BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Emi Marini,2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan yang unik. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk menenrukan dasardasar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Brim (dalam Brice, 1994) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

Pedoman Wawancara Untuk Remaja Tentang. 2. Bagaimana cara adik menghormati kedua orang tua? 3. Apakah adik sering mendengarkan nasehat orang tua?

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dunia ini. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menjelaskan bahwa kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dari itu banyak timbul sikap-sikap negatif yang ada di dalam lingkungan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan oleh setiap individu

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI PERMAINAN EGRANG BATOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA STABAT

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek perkembangan sosial. Kebutuhan sosial merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang sehat, bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Anak membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan sosialnya dan kebutuhan ini dapat dilakukan melalui bersosialisasi. Sebagaimana dikemukakan Bronfrenbrenner dan Crouter (Yusuf, 2007: 35) bahwa lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Sosialisasi pertama dilakukan di lingkungan keluarga yang dimulai sejak masa bayi. Ketika bayi tersenyum terhadap ibunya, di hati ibunya tumbuh perasaan sayang dan mencintai bayi. Interaksi ibu dan bayi ini merupakan awal bagi tumbuh dan berkembangnya kemampuan sosial anak. Interaksi anak dengan orang lain selanjutnya akan diteruskan di luar lingkungan keluarga, salah satunya di lingkungan Taman Kanak-kanak. Di Taman Kanak-kanak anak belajar bersosialisasi melalui interaksi dengan teman sebaya, guru dan orang dewasa lainnya. Interaksi tersebut dapat memberikan 1

2 kesempatan kepada anak untuk belajar berbagi, membantu, saling menyayangi, menghormati, saling percaya dan mengerti perasaan masing-masing. Selain itu melalui interaksi anak belajar tentang perilaku yang disenangi dan tidak disenangi, yang dibolehkan dan tidak dibolehkan, sehingga dari pengalaman itu diharapkan pada akhirnya akan menghasilkan kesadaran sosial yakni perilaku-perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi dan tidak berperilaku semaunya. Aspek perkembangan sosial sangat penting untuk dikembangkan sejak dini agar anak segera memiliki keterampilan sosial yang optimal, sehingga anak mampu menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai aturan yang ada, serta keberadaan anak dapat diterima lingkungannya. Combs dan Salby dalam Cartlede dan Milburn (Sarianti, 2008: 6) menyatakan bahwa: Keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima dan bernilai dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain. Memperhatikan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa keterampilan sosial sangat perlu untuk dimiliki anak sebagai bekal dalam berinteraksi dengan orang lain baik di masa sekarang maupun di masa depan. Keberhasilan dalam interaksi dengan teman sebaya membuat kepekaan sosial anak semakin terasah. Selain itu keinginan anak untuk diterima dalam kelompok sosial merupakan kebutuhan yang sangat kuat, sehingga anak akan berusaha menguasai keterampilan sosial sesuai dengan nilai-nilai yang ada di kelompok sosialnya. Ketercapaian keterampilan sosial bagi anak sangat penting, karena ketika

3 anak menampilkan keterampilan sosial yang diharapkan oleh lingkungan, anak akan memperoleh penerimaan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini diungkapkan Afiati (2006: 5) bahwa penerimaan sosial terhadap diri anak akan menumbuhkan kenyamanan dan hubungan harmonis yang secara signifikan mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Semua ini merupakan pengalaman sosial awal bagi anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa (Hurlock alih bahasa Meitasari, 1997: 256). Mengingat masa anak merupakan masa pembentukan, maka pola perilaku yang dipelajari pada usia dini cenderung menetap dan mempengaruhi perilaku dalam situasi sosial pada usia selanjutnya. Pola perilaku sosial menurut Hurlock alih bahasa Meitasari (1997: 262) antara lain kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, ketergantungan, empati, meniru, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, dan perilaku kelekatan. Perilaku sosial yang baik ini tidak hanya ditunjukan dalam hubungannya dengan teman sebaya tetapi dengan orang dewasa lainnya. Sebaliknya apabila pengalaman sosial awal tidak dibina sejak dini anak akan memulai kehidupan sosial dengan awal yang buruk, yang dapat mendorong anak menjadi tidak sosial. Adapun pola perilaku tidak sosial menurut Hurlock alih bahasa Meitasari, 1997: 263) yaitu negativisme, agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, perilaku yang sok kuasa, egosentrisme, prasangka, dan antagonisme jenis kelamin. Ketidakmampuan anak dalam keterampilan sosial sesuai apa yang diharapkan akan menimbulkan kesulitan bagi anak untuk bergaul dengan temannya, sehingga anak akan dijauhi dan tidak mempunyai teman serta minimnya pengalaman

4 bersosialisasi. Apabila ketidakmampuan bersosialisasi tidak segera diatasi dikhawatirkan perilaku-perilaku seperti itu akan terbentuk dan menjadi lebih sulit untuk diubah, yang tentunya akan berpengaruh pada perilakunya kelak. Hasil penelitian Asher, et al. (Katz dan Chard, 1991: 26) menunjukan bahwa anak-anak yang gagal mengembangkan keterampilan sosial pada umur 4 sampai 6 tahun memiliki kemungkinan akan memiliki masalah pada usianya kelak. Selanjutnya Parker dan Asher (Katz dan Chard, 1991: 26) menyatakan bahwa masalah yang mungkin timbul adalah putus sekolah, antisosial dan memiliki masalah pada pernikahan dan kesehatan jiwanya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegagalan anak dalam mengembangkan keterampilan sosialnya sejak dini akan berpengaruh negatif dalam menjalani kehidupannya di masa depan. Tercapainya tugas-tugas perkembangan anak secara wajar dan optimal merupakan harapan setiap orang tua, guru bahkan masyarakat pada umumnya. Tugas perkembangan anak prasekolah yaitu harus sudah mampu menjalin hubungan dengan orang lain baik guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Namun kenyataan yang ada di lapangan ternyata tidak semua anak sudah memiliki keterampilan sosial. Berdasarkan pengamatan awal di Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I, keterampilan sosial anak belum berkembang dengan optimal. Hal ini terlihat masih ada anak yang tidak menghargai temannya, tidak mau menolong, sulit untuk berbagi, tidak mau membantu, tidak mau mengalah, susah untuk bekerjasama, tidak mau bersabar dalam menunggu giliran. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan

5 untuk mengembangkan keterampilan sosial kurang bervariasi dan masih berpusat pada guru. Guru Taman Kanak-kanak memiliki peran yang sangat penting dalam mengimplementasikan pembelajaran, salah satunya harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membawa anak pada kegiatan yang bermakna dan menyenangkan, sehingga melalui aktivitas yang menyenangkan diharapkan anak bisa memaknai perilaku serta mampu berperilaku sesuai aturan. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengembangkan keterampilan sosial adalah metode proyek. Hal ini sesuai dengan pendapat Katz dan Chard (1991: 9) bahwa metode proyek adalah metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang dan memantapkan perkembangan intelektual dan sosial anak. Lebih lanjut Moeslihatoen (1999: 122) mengungkapkan bahwa metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara kelompok. Memperhatikan pendapat di atas, metode proyek dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi sosial, oleh karena itu keterlibatan anak dalam suatu kegiatan bersama teman-temannya diharapkan keterampilan sosial anak berkembang optimal. Metode proyek merupakan salah satu pendekatan yang berpusat pada anak, karena anak memiliki kesempatan untuk belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. Penggunaan metode proyek memberikan anak pengalaman belajar dalam berbagi pekerjaan dan tanggung jawab yang dilaksanakan

6 secara terpadu dalam rangka mencapai tujuan akhir bersama. Adapun pelaksanaan metode proyek terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengingat metode proyek erat kaitannya dengan interaksi sosial, maka sebagai motivator, fasilitator dan evaluator guru mempunyai banyak kesempatan untuk membantu anak didik dalam meningkatkan keterampilan sosialnya. Berdasarkan latar belakang di atas, dalam upaya memecahkan masalah keterampilan sosial anak diperlukan perbaikan proses dan hasil pembelajarannya, dengan harapan akan mengalami peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak. B. Batasan dan Rumusan Masalah Secara umum yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana penerapan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, yang secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran di Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial anak? 2. Bagaimana pelaksanaan metode proyek dalam meningkatkan keterampilan sosial anak Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I? 3. Bagaimana keterampilan sosial anak Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I setelah dilakukan pembelajaran melalui metode proyek?

7 4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan keterampilan sosial anak melalui penerapan metode proyek di Taman Kanak-kanak? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas penerapan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di Taman Kanak-kanak, sedangkan secara khusus tujuannya adalah: a. Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai kondisi awal pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan sosial anak di Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I. b. Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai pelaksanaan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I. c. Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai keterampilan sosial anak Taman Kanak-kanak Kartika XVI-I sesudah dilakukan pembelajaran melalui metode proyek. d. Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai kendalakendala yang dihadapi untuk meningkatkan keterampilan sosial anak melalui penerapan metode proyek.

8 2. Manfaat Secara umum manfaat penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, serta diharapkan metode proyek dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di Taman Kanak-kanak. Sedangkan secara khusus manfaatnya yaitu: a. Bagi Penulis Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai penerapan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. b. Bagi Guru Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan pemahaman mengenai perkembangan sosial anak Taman Kanak-kanak, juga sebagai masukan dalam memfasilitasi aspek perkembangan sosial anak melalui metode proyek. c. Bagi Orang tua Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang perkembangan sosial anak usia Taman Kanak-kanak serta upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keterampilan sosial anak. D. Definisi Operasional Untuk memperjelas arah penelitian dan juga kemungkinan salah tafsir, maka perlu adanya definisi operasional terhadap beberapa istilah penting yang dipergunakan yaitu:

9 1. Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan lingkungannya dan menghindari konflik saat berkomunikasi secara fisik maupun verbal (Matson dan Ollendck, 1988: 5). Berdasarkan rujukan di atas maka yang dimaksud dengan keterampilan sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang sesuai dengan tuntutan sosial, yang indikatornya meliputi perilaku kerjasama, empati, tidak mementingkan diri sendiri dan kemurahan hati. Perilaku kerjasama pada anak dapat ditunjukan dengan ikut serta dalam kegiatan bersama, bergantian menggunakan alat tanpa menimbulkan pertengkaran serta mau bersabar dalam menunggu giliran. Perilaku empati dapat ditunjukan anak dengan menunjukan keprihatinan pada teman yang lagi sedih dan menunjukan keceriaan pada teman yang sedang gembira. Perilaku tidak mementingkan diri sendiri dapat ditunjukan anak dengan membantu orang lain mengerjakan tugas dan peduli dan membantu teman yang membutuhkan. Sedangkan kemurahan hati dapat ditunjukan anak dengan berbagi sesuatu dengan orang lain dan memberi sesuatu pada orang lain. 2. Metode proyek adalah metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang dan memantapkan perkembangan intelektual dan sosial anak (Katz dan Chard, 1991: 26). Metode proyek pelaksanaannya memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari pengalamannya sehari-hari, memberikan keseimbangan dalam beraktivitas serta diharapkan dapat mengembangkan

10 aspek kognitif dan sosial anak. Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada anak yang membutuhkan adanya partisipasi aktif dari anak itu sendiri. Metode proyek menekankan adanya peran guru untuk merangsang respon anak dalam berinteraksi dengan orang lain, bendabenda dan lingkungan keseharian yang dihadapi anak, sehingga dengan tingkat kemampuan yang berbeda, anak akan terlibat dalam kehidupan yang sebenarnya dan belajar untuk bekerjasama dalam kelompoknya.