PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini yaitu catatan kadar lemak susu sapi perah FH laktasi 1

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

ESTIMASI NILAI KEUNGGULAN PRODUKSI SUSU DAN SIFAT REPRODUKSI SAPI PERAH BETINA DI PT NAKSATRA KEJORA ROWOSENENG TEMANGGUNG SKRIPSI.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENGGUNAAN CATATAN TEST DAY UNTUK MENGEVALUASI MLTTU GENETIK SAP1 PERAH OLEH : HEN1 INDRIJANI

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan. PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

LOUNCHING PROVEN BULL SAPI PERAH INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BERDASARKAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY (MPPA) ISMAIL

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

EVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

Pengaruh Pembeian Konsentrat Basah dan...risyad Sidqi

Transkripsi:

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) REPEATABILITY ESTIMATES AND MOST PROBABLE PRODUCTION ABILITY OF FRIES HOLLAND DAIRY COW AT 305 DAYS MILK PRODUCTION IN PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) Morristiana K.S.P*, Heni Indijani**, Didin Supriat Tasripin** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2017 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: morristiana_ksp@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) pada bulan Januari 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dugaan nilai ripitabilitas dan daya produksi susu 305 hari sapi perah Fries Holland. Bahan penelitian ini adalah 72 catatan produksi susu yang diperoleh dari 2014-2016. Variabel yang diamati adalah data sapi perah yang memiliki pencatatan produksi susu lengkap, kemudian distandarisasikan pada 305 hari dan umur setara dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dugaan nilai ripitabilitas sebesar 0,62±0,081361. Nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Dugaan daya produksi susu berkisar antara 6.934,85-10.597,14 kg, dengan rataan 8.762,35±1.014,92 kg. Kata Kunci: Sapi Perah Fries Holland, Ripitabilitas Produksi Susu, Daya Produksi Susu. Abstract The research was held on PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS), in January 2017. The aims of this research is to study repeatability value and Most Probable Producing Ability (MPPA) of Fries Holland dairy cow at 305 days milk production. 72 milk production records at first and second lactation from 2014-2016 were analysed. The observation variable is the records of dairy cows that have complete record of milk production, then it standardized to 305 days and mature equivalent. The result of the study showed that the repeatability value is 0.62±0.081361. These value were categorised of high. While the MPPA is ranged from 6,934.85-10,597.14 kg, with the average 8,762.35±1,014.92 kg. Keywords: Fries Holland Dairy Cow, Repeatability of Milk Production, Most Probable Producing Ability Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

PENDAHULUAN Pengembangan usaha peternakan sapi perah harus terus dikembangkan karena harapannya untuk meningkatkan ketersediaan produksi susu. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui perbaikan mutu genetik diimbangi dengan pengendalian kondisi lingkungan yang ideal bagi sapi perah. Perbaikan mutu genetik memerlukan pencatatan (recording) yang berisikan informasi mengenai ternak per individu yang meliputi identitas sapi, produksi susu, kesehatan ternak, dan data reproduksi. Pencatatan sangat diperlukan dalam usaha peternakan, karena bermanfaat dalam program seleksi berdasarkan performa produksi individu dan dapat membantu manajemen ternak yang baik. Produktivitas sapi perah dapat dievaluasi dengan mengkaji parameter-parameter genetik yang digunakan sebagai indikator produktivitas ternak tersebut. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan produksi susu diantaranya yaitu nilai ripitabilitas dan Most Probable Producing Ability (MPPA). Ripitabilitas atau repetability merupakan kemampuan dalam pengulangan suatu sifat pada ternak. Ripitabilitas dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat hubungan antara produksi periode pertama dengan produksi pada periode berikutnya dari seekor ternak yang sudah lebih dari satu catatan produksi dan juga dapat menduga pengaruh lingkungan yang bersifat permanen. Pendugaan daya produksi susu menggunakan Most Probable Producing Ability (MPPA) sangat membantu dalam pertimbangan seleksi sapi perah betina yang memiliki kemampuan produksi paling tinggi dalam populasi. Perhitungan ripitabilitas dan nilai MPPA sering digunakan dalam program seleksi. Hal ini digunakan untuk mengestimasi kemampuan produksi susu pada masa yang akan datang, serta untuk mengevaluasi superioritas seekor ternak dalam menghasilkan susu. Harapannya sapi perah yang terpilih akan menunjukan produksi susu yang tertinggi dan memudahkan dalam program seleksi bagi sebuah perusahaan. OBJEK DAN METODE 1. Objek Objek penelitian ini adalah data catatan harian produksi susu sapi perah Fries Holland (FH) laktasi 1 dan 2 dari 2014-2016 yang ada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS). Populasi sapi perah yang ada pada masa laktasi adalah 1799 ekor. Dari populasi tersebut diambil data dari 36 ekor sapi yang memiliki catatan produksi susu periode laktasi 1 dan 2 secara lengkap, karena hanya 36 ekor yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2

2. Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan Software Ms. Excel. 3. Metode Penelitian (1) Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data produksi susu lengkap periode laktasi 1 dan 2 dari 2014-2016. (2) Tabulasi Data Agar memudahkan dalam menganalisis data, data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi. Data meliputi ID ternak (nomor sapi), periode laktasi, tanggal melahirkan, tanggal kering, dan tanggal pencatatan produksi susu. (3) Data produksi susu Catatan produksi susu yang digunakan adalah total produksi susu nyata dan produksi susu terkoreksi 305 hari dan umur setara dewasa. Faktor koreksi yang digunakan untuk standarisasi produksi susu yaitu faktor koreksi menurut Hardjosubroto (1994). (4) Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pendugaan nilai ripitabilitas dan daya produksi susu (MPPA). 4. Analisis Statistik (1) Deskripsi Data Deskripsi data diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai populasi yang dianalisis, diantaranya : a. Minimum Penentuan nilai terendah dari data yang dianalisis b. Maksimum Penentuan nilai terbesar dari data yang dianalisis c. Rata-rata Keterangan : = rata-rata hitung sampel n = ukuran sampel produksi susu xi = data ke-i Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3

(2) Pendugaan Nilai Ripitabilitas Nilai ripitabilitas diperoleh dengan cara korelasi dalam kelas (intraclass corelation) sesuai dengan pendekatan Becker (1992). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik sidik ragam (analysis of variance) di Microsoft Excel, yaitu suatu teknik statistik yang biasa digunakan untuk suatu taksiran tentang keragaman dalam suatu sifat. Model statistiknya adalah : Y km = µ + + Keterangan : Y km = nilai produksi susu individu ke-k dari catatan pengukuran ke-m µ = rataan produksi susu populasi = pengaruh individu ke-k = pengaruh lingkungan yang tidak terkontrol Tabel 1. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) : Sumber ragam Derajat Bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Komponen ragam Di antara individu (m 1) JKw KTw + k Di antara pengukuran dalam individu (N m) Jke KTe Total N 1 Keterangan : m = jumlah individu N = jumlah catatan yang dianalisis k = (m - ) = komponen ragam antar individu = komponen ragam pengukuran dalam individu Menurut Hardjosubroto (1994), untuk menentukan nilai ripitabilitas dilakukan setelah nilai dan ditemukan berdasarkan analisis sidik ragam, kemudian lakukan penghitungan nilai ripitabilitas (r) dengan perhitungan sebagai berikut : r = Keterangan : = komponen ragam antar individu = komponen ragam pengukuran dalam individu Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4

Standar error dari ripitabilitas diduga dengan rumus: Se (r) = Standar error merupakan salah satu parameter dalam menentukan kecermatan perhitungan suatu data, sehingga semakin rendah nilai standar error (Se) akan semakin baik kecermatan penghitungan nilai ripitabilitas tersebut. (3) Pendugaan Daya Produksi Susu (Most Probable Producing Ability) Perhitungan pendugaan daya produksi susu (Most Probable Producing Ability) berdasarkan pendekatan Warwick (1990) dengan rumus : MPPA = (P- ) + Keterangan : MPPA n r P = Most Probable Producing Ability = Jumlah catatan (banyaknya laktasi) = Nilai ripitabilitas = Rata-rata produksi individu sapi yang diukur = Rata-rata produksi populasi HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Perusahaan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) berlokasi di Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi perusahaan ini berada tepat di tepi danau Cileunca (Situ Cileunca) khususnya kandang menempati wilayah paling tinggi di sekitar danau Cileunca. Lokasi ini memiliki kondisi cuaca yang cocok untuk peternakan sapi perah. PT. UPBS mempunyai luas ±65 hektar dengan rincian ±29 hektar digunakan untuk menanam rumput king grass, ±10 hektar untuk kandang dan sarana prasarana, sisanya digunakan untuk lahan percobaan atau lahan kurang produktif. Kandang sapi perah PT. UPBS ditempatkan di puncak bukit dengan suhu yang lebih rendah, sehingga kondisi seperti ini cukup nyaman untuk hidup dari sapi perah yang biasa hidup di suhu dingin. Suhu di lokasi ini berkisar antara 19ºC-25ºC dengan kelembaban berkisar 65-70%, sesuai dengan pendapat McNeilly (2001) yang menyatakan bahwa kisaran zona termonetral sapi perah berada pada suhu udara antara 13-25, sedangkan menurut Ensminger (2006) kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50-75%. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5

Bangsa sapi yang dikembangkan di PT. UPBS adalah Fries Holland. Bibit sapi perah yang digunakan di PT. UPBS diimpor langsung dari Australia secara bertahap dari Wellard (perusahaan peternakan sapi perah asal Australia). Adapun populasi ternak sapi perah di PT. UPBS yang tercatat pada 20 Januari 2017 berjumlah 3.589 ekor. Struktur populasi sapi perah di PT. UPBS dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Sapi Perah di PT. UPBS No Klasifikasi Sapi Jumlah..ekor.. 1 Pejantan 11 2 Pedet 271 3 Dara 836 4 Dara Bunting 394 5 Laktasi 1.086 6 Laktasi Bunting 713 7 Kering Kandang 278 Total 3.589 Sumber: PT. UPBS Pangalengan (Januari 2017) Proses pemerahan dibagi menjadi 3 grup berdasarkan produksi susu yaitu, low production untuk produksi rata-rata 21 kg, medium production untuk produksi rata-rata 27 kg, dan high production untuk produksi rata-rata 34 kg. Pemerahan dilakukan menggunakan mesin perah (milking parlour) yang berjumlah sebanyak 48 buah. Susu yang diproduksi oleh satu ekor sapi dicatat lengkap secara otomatis melalui program Alpro yang berhubungan langsung dengan mesin pemerahan. Lama pemerahan membutuhkan waktu sekitar 8-10 menit/populasi untuk high dan medium production, 5-6 menit/ populasi untuk low production sampai susu pada ambing habis diperah. 2. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data produksi susu sapi perah FH periode laktasi 1 dan 2. Jumlah catatan yang diperoleh sebanyak 72 data yang telah distandarisasikan pada 305 hari dan umur setara dewasa (ME) yang berasal dari 36 ekor sapi laktasi dengan rincian terdiri dari laktasi pertama 36 catatan dan laktasi kedua 36 catatan. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan deskripsi data per periode laktasi. Deskripsi data produksi susu total periode laktasi satu dan dua dapat dilihat pada Tabel 3. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6

Tabel 3. Deskripsi Data Produksi Susu Periode Laktasi Satu dan Dua Laktasi 1 2 Jumlah Sapi (ekor) 36 36 Rata-rata Produksi 8.778,94 8.784,58 Terkoreksi (kg) Standar Deviasi (kg) 953,54 1.316,16 Rata-rata Umur (tahun) 1,9±0,12 3,1±0,2 ±Standar Deviasi Rata-rata Lama Laktasi 343±19,53 328±17,46 (hari) ±Standar Deviasi Koefisien Variasi (%) 10,86 14,98 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan produksi susu terkoreksi untuk periode laktasi 1 adalah 8.778,94±953,54 kg dan laktasi 2 adalah 8.784,58±1316,16 kg, dengan kisaran produksi susu sebesar 6.781,50-10.453,69 kg pada laktasi 1 dan 5.965,81-11270,22 kg pada laktasi 2. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Makin (2012) yang menyatakan bahwa rataan produksi susu di Jawa Barat setiap laktasi sebesar 4.185,9±990,43 kg/ekor/laktasi, dengan kisaran produksi susu sebesar 2.490,7-5.701,25 kg. Rataan umur untuk periode laktasi 1 adalah 1,9±0,12 dan laktasi 2 adalah 3,1±0,2. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Wijono dkk., (1994) yang menyatakan bahwa umur beranak pertama sekitar 21. Rata-rata lama laktasi untuk periode laktasi 1 adalah 343±19,53 hari dan laktasi 2 adalah 328±17,46 hari, dengan kisaran 306-365 hari. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Makin (2012) yang menyatakan bahwa rataan lama laktasi sapi FH di Jawa Barat sebesar 317,97±26,15, dengan kisaran lama laktasi 263-380 hari. Lama laktasi 305 hari dianjurkan agar masa kering kandang selama 60 hari sehingga selang beranak setahun (Shcmidt dan Vleck, 1988). Nilai koefisien variasi cukup besar, hal ini menandakan bahwa dalam populasi tersebut variasinya cukup tinggi sehingga efektif untuk dilakukan seleksi. Umumnya produksi sapi perah bervariasi dari laktasi ke laktasi selama masa produksi. Terjadi variasi tersebut disebabkan oleh perubahan keadaan lingkungan yang bersifat sementara seperti tatalaksana, pakan dan kesehatan sapi, sesuai dengan pendapat Indrijani (2001) yang menyatakan bahwa musim, curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban, tahun pemeliharaan dan peternakan juga merupakan faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi performa susu, dan pada kenyataannya faktor-faktor tersebut seringkali berkaitan satu sama lain dalam menimbulkan keragaman produksi susu. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7

Produksi susu pada laktasi 1 sebesar 6.781,50-10.453,69 kg dan pada laktasi 2 sebesar 5.965,81-11.270,22 kg, maka produksi susu yang diperoleh di perusahaan ini lebih tinggi. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa produksi susu di PT. UPBS pada tahun 2012 sebesar 6.079,25 kg pada laktasi 1 dan 7.116,70 kg pada laktasi 2. Perbedaan angka ini dapat terjadi karena faktor yang mempengaruhi, misalnya manajemen pemeliharaan dan atau manajemen pakan yang dilakukan tidak sama. Seperti yang sudah di jelaskan di keadaan umum perusahaan, bahwa pakan yang diberikan kepada sapi perah di PT. UPBS menggunakan sistem pemberian pakan TMR yang terdiri dari bahan-bahan yang memiliki kualitas dan komposisi yang cukup untuk seekor sapi perah. Hal ini yang menjadi salah satu alasan hasil produksi susu di perusahaan sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. 3. Pendugaan Nilai Ripitabilitas Ripitabilitas merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup. Nilai ripitabilitas berada di kisaran 0 sampai dengan 1, jika nilai ripitabilitas semakin mendekati angka 1 maka menunjukan bahwa kemampuan ternak untuk mengulangi sifat produksi susu pada periode laktasi berikutnya akan tinggi. Nilai ripitabilitas diperoleh dari pendugaan ragam antar individu dan ragam pengukuran dalam individu yang dianalisis setelah dilakukan perhitungan ANOVA. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan diperoleh dugaan nilai ripitabilitas dan standard error produksi susu dari 36 ekor sapi yang diamati adalah 0,62±0,081361. Hal ini ini menunjukkan bahwa sebesar 62% produksi susu saat ini akan dapat diulang pada produksi susu laktasi berikutnya. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa dugaan nilai ripitabilitas di PT. UPBS termasuk ke dalam kategori tinggi. Sesuai dengan pernyataan Noor (2010), bahwa dugaan nilai ripitabilitas terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu 0,0-0,2 (rendah), 0,2-0,4 (sedang), dan < 0,4 (tinggi). Nilai ripitabilitas pada penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian di Indonesia seperti yang dilaporkan oleh Novienara (2015) dalam penelitian yang dilakukan di BPT-HMT Baturraden, mendapatkan nilai ripitabilitas sebesar 0,40; Risma Prayulistiana (2013) di PT. Naksatra Kejora Rawaseneng Temanggung sebesar 0,40 serta Hera Prahanisa (2011) dalam penelitiannya yang dilakukan di PT Taurus Dairy Farm Sukabumi, mendapatkan nilai ripitabilitas sebesar 0,15. Terdapatnya perbedaan nilai ripitabilitas produksi susu sapi perah FH dari hasil penelitian ini dengan nilai ripitabilitas produksi susu ditempat lain, diduga disebabkan oleh Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8

kondisi peternakan yang berbeda, perbedaan jumlah catatan, metode yang digunakan, tatalaksana serta waktu dan tempat penelitian yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Aditya., dkk (2015) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai ripitabilitas diduga disebabkan oleh tingginya keragaman genetik dan keragaman lingkungan permanen sehingga menutupi keragaman lingkungan temporer. Nilai ripitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan ternak tersebut dapat mengulangi produksi susu di masa mendatang lebih tinggi, sebaliknya bila nilai ripitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan ternak tersebut untuk mengulang produksi susu di masa mendatang lebih rendah. Nilai ripitabilitas berguna untuk memperkirakan produktivitas di masa yang akan datang dari ternak tersebut. 4. Pendugaan Daya Produksi Susu (MPPA) Pendugaan kemampuan berproduksi susu atau MPPA adalah suatu pendugaan secara maksimum dari kemampuan berproduksinya seekor hewan betina, yang diperhitungkan atau diduga atas dasar performanya yang telah ada. Pendugaan daya produksi susu dilakukan setelah diperoleh nilai ripitabilitas. Perhitungan MPPA dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Saat menduga nilai MPPA ternak harus sudah memiliki catatan performa terlebih dahulu, dalam hal ini adalah produksi susu. Hasil analisis nilai MPPA menunjukkan bahwa daya produksi susu antar individu bervariasi satu sama lain. Nilai tersebut berkisar antara 6.934,85-10.597,14 kg dengan rataan 8.781,71±1014,92 kg. Sementara rata-rata produksi susu per laktasi populasi keseluruhan sebesar 7.625 kg. Hal tersebut disebabkan nilai MPPA yang dihitung pada penelitian ini secara relatif yaitu menambah rata-rata produksi susu populasinya. Artinya apabila seekor ternak memiliki nilai MPPA sebesar 10.597,14 kg, hal ini menunjukkan bahwa ternak tersebut mempunyai daya produksi susu 2.972,14 kg lebih tinggi dari rata-rata daya produksi susu populasi. Sebaliknya, apabila seekor ternak memiliki nilai MPPA sebesar 6.934,85 kg menunjukkan bahwa ternak tersebut mempunyai daya produksi susu lebih rendah 690,15 kg dari rata-rata daya produksi susu populasi. Pada suatu populasi ternak sapi perah umumnya terdapat sapi-sapi yang mempunyai daya produksi susu rendah hingga yang tinggi. Hasil perhitungan MPPA diperoleh 31 sapi yang menunjukkan daya produksi tinggi. Sapi-sapi dengan daya produksi tinggi biasanya diambil sebanyak 5-10%. Pada penelitian ini sapi-sapi dengan nilai MPPA tinggi tersebut disajikan pada Tabel 6 yaitu sebanyak 10 ekor. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9

Tabel 4. Sepuluh Ekor Sapi Perah yang Mempunyai Daya Produksi Susu Tinggi PT. UPBS No ID MPPA 1 801914 10.597,14 2 801859 10.493,84 3 801524 10.476,68 4 801885 10.476,39 5 801717 9.881,85 6 801596 9.845,43 7 801747 9.711,51 8 801799 9.595,11 9 801085 9.584,03 10 801079 9.445,06 Berdasarkan hasil pada Tabel 6, sapi dengan ID 801914 berada pada peringkat pertama dan ID 801859 pada peringkat kedua yang artinya sapi tersebut memiliki performa yang paling baik diantara populasi yang diteliti. Sesuai dengan tujuan pendugaan nilai MPPA yaitu untuk membantu dalam pemilihan bibit yang akan dijadikan induk ternak karena ternak yang menduduki peringkat paling tinggi adalah yang memiliki genetik yang paling baik diantara populasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Widodo., dkk (1981) yang menyatakan bahwa dalam menduga daya produksi susu dipakai dengan dasar performan tiap-tiap individu, sehingga pemilihan ternak untuk bibit merupakan ternak yang secara individu memiliki nilai yang paling baik. Nilai MPPA bersifat relatif dan hanya berlaku di lingkungan tempat ternak tersebut berada yaitu di PT. UPBS. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Dugaan nilai ripitabilitas produksi susu 305 hari sapi perah FH di PT. UPBS berdasarkan laktasi 1 dan 2 adalah sebesar 0,62 ± 0,081361. (2) Dugaan nilai MPPA produksi susu sapi perah FH di PT. UPBS berkisar antara 6.934,85-10.597,14 kg, dengan rataan 8.762,35± 1.014,92 kg. 2. Saran (1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif metode seleksi di PT. UPBS yang perlu didukung penyempurnaan pencatatan produksi susu sehingga hanya induk yang memiliki potensi genetik tinggi yang dapat dijadikan bibit. (2) Perlu dilakukan perbaikan dan pengawasan dalam sistem manajemen pencatatan agar evaluasi mutu genetik lebih efektif dan lebih terarah. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan PT. Peternakan Ultra Bandung Selatan yang telah mengizinkan dilakukannya penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA Aditya, F., Sulastri, dan Novirzal. 2015. Perbandingan Nilai MPPA Produksi Susu Antara Sapi Perah Friesian Holstein dan Peranakan Friesian Holstein di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden Purwokerto. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 2015. Ensminger, M. E and D. T. Howard. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Ed. The Interstate Printers and Publisher, Inc. Danville. Indrijani, H. 2001. Penggunaan Catatan Test Day Untuk Mengevaluasi Mutu Genetik Sapi Perah. Tesis. Program Pacasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Makin, M, dan Suharwanto, D. 2012. Performa Sifat-sifat Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 12 No. 2. FAPET UNPAD. McNeilly, A.S. 2001. Reproduction, fertility, and development. CSIRO Publishing 13:583-590. Noor, R. R. 2010. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Novienara, D., A. Anang., dan H. Indrijani. 2015. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Dihasilkan dari Keturunan Pejantan Impor di BPPTU HPT Baturraden. Jurnal. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pratiwi, Siti Shara. 2013. Kemampuan Pengulangan Produksi Susu dan Daya Produksi Susu Sapi Perah Fries Holland (Kasus di PT. UPBS Pangalengan). Skripsi. Universitas Padjadjaran. Sumedang. Schmidt, G.H. L.D. Van Vleck dan M.F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. 2 nd Ed.Prentice-Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. Widodo, W. dan L. Hakim. 1981. Pemuliaan Ternak. Unibraw. Malang. Wijono, D.B., Aryogi, Pamungkas, D., dan Affandhy, L. 1994. Tampilan Estrus Pertama Sapi Perah Dara Berdasarkan Umur dan Berat Badan. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Evaluasi Sapi Perah untuk Produksi Calon Pejantan Unggul Lokal. Balai Inseminasi Buatan Singosari-Malang, Dirjen Peternakan. Jakarta. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Morristiana Kusumawardani Sucipto Putri NPM : 200110130151 Judul Artikel : Pendugaan Nilai Ripitabilitas dan Daya Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Fries Holland di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Jatinangor, Februari 2017 Mengetahui, Penulis, Pembimbing Utama, (Dr. Heni Indijani, S.Pt., M.Si.) (Morristiana K. S. P) Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Didin Supriat Tasripin M.Si.) Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12