Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian, Konsep & Tahapan

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENYARADAN KAYU

Bab IV PENEBANGAN POHON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

: 1. Prof. Dr. Ir. Iswara Gautama, MP 2. Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, MSi 3. Dr. Ir. A. Mujetahid, MP 4. Nurdin, S.Hut.,M.Hut.

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

a. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

TEKNIK PENEBANGAN KAYU


PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Djoko Setyo Martono. 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif)

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

0\eh/By: Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

seluas Ha yang seluruhnya terletak di kelompok B. KONFIGURASI LAPANGAN, TANAH DAN IKLIM Kiani Lestari di kelompok Hutan Jele-Beliwit

KODEFIKASI RPI 20. Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

Bab VII PENGANGKUTAN HASIL HUTAN

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI PULAU SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT ADYTIA MACHDAM PAMUNGKAS

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

! "# # $ # % & % # '(()

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara Abadi

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LIMBAH PEMANENAN KAYU DAN FAKTOR EKSPLOITASI DI IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER PROVINSI RIAU MORIZON

FAKTOR EKSPLOITASI DAN KUANTIFIKASI LIMBAH KAYU DALAM RANGKA PENINGKATAN EFISIENSI PEMANENAN HUTAN ALAM

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

G U B E R N U R J A M B I

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG

STUDI PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM MONOKABEL (MESIN PANCANG) DI KAMPUNG SUNGAI LUNUQ KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

Bab V PENYARADAN. Universitas Gadjah Mada

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

LIMBAH PEMANENAN KAYU DAN FAKTOR EKSPLOITASI DI IUPHHK-HT PT. WIRAKARYA SAKTI PROVINSI JAMBI LAYSA ASWITAMA

Rp 6.532,42/m3. Sedangkan untuk skyline tahun 1999 sebesar

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

Transkripsi:

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada kalanya suatu sistem merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar. Dalam keadaan yang demikian sistem itu merupakan subsistem. Misalnya sistem pemanenan kayu; ini hanya merupakan subsistem dari sistem pengelolaan hutan. Sustu sistem betapapun kecilnya pasti terdiri atas komponen-komponen sistem. Jadi agar suatu sistem bisa bekerja maka didalamnya harus ada suatu ak t ivitas yang menyangkut adanya suatu bentuk kerjasama tertentu dan adanya interaksi diantara mereka. Suatu sistem selalu dikaitkan dengan perencanaan, metode dan order. Untuk dapat bekerja, suatu sistem memerlukan prakondisi yang berupa assumsi-assurmsi. Prakondisi yang utama terdiri atas tiga macam : Semua komponen sistem harus mampu berkontribusi secara maksimal untuk dapat mencapai target yang telah ditentukan Di dalam sistem itu sendiri harus ada semacam hirarchi untuk memudahkan koordinasi dari semua kegiatan Harus ada masukan (input) dalam setiap sistem. misalnya energi, informasi. bahan mentah, tenaga dan lain-lain sesuai dengan rencana. Sistem Pemanenan Hasil Hutan Sebenarnya sistem pemanenan hasil hutan hanyalah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan hutan. Namun dalam uraian berikut kegiatan pemanenan akan dianggap satu sistem tersendiri, dimana didalamnya terdiri atas komponen-komponen sistem. Komponen sistem pemanenan hasil hutan merupakan tahap-tahap kegiatan pemanenan hasil hutan, jadi merupakan pendukung utama berlakunya sistem pemanenan hasil hutan. Tujuan sistem pemanenan ada yang hanya menghasilkan kayu bulat. Tetapi ada juga yang tujuannya sampai menyediakan kayu olahan (yang merupakan tujuan ganda) Dalam buku berikut yang dimaksud dengan tujuan sistem pemanenan hasil hutan adalah semua proses yang berkaitan dengan bagaimana pohon itu disiapkan agar dapat dikeluarkan dari dalam hutan, dan bagaimana cars mengeluarkannya hasil

tebangan itu. Pada saat sekarang sistem pemanenan hasil hutan adalah merupakan kerjasama antara manusia dan mesin, dan yang lebih menentukan adalah manusia. Sistem pemanenan hasil hutan yang representatif dapat dilihat pada Gambar 1 Dalam Gambar 1 yang merupakan komponen adalah tahap-tahap dalam kegiatan pemanenan hasil hutan. Tahap yang benar-benar merupakan komponen sistem pemanenan adalah yang betul-betul kegiatannya dilakukan didalam hutan; sehingga tahap yang kegiatannya dilakukan diluar hutan, bukan merupakan sistem yang sebenarnya, misalnya perencanaan dan pembongkaran muatan. Kegiatan perencanaan dapat dilakukan didalam kantor, mungkin dikota, sedangkan kegiatan pembongkaran muatan dilakukan ditempat yang sangat jauh dari wilayah hutan. Gambar 1. Sistem pemanenan kayu yang yrepresentatif Peranan perencanaan pemanenan hasil hutan walaupun tidak langsung dikerjakan diwilayah hutanm namun peranannya sangat besar, karena dengan perencanaan pemanenan itulah dapat dijadikan tolok ukur keberhasilaan kegiatan pemanenan yang dilaksanakan. Sementara pembongkaran muatan berperan untuk mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan pemanenan, sehingga urutan-urutannya bisa dimulai dari muka lagi. Kiranya tanpa ada pembongkaran muatan sulit untuk dapat memulai kegiatan lagi. Komponen-komponen sistem pemanenan basil hutan (lihat Gambar 1). Timber cutting Timber cutting atau pemotongan pohon adalah semua kegiatan yang didalamnya termasuk penyiapan pohon yang akan digunakan sebagai produk primer; baik merupakan pohon utuh, potongan pohon, maupun bentuk yang lain.

Beberapa unsur yang termasuk cutting adalah : - Felling : Felling dimaksudkan sebagai langkah untuk merebahkan pohon yang masih berdiri. Felling dapat dilakukan dengan kampak, gergaji (tangan maupun mesin) dan ada juga dengan power saw. - Bucking : Bucking dimaksudkan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk membagi-bagi batang yang sudah rebah ditebang, kedalam potongan-potongan (segment, log). Bila yang dipotong hanya sebagian pucuknya saja, maka disebut tree length log. Mat yang dipakai biasanya sama dengan felling. - Measuring : Sebelum pohon dibagi kedalam potongan-potongan, kemudian diadakan pengukuran oleh penebang dan pada umumnya panjang pendeknya potongan ditentukan oleh permintaan. - Limbing : Ada beberapa wilayah yang membersihkan cabang dan ranting yang dapat mempengaruhi penampilan kayu bulat agar kualitasnya naik. Mat yang digunakan sama dengan felling atau bucking. - Topping : Topping adalah pemotongan bagian pucuk pohon yang diameternya tidak masuk untuk dijual. Jadi yang diangkut keluar hutan betul-betul bagian pohon yang laku dijual dan sepanjang mungkin. Pekerjaan ini sebenarnya juga termasuk bucking. Kegiatan timber cutting merupakan satu-satunya proses kegiatan dalam rangka penyiapan pohon dan kegiatan ini merupakan langkah pokok dalam proses kegiatan pemanenan. Keberhasilan dari semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kayu termasuk kegiatan akhir dipabrik konversi, bergantung kepada kualitas dan ketrampilan tenaga yang bekerja di pemotongan. Karena itu kegiatan ini harus mendapatkan perhatian yang serius dan mendapatkan pengelolaan yang baik. Transportasi pertama Transportasi pertama sering disebut pengangkutan jarak dekat. atau disebut penyaradan, yang dapat dilakukan dengan hewan, traktor, kabel. ataupun dengan forwarder. Kegiatan ini merupakan komponen utama kedua. Wilayah kerjanya adalah dari areal tunggak sampai ketempat pengumpulan dihutan, yang biasanya dipinggir jalan angkutan.

Unsur-unsur kegiatannya adalah : Skidding : Skidding adalah kegiatan menyarad pohon dalam keadaan utuh, atau berupa segment yang biasanya selalu bergesekan dengan tanah, dari tonggak ketempat pengumpulan. Bunching : Fungsi ini sebenamya merupakan elemen skidding. Bila kayukayunya kecil-kecil dan pendek-pendek, maka untuk mengoptimalkan kerja traktor sarad dilakukan bunching sebelum disarad. Jadi bunching adalah kegiatan disekitar tonggak yang berupa mengumpulkan beberapa batang menjadi satu tumpukan dan ukurannya satu tumpuk sama dengan satu kali muatan traktor sarad. Ada salah satu bentuk penyaradan yang disebut forwarding, ialah penyaradan yang dilakuakn dengan forwarder. Forwarding biasa juga disebut prehauling. Perbedaanya dengan skidding adalah dalam forwarding kayunva dimuat dulu diareak tonggak, jadi tidak bergesekan dengan tanah. Karena lokasi pemuatannya diareal tonggak, maka disebut preloading. Loading Komponen besar ketiga adalah loading, yaitu pemuatan kayu keatas kendaraan pengangkut dilokasi landing. Kegiatan ini mudah dibedakan dengan yang lain, karena sifatnya yang relatif tidak banyak bergerak. Namun kadang- kadang juga ada lokasi pemuatan berpindah-pindah, dan metode serta peralatannya jun berbedabeda, misalnya lokasi loading yang berada disembarang jalan angkutan, karena tempat pengumpulan kayunya berada disepanjang jalan angkutan. Kegiatannya meliputi : meletakkan potonnn batang atau bisa merupakan pohon utuh untuk dinaikkan keatas kendaraan pengangkut. Transportasi kedua Komponen terakhir dalam pemanenan adalah transportasi kedua, yang merupakan pengangkutan jarak jauh. Dalam pemanenan hutan kegiatan ini disebut hauling. Kegiatan ini dilakukan mulai dari landing sampai ketempat penimbunan, atau sampai halaman pabrik pengolahan kayu, atau sampai ketempat penjualan kayu. Kegiatannya bisa dilakukan dengan truk, kereta api, rakit, kapal, dan bahkan juga dengan baton atau helicopter. Apabila jaraknya jauh. kadang- kadang jarak tersebut dibagi beberapa ruas, dimana disetiap ruas ada pembongkaran muatan dan kemudian ada pemuatan kembali keatas kendaraan yang bisa sejenis, akan tetapi juga bisa lain.

Klasifikasi Sistem Pemanenan Kavu Dalam melaksanakan kegiatan pemanenan kavu diseluruh dunia, pada pokoknya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam. Klasifikasi sistem pemanenan kayu menurut FAO (1977) a. The full tree harvesting system Dalam sistem ini pada prinsipnya adalah setelah pohon selesai ditebang, maka dalam keadaan utuh (komplit), terus diangkut kepinggir jalan angkutan, atau langsung diangkut kehalaman suatu pabrik pengolahan kayu, tanpa ada perlakuan apapun. Penebangan dapat dilakukan dengan cara manual, atau dapat juga secara mekanik. Apabila pohon itu diangkut sampai kepinggir jalan angkutan maka dilakukan penyaradannya oleh traktor sarad (baik crawler maupun skidder) ataupun dengan Forwarder. Ditempat pengumpulan ini kemudian dilakukan pembagian batang menjadi potongan yang pendekpendek yang seterusnya dimuat keatas kendaraan pengangkut dan kemudian diangkut sampai halaman pabrik pengolahan. Ada kalanya pemanenannya dilakukan dengan mesin "harvester" yaitu sebuah mesin seperti traktor yang dilengkapi dengan alat gergaji (pemotong) dan alat penjepit (tang) yang dipasang dibagian muka, dan juga dilengkapi dengan alat pemuat (katrol ) yang dapat memuat pohon yang telah ditebang itu keatas kendaraan pengangkutnya. Sistem ini biasanya dilaksanakan dinegara yang sudah maju kehutanannya dan juga sulit mencari tenaga kerja sehingga sangat mahal upahnya. Di Indonesia kiranya belum perlu dilaksanakan sistem "kayu utuh'' ini pada saat ini, karena pengelolaan hutannya yang belum modern dan juga masih adanya tenaga kerja yang cukup banyak. Mungkin bila HTI sudah sangat luas dan industri yang menggunakan bahan mentah hasil HTI sudah banyak sistem ini bisa juga dilaksanakan b. The tree length haryesting system Dalam sistem ini, pohon setelah rebah ditebang, kemudian dipotong bagian pucuknya saja, dan dibersihkan semua cabang dan rantingnya, kemudian ditarik kepinggir jalan angkutan. Penebangannya biasanya menggunakan chainsaw, namun ada juga yang menggunakan "harvester". Pengangkutannya ada yang menggunakan truk biasa namun juga ada yang menggunakan logging truck and trailer. Di Indonesia sistem "kayu panjang" ini hampir dilaksanakan diseluruh wilayah diluar Jawa, dimana sistem tebangannya adalah TPTI (Sistem Tebang Pilih dan Tanam Indonesia). Dalam TPTI ini pohon yang boleh ditebang hanya yang

berdiameter lebih dari 50 Cm_ sehingga pohon tersebut pasti besar dan pamjang, sehingga untuk penyaradannya diperlukan traktor sarad yang bertenaga besar. Biasanya digunakan crawler tractor (bulldozer). Apabila pohonnya terlalu panjang dan besar maka diareal tebangan pohon tersebut sudah dibagi menjadi dua bagian, sehingga traktor yang digunakan mampu menariknya sampai kepinggir jalan angkutan. c. The short wood haryesting system Dalam sistem ini, semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengerjaan batang pohon dari pohon utuh hingga menjadi bentuk yang dapat diangkut kepabrik semuanya dilakukan diareal tebangan. Dari tempat tebangan ini kemudian dengan kendaraan khusus (forwarder) diangkut sampai ketepi jalan angkutan, dan disini ditumpuk lebih dahulu atau dapat langsung dimuat keatas kendaraan pengangkut. Di Indonesia sistem ini sudah sejak lama dilaksanakan dipulau Jawa (hutan tanaman), dimana hutannya sudah dikelola dengan sangat intensip. Disini tenaga kerjanya mudah didapatkan karena banyak kampungkampung disekitar hutan. Sistem ini merupakan sistem tertua dalam sejarah pemanenan hutan. Karena tertua maka sistem ini merupakan satu sistem pemanenan hasil hutan yang paling sederhana, tidak banyak memerlukan investasi dan tidak memerlukan tenaga yang berskill tinggi. Namun dengan demikian kelemahannya adalah tingkat produktiyitasnya yang rendah. Aplikasi ketiga macam sistem pemanenan hasil hutan yang berupa kayu tersebut tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. The full tree harvesting system Kelebihannya adalah : a. Dengan adanya kegiatan pembersihan dahan dan ranting serta pemotongan bagian pucuk dilakukan diluar hutan, maka dapat mengurangi bahaya kebakaran hutan: dan areal hutan menjadi bersih sehingga pada waktunya nanti kalau diadakan kegiatan penanaman kembali, menjadi berkurang pekerjaannya. b. Pemusatan beberapa kegiatan dalam satu tempat akan menjadikan sustu kegiatan yang lebih besar dan lebih praktid dan terpusat dan lebih menguntungkan lagi karena pohon yang dipanen berdiameter kecil-kecil c. Ada keuntungan tambahan bila semua bagian pohon diangkut sampai kepabrik. yakni bagian pohon yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu perkakas atau

sebagai bahan baku dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar yang dipakai sendiri atau bahkan dapat dijual kepada fihak yang membutuhkan. Kekurangannya adalah : a. Akumulasi cabang dan lain-lainnya yang menumpuk ditepi jalan angkutan dapat menghambat pekerjaan dilokasi tersebut b. Pengangkutan seluruh bagian pohon termasuk daun dan bijinya dari dalam hutan keluar hutan. akan dapat menimbulkan kehabisan humus, nutrisi, persediaan buah dan biji dalam hutan c. Karena bagian cabang dan dahan-dahan serta bagian pucuk pohon itu beratnya mencapai 30 0 0-40 % dari seluruh berat pohon, maka kendaraan pengangkut terpaksa dibebani berat tambahan ini dan dapat mengurangi kapasitas angkutan yang sebenarnya dan dapat berakibat penambahan waktu perjalanan kendaraan pengangkut The tree length harvesting system Keuntungannya (terutama didaerah pegunungan). a. Tidak akan menimbulkan masalah tentang dahan-dahan dan ranting dipinggir jalan angkutan karena semuanya telah ditinggalkan didalam hutan h. Tidak kehilangan buah-buahan, nutrisi, humus dan lain-lain didalam hutan c. Preoduktiyitasnya menjadi lebih tinggi dan bisa lebih bebas memilih ukuran bahan baku bila dibandingkan dengan pemanenan "kayu pendek" d. Spasi jalan cabang dapat lebih besar dan akibatnya jumlah panjang jalan angkutannya bisa berkurang sehingga dapat mengurangi beaya pembuatana jalan angkutan per m3 hasil panenan bila dibandingkan sistem "pohon Steve Conway (1982) membagi sistem pemanenan pohon menjadi empat yaitu : Sistem "kayu pendek dibedakan menjadi dua, Short wood bobtail system dan Short wood system with Forwarder. Sistem lainnya tetap yaitu sistem kayu panjang dan sistem pohon utuh (komplit) 1. Short wood bobtail system Setelah pohon rebah ditebang kemudian langsung dibagi menjadi potonganpotongan pendek dan dari sini terus diangkut sampai tujuan akhir, yakni bisa kehalaman pabrik pengolahan, atau sampai ketempat penimbunan (TPK). Truk

langsung bisa ketempat tebangan karena topogratinya yang datar, atau sengaja dibuatkan jalan sementara (jalan sogokan) 2. The short wood system with Forwarder Hasil tebangan ketika masih dihutan kemudian dibagi-bagi dan kemudian ditumpuk didekat pohon, dengan ukuran volume satu kali muatan Forwarder. Kemudian disarad sampai kepinggir jalan oleh Forwarder dengan cara dimuat lebih dahulu. Dari pinggir jalan kemudian diangkut oleh kendaraan pengangkut sampai tujuan terakhir.