017 kel. Sukasari dibuat dengan pengukuran sudut dan jarak. Pengukuran jarak menggunakan meter ukur sedangkan pengukuran sudut dengan menggunakan kompas sehingga dalam hal ketelitian sudut masih dianggap kurang. Pengukuran bidang-bidang tanah dilakukan secara serentak dalam blok tersebut sehingga diketahui letak bidang yang satu relatif terhadap bidang lainnya dan plotting ke dalam konsep peta blok dilakukan pada saat pengukuran lapangan. Peta blok 018 kelurahan sukasari dihasilkan dari pengukuran jarak-jarak. pengukuran jarak dengan trilaterasi tidak dimungkinkan karena dalam bidang tanah terdapat bangunan. Bidang-bidang tanah dalam blok ini sebagian besar diperkirakan berbentuk persegi panjang sehingga sudut-sudut bidang tanah dianggap siku-siku dan yang diukur hanya sisi-sisi bidang tanah. Kekurangan lain dalam blok ini adalah lebar jalan tidak dilakukan pengukuran. IV.2. Analisis Penggunaan Koordinat Citra Quickbird Sebagai Titik Sekutu dalam Transformasi Peta Blok. Citra Quickbird mempunyai resolusi spasial sebesar 0.61 m akan menghasilkan skala peta maksimum sebesar 1 : 2000, karena pada peta skala 1 : 2000 ketelitian planimetrik yang akan dihasilkan sebesar 0.6 m (tingkat kepercayaan 99.7% - 3σ) sehingga Quickbird tidak akan mungkin memiliki skala lebih besar dari 1 : 2000 (Herman, 2005). Untuk dipergunakan sebagai bidang referensi atau sebagai kontrol terhadap transformasi peta masih dapat dilakukan mengingat satuan yang dipergunakan adalah blok PBB. Dengan asumsi bahwa peta-peta blok PBB adalah benar maka besaran RMSe transformasi akan menunjukkan kualitas dari bidang referensi. Penentuan titik-titik sekutu transformasi pada bidang referensi harus diidentifikasikan pada obyek atau feature yang jelas untuk meminimalisasi kesalahan yang dapat mengakibatkan pada proses transformasi peta tidak seperti yang dikehendaki. IV.3. Analisis Transformasi Peta Blok

Citra Quickbird tipe standar yang dipergunakan sebagai referensi dalam transformasi peta blok bukanlah sistem tak salah, untuk itu dalam melakukan koreksi kesalahan tersebut dilakukan transformasi koordinat (rektifikasi). Setelah dilakukan rektifikasi Citra Quickbird maka hasil dari transformasi tersebut dianggap sebagai sistem tak salah. Kesalahan lain adalah pada peta blok yang akan ditransformasikan itu sendiri. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain : - Tata cara pengadaan peta blok oleh KP.PBB - Kesalahan sewaktu pendijitalan peta blok (scanning) - Kesalahan pada waktu dijitasi on screen Kesalahan-kesalahan tersebut untuk selanjutnya tidak akan dibahas lebih lanjut. Dengan asumsi bahwa titik-titik sekutu transformasi pada bidang referensi adalah benar maka besarnya RMSe menunjukkan tingkat kualitas peta blok sebelum dilakukan transformasi peta. Beberapa faktor yang mempengaruhi besaran RMSe adalah : 1. Identifikasi titik-titik sekutu pada peta blok. 2. Identifikasi titik-titik pada bidang referensi. 3. Model transformasi yang digunakan. 4. Jumlah titik sekutu. 5. Distribusi titik-titik sekutu yang digunakan. 6. Ketelitian koordinat titik-titik sekutu dalam sistem koordinat target. Contoh hasil transformasi peta blok dapat dilihat pada lampiran 8. IV.3.1. Besaran RMS Error pada Transformasi Helmert dan Affine Transformasi Helmert mempunyai rumus umum X= ax by +c 1, Y= bx + ay + c 2 merupakan transformasi dengan 4 buah parameter. Pada transformasi Helmert yang dipertahankan adalah bentuk dari objek yang ditransformasikan, karena parameter rotasi x dan y maupun parameter perbesaran x dan y adalah sama besar, sehingga besar sudut dari objek tetap terjaga. Pada transformasi Affine mempunyai rumus umum X= ax + by +c 1, Y= ex + dy + c 2 merupakan transformasi dengan 6 buah parameter. Transformasi Affine merupakan pengembangan lebih dari transformasi Helmert. Parameter rotasi x dan y maupun parameter perbesaran x dan y pada transformasi ini dibedakan sehingga bentuk objek tidak bisa dipertahankan, karena besar sudutsudut objek akan berubah tetapi garis yang sejajar akan tetap sejajar. Pada tabel IV.1. dapat dilihat besaran RMSe pada transformasi Helmert dan Affine pada berbagai jumlah titik sekutu. Bila jumlah titik sekutu dan distribusi titik sekutu yang digunakan adalah sama antara transformasi Helmert dan Affine maka RMS error pada Transformasi Affine akan lebih kecil,

hal ini dapat dipahami karena transformasi Affine lebih teliti mengingat jumlah parameter yang digunakan sebanyak 6 buah sedangkan pada transformasi Helmert hanya ada 4 buah parameter. IV.3.2. Sistem Proyeksi Peta dan Model Transformasi Peta Sistem proyeksi peta yang dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah sistem proyeksi Universal Tranvers Mercator merupakan sistem proyeksi silinder melintang konform, dalam artian dalam daerah yang kecil bentuk yang mesti dipertahankan harus tetap, tidak terjadi deformasi pada sudut meskipun berakibat pada distorsi pada jarak dan luas. Dengan asumsi bahwa peta-peta blok PBB adalah sistem yang benar maka penggunaan transformasi Helmert akan lebih sesuai karena bentuk objek akan terjaga sesuai dengan sistem proyeksi peta yang digunakan tetapi apabila peta-peta blok PBB merupakan sistem yang harus diperbaharui maka penggunaan transformasi Helmert maupun Affine harus disesuaikan dengan kondisi. Hal yang terpenting dalam pengenaan PBB adalah luas tanah yang dikenakan PBB, jadi seyogyanya sistem proyeksi peta yang dipergunakan juga menggunakan sistem proyeksi yang mempertahankan luas(equivalent) dengan konsekuensi akan terjadi deformasi sudut maupun terjadi distorsi pada jarak. IV.3.3. Kualitas Peta dan Standar Deviasi Kualitas peta blok yang baik ditandai dengan standar deviasi yang kecil pada berbagai jumlah titik sekutu yang dipergunakan dalam transformasi peta. Dengan standar deviasi yang kecil pergeseran letak objek pada hasil transformasi peta juga kecil dengan tetap memperhatikan besarnya RMSe. (A) (B) Gambar IV.2. Hasil transformasi Helmert blok 005 dan 003 kelurahan Babakan pada berbagai titik sekutu

Pada gambar IV.2(A) adalah hasil transformasi Affine pada peta blok 005 kelurahan Babakan dengan titik sekutu 4 sampai dengan 11 titik sekutu RMSe antara 0.696 sampai dengan 1.364 dengan standar deviasi 0.225, sedangkan pada gambar IV.2(B) adalah hasil transformasi Helmert pada peta blok 003 kelurahan Babakan dengan titik sekutu 4 sampai dengan 11 titik sekutu RMSe antara 0.816 sampai dengan 1.617 dengan standar deviasi 0.322. Dari kedua gambar di atas dapat dilihat pola pergeseran posisi bidang tanah pada gambar IV.2(a) lebih kecil jika dibandingkan dengan pergeseran posisi bidang tanah pada gambar IV.2(B). IV.3.4. Pengaruh Karakteristik Peta Blok pada Besaran RMS Error Transformasi Pada tabel IV.1. dapat dilihat besaran RMSe pada transformasi peta blok ke dalam bidang referensi. Besaran RMSe pada transformasi Affine secara keseluruhan lebih kecil dibandingkan dengan RMSe transformasi Helmert untuk jumlah titik sekutu dan distribusi titik sekutu yang sama, hal tersebut seperti dijelaskan dimuka karena parameter transformasi Affine lebih banyak jika dibandingkan dengan parameter transformasi Helmert sehingga ketelitian transformasi Affine lebih baik. Tabel IV.1. Besaran RMSe pada karakteristik peta blok yang berbeda Blok Jumlah RMSe Titik Sekutu Helmert Affine 003 4 1.083 0.816 5 1.073 0.868 10 1.827 1.635 11 1.798 1.617 005 4 1.162 0.696 5 1.181 0.922 10 1.419 1.317 11 1.452 1.364 017 4 0.607 0.359 5 0.898 0.890 10 2.514 2.183 11 2.412 2.089 018 4 5.565 4.847 5 5.505 4.822 10 9.334 8.568 11 9.954 9.195 Pada Blok 003 kelurahan Babakan RMSe Helmert antara 1.083-1.798 sedangkan pada transformasi Affine RMSe-nya 0.816 1.617 dengan jumlah titik sekutu 4-11. Peta ini merupakan peta foto udara melalui proses orthorektifikasi dan digunakan oleh BPN sebagai dasar dalam pembuatan peta pendaftaran tanah.

Pada Blok 005 kelurahan Babakan RMSe Helmert antara 1.162 1.452 sedangkan pada transformasi Affine RMSe antara 0.696 1.364 dengan jumlah titik sekutu 4-11. Peta ini merupakan turunan peta pendaftaran tanah BPN. Blok 017 merupakan peta hasil pengukuran sudut dan jarak dengan peralatan meter ukur dan kompas. RMSe Helmert pada jumlah titik sekutu 4 11 adalah sebesar 0. 607 2.412, sedangkan pada transformasi Affine sebesar 0.359 2.089. Blok 018 yang merupakan peta blok hasil pengukuran jarak-jarak, pengukuran sudut tidak dilakukan (kira-kira) dan lebar jalan tidak dilakukan pengukuran RMSe Helmert antara 5.565-9.954 dan pada transformasi Affine RMSe antara 4.847 9.195 pada titik sekutu antara 4 sampai dengan 11 titik sekutu. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa perbedaan pengadaan peta akan membawa konsekuensi pada karakteristik peta yang berakibat pada perbedaan nilai RMSe transformasi. Pada Blok 003 dan Blok 005 kelurahan Babakan merupakan peta yang paling baik secara kualitas bila dilihat dari besarnya RMSe transformasi. Pada peta blok 018 kelurahan Sukasari adalah hasil pengukuran jarak-jarak dan lebar jalan tidak dilakukan pengukuran sehingga RMSe transformasinya paling besar, secara geometri bentuk dari blok ini tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga terlihat ada jalan yang terlalu lebar dan terlalu sempit, sehingga mengakibatkan posisi bidang-bidang tanah tidak pada lokasi yang semestinya dan sudut-sudut bidang tanah cenderung siku-siku karena saat pengukuran tidak dilakukan pengukuran sudut dengan anggapan sebagian besar bidang tanah berbentuk persegi. IV.3.5. Analisis Luas Data SIG PBB, Hasil Dijitasi Ulang dan Hasil Transformasi Peta Blok. Wilayah Penelitian terdiri dari 4 blok yang terletak di kelurahan Sukasari dan Babakan, kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Berdasarkan data atribut SISMIOP wilayah penelitian memiliki luas 263077 m 2. Untuk wilayah kelurahan Sukasari blok 017 mempunyai luas tanah 32990 m 2, sedangkan blok 018 mempunyai luas 51498 m 2 dan untuk wilayah kelurahan Babakan blok 003 mempunyai luas 110588 m 2, sedangkan blok 005 memiliki luas 68001 m 2.

Kondisi basis data SISMIOP dan SIG PBB dapat dilihat pada gambar IV.3. Jumlah keseluruhan data atribut yang terdaftar dalam basis data SISMIOP adalah sebanyak 960 objek pajak, sedangkan data spasial yang terdaftar dalam basis data SIG PBB adalah sebanyak 966 objek pajak. Tidak semua data SISMIOP memiliki data spasial demikian juga tidak semua data spasial memiliki data atribut, oleh karena itu yang menjadi objek penelitian adalah data SISMIOP yang memiliki data SIG sebanyak 928 objek pajak. Gambar IV.3. Kondisi Basis data SISMIOP dan SIG PBB pada wilayah penelitian Untuk mendapatkan hasil transformasi maka ditentukan terlebih dahulu parameter-parameter transformasi peta kemudian transformasi dapat dilakukan. Untuk mendapatkan Hasil analisis luas pada penelitian ini digunakan model transformasi Helmert dan Affine dengan menggunakan 5 sampai 7 buah titik sekutu. Peta blok 017 dan 018 kel. Sukasari yang merupakan hasil dijitalisasi dari peta blok manual kemudian dilakukan dijitasi on screen menggunakan koordinat lokal mapinfo sedangkan untuk blok 003 (turunan peta foto) dan blok 005 (turunan peta pendaftaran tanah) menggunakan sistem koordinat TM 3 WGS 84. Untuk koordinat tujuan transformasi adalah sistem koordinat UTM WGS 84seperti yang digunakan pada peta SIG PBB selama ini. Pembahasan hasil transformasi adalah sebagai berikut : 1. Pada blok 003 kelurahan Babakan kondisi basis data SIG yang memenuhi toleransi selisih luas 10% dari data sebenarnya adalah 69 OP(21.8%), Dengan menggunakan data baru

berupa hasil dijitasi peta orthofoto terjadi peningkatan menjadi 130 OP(41.1%). Hasil transformasi Helmert dan Affine adalah 131(41.5%) dan 130(41.1%) OP. Tidak terjadi perubahan yang berarti antara hasil dijitasi, transformasi Helmert dan Affine, tetapi jika dibandingkan dengan data SIG PBB terjadi peningkatan sekitar 19.5%. Gambar IV.4. Perbandingan antara data SISMIOP dengan data SIG PBB, dijitasi ulang, transformasi Helmert dan Affine, kelurahan babakan blok 003 Pada transformasi Helmert menggunakan 5 titik sekutu dengan parameter a = 0.99976, b = 0.00667, c 1 = 471455.57 dan c 2 = 8498690.52 dengan RMSe = 1.073 sedangkan pada transformasi Affine menggunakan 5 titik sekutu dengan parameter a = 0.99873, b = - 0.00973, e = 0.00490, d = 1.00159, c 1 = 474175.50 dan c 2 = 8497575.28 dengan RMSe = 0.868. 2. Hasil dari transformasi blok 005 kelurahan Babakan terdapat pada gambar IV.5. terlihat bahwa data SIG yang memenuhi toleransi selisih luas 10% dari luas sebenarnya sebanyak 39 OP(14.6%), dengan menggunakan data baru berupa hasil dijitasi ulang peta pendaftaran tanah terjadi kenaikan menjadi 161 OP(60.3%), dengan transformasi Helmert menjadi 162 OP(60.7%) dan pada transformasi Affine menjadi 161 OP(60.3%). Penggunaan transformasi Helmert dan Affine tidak terjadi perbedaan yang berarti.

Gambar IV.5. Perbandingan antara data SISMIOP dengan data SIG PBB, hasil Dijitasi ulang, transformasi Helmert dan Affine, kelurahan Babakan blok 005. Pada transformasi Helmert digunakan 5 titik sekutu dengan parameter a = 0.99919, b = 0.00103, c 1 = 466980.74 dan c 2 = 8500369.58 dengan RMSe = 1.181 sedangkan pada transformasi Affine menggunakan 5 titik sekutu dengan parameter a = 0.99852, b = - 0.00392, c 1 = 469485.75, e = -0.00044, d = 1.00347 dan c 2 = 8497195.22 dengan RMSe = 0.922. Terjadi peningkatan jika dibandingkan data SIG PBB sekitar 45.9% 3. Pada Blok 017 kelurahan Sukasari, data SIG yang memenuhi toleransi luas 10% dari luas sebenarnya hanya 9 OP(9.8%). Setelah dilakukan dijitasi ulang atas peta blok format manual luas yang memenuhi syarat menjadi 60 OP(65.2%), dan setelah dilakukan transformasi Helmert maupun Affine terjadi penurunan menjadi 56 OP(60.9%). Penggunaan transformasi Helmert maupun Affine tidak ada perbedaan. Kenaikan yang terjadi setelah transformasi jika dibandingkan dengan data SIG sekitar 51.1%. Pada transformasi Helmert digunakan 6 titik sekutu dengan parameter a = 1.01092, b = 0.00004, c1 = 680492.78 dan c 2 = 9316329.62 dengan RMSe = 0.874 sedangkan pada transformasi Affine menggunakan 6 titik sekutu dengan parameter a = 1.01077, b = 0.00005, c 1 = 680492.85, e = 0.00117, d = 1.01118dan c 2 = 9316329.34 dengan RMSe = 0.872.

Tabel IV.6. Perbandingan antara data SISMIOP dengan data SIG PBB, dijitasi ulang, transformasi Helmert dan Affine, kelurahan Sukasari blok 017. 4. Peta Blok 018 Kel. Sukasari merupakan hasil pengukuran jarak-jarak, pengukuran dengan trilaterasi tidak dimungkinkan karena dalam bidang tanah telah terdapat bangunan. Pengukuran jarak hanya dilakukan pada sisi-sisinya, sudut antara sisi dianggap siku-siku dan lebar jalan tidak diukur. Setelah dilakukan dijitasi ulang justru prosentasenya turun drastis menjadi 7 (2.8%) OP yang memenuhi standar, sedangkan data SIG mencapai 60(23.8%) OP. Setelah dilakukan transformasi hasilnya naik menjadi 131(52%) OP untuk model Helmert dan 137(54%) OP untuk model Affine. pada peta blok ini penggambarannya tidak menggunakan skala 1 : 1000, terjadi muai kerut pada media penggambaran peta atau alat ukur yang digunakan mempunyai skala ukur yang tidak standar karena dari hasil dijitasinya menurun drastis. Penggunaan metode Affine hasilnya lebih baik, dengan titik sekutu sebanyak 5 buah, parameter a=0.847415, b=-0.021389; c1=680680.66; e=0.010369 ; d=0.815798 ; c2=9316353.48; RMSe=4.822, sedangkan pada model helmert menggunakan 6 titik sekutu dengan parameter a=0.82271; b=0.01932 ; c1=680688.43; c2=9316352.03; RMSe= 5.438.

Gambar IV.7. Perbandingan antara data SISMIOP dengan SIGPBB, dijitasi ulang, hasil transformasi Helmert dan Affine terhadap data atribut SISMIOP, Kel. Sukasari Blok 018. Bila dilakukan perhitungan total, berdasarkan kategori luas tanah, maka akan didapatkan didapatkan komposisi seperti terlihat pada gambar IV.8. Untuk kategori luas tanah di atas 200 m 2 sampai dengan 1000 m 2 dengan dilakukan transformasi, persentase jumlah objek pajak yang memenuhi toleransi selisih luas 10% dari luas sebenarnya melebihi 50% dari populasi pada kategori kelas tersebut, sedangkan untuk luas tanah antara 0-100 m hanya berkisar pada angka 42% dan untuk luas tanah diatas 1000 m 2 justru mengalami penurunan menjadi 6.25%. Gambar IV.8. Perbandingan data SIG,dijitasi ulang, hasil transformasi Helmert dan Affine terhadap data atribut SISMIOP per kategori luas tanah.

Secara keseluruhan dengan dilakukannya dijitasi ulang dan transformasi peta blok maka kualitas data spasial PBB akan menjadi lebih baik, dari 18.9% meningkat menjadi diatas 50 % yang memenuhi toleransi luas seperti yang digariskan dalam KEP-533/PJ/2000 (gambar IV.9). Gambar IV.9. Jumlah peningkatan Jumlah OP yang memenuhi toleransi luas 10% setelah proses transformasi peta blok.