manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dilahirkan belum bersifat sosial artinya dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang tata cara menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungannya (Syamsu Yusuf, 2002:122). Sueam Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadiaan sosial sehingga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Bimbingan dari pendidik, orang tua dan guru ini sangatlah penting bagi anak, karena anak masih terlalu muda dan memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan (syamsu Yusuf, 2002:123). Manfaat dari keterampilan sosial itu sendiri dipertegas oleh pernyataan Kurniati ( Lismayanti, 2008:11) yang menyatakan bahwa anak yang mampu diterima oleh kelompok soaialnya dan memiliki keterampilan sosial yang baik akan dapat member rasa aman dan nyaman baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sebagai syarat keberhasilan dalam bersosialisasi tebtunya anak harus memiliki keterampilan soaial yang baik. Syaodih (Lismayanti, 2008:11) mengemukakan bahwa anak yang menguasai keterampilan sosial cenderung mudah dalam bergaul dan memasuki dunia bermainnya. Menurut Dahlan dalam Nugraha (2005) yang melakukan penelitian terhhadap orang tua dan guru yang kurang membekali keterampilan soaial kepada anak-anaknya, hasil penelitianya menjelaskan bahwa anak-anak tersebut menunjukkan prilaku kesepian dan pemurung, bringas dan kurang memiliki sopan santun. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya seseorang untuk memiliki keterampilan sosial sehingga ia dapat hidup baik dan tentram dalam lingkungan sosialnya. Keterampilan sosial merupakan dasar bagi manusia untuk dapat beradaptasi dan berhubungan dengan orang lain sangatlah penting dimiliki oleh setiap anak, hal tersebut tercermin dalam tujuan Pendidikan Nasioanal yang secara umum mengharuskan seseorang memiliki adalah untuk mencerdaskan dan 1 mengembangkan manusia Indonesia seutuhny, yaitu manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

2 2 kemasyarakatan dan kebangsaan (Departemen Pendidikan Nasional, Pasal 4). Melihat dari tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Samsul (2010) menjelaskan bahwa melalui pendidikan seorang anak harus dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan soaialnya serta mampu menjadi menjadi masyarakat yang berguna,sehingga diharapkan bagi para pendidik harus mampu mengembangkan dan membekali seorang anak agar memiliki keterampilan sosial untuk dapat bermasyarakat dengan baik, dengan kata lain seorang anak memiliki keterampilan sosial yang baik. Memperkuat permasalahan tersebut, penelitian serupa yang dilakuakan oleh Matson & Ollendick (Nurfitriah,2006) menunjukkan sekitar 90%-98% dari 8-5 anak yang ditelitinya kurang memiliki keterampilan sosial, sehingga mereka mengalami kesulitan dalammelakukan interaksi sosialnya dan menunjukkan prilaku-prilaku seperti takut ketika berbicara dan menyampaikan pendapat, tidak mau memperhatikan temannya ketika berbicara, serta tidak mau bersama dalam kelompok, yang menyebabkan anak tidak mempunyai teman dan lebih senang untuk bermain sendiri. Sedangkan Dodge mengemukakan bahwa factor penyebab dari kurangnya penerimaan sosial terhadap anak dapat mengidentifikasikan adanya kecenderungan anak yang bersangkutan memiliki keterampilan sosial yang rendah (Nurfitriya, 2006). Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain. Menurut Septiana (2009) kurangnya seseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan prilaku di sekolah, kenakalan, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas, masalah dalam interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya, serta depresi. Usia pra sekolah memberikan kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia luar selain lingkungan rumah bersama orang-orang di sekitarnya. Menurut Combs dan Salby dalam Cartede dan Milburn (Lismayanti, 2008:5). Arahan mengenai keterampilan sosial yang baik perlu dilakuan kepada anak sejak usia dini, hal tersebut diperkuat oleh Rahmat (2005) yang menyatakan bahwa masa usia dini (kanakkanak) merupakan fase yang paling subur paling dominan bagi seorang pendidik untuk memberikan arahan yang bersih kedalam jiwa dan sepak terjang anak. Pada masa ini menurut Rahman (2005) anak masih lugu dan polos sehingga apabila masa ini bisa dimanfaatkan oleh

3 3 pendidik secara maksimal tentu harapan besar untuk berhasil akan mudah diraih oleh anak. Sedangkan berdasarkan pengamatan terhadap anak kelompok A TK Tunas Bangsa ternyata masih ditemui anak yang belum memiliki kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial yang baik ini ditunjukkan dengan prilaku pemalu, tidak, mau ditinggalkan orang tua, tidak suka bermain dengan teman, mengganggu, serta ragu untuk mengemukakan pendapat. Hal ini membuktikan bahwa dalam pendidikan Taman Kanak-Kanak masih terdapat anak yang memiliki keterampilan sosial yang belum sepenuhnya baik dan masih perlu mendapatkan bimbingan. Melihat betapa pentingnya keterampilan soaial dimiliki oleh anak terutama anak usia TK, dan melihat factor yang ditimbulkan jika anak tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, maka perlu dilakukan penyelesaian masalahyang terkait dengan keterampilan sosial ini. Kondisi tersebut memperlihatkan mengenai pentingnya keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak sejak dini maka diperlukan salah satu Perilaku atau cara yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di sekolah adalah dengan membangun hubungan yang positif dengan anak. Perilaku membangun hubungan yang positif ini ditujukan secara khusus untuk meningkatkan keterampilan sosial dan mencegah masalah prilaku anak, (Miller, tt). Lebih lanjut Coleman (2011) menjelaskan bahwa Perilaku membangun hubungan yang positif merupakan cara yang paling populer dan paling efektif karena Perilaku ini telah terbukti secara efektif untuk mencegah dan mengurangi prilaku buruk anak-anak. Salah satu dari Perilaku membangun hubungan yang positif adalah dengan cara menanamkan rasa kasih sayang kepada anak disekolah, seperti yang dikemukan oleh teori Maslow dalam Saefudin (2008) yang diantaranya adalah: 1. Hubungan guru dengan siswa (a) guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik. (b) guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, kepibadian dan latar belakangnya). (c) guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif. (d) guru dapat menghargai dan menghomati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya. (f) guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

4 4 2. Hubungan siswa dengan siswa, (a) sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerjasama mutualistik dan saling percaya diantara siswa. (b) sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olahraga atau kesenian. (c) sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran. (d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya. Perilaku membangun hubungan yang positif tersebut tentunya menjadi sangat penting untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Dikarenakan dengan membangun hubungan yang positif maka akan tercipta ikatan emosional yang baik yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan positif antara guru, orang tua dan anak serta dapat menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar yang menyenangkan, Claridge (2010). Berdasarkan pandangan para ahli diatas terlihat bahwa Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif merupakan Perilaku yang direkomendasikan para ahli untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, oleh karena itu peneliti meneliti lebih jauh tentang Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak melalui penelitian Pre eksperimen dengan judul Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-Kanak melalui Perilaku Guru dalam Membangun Hubungan Positif dengan Anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung sebelum diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak? 2. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung setelah diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak? 3. Bagaimana efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial anak? C. Tujuan Penelitian

5 5 1. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa sebelum diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. 2. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa setelah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. 3. Mengetahui efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial di TK Tunas Bangsa. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak diantaranya : 1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif, bahwa Perilaku ini dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 2. Bagi guru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak bahwa dengan membangun hubungan yang positif dengan anak dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 3. Bagi orang tua, memberikan pengetahuan dan informasi bahwa dengan membangun hubungan yang positif antara anak, guru, dan staff sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 4. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini akan menambah wawasan mengenai keterampilan sosial yang dapat ditingkatkan melalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. Sehingga dapat menjadikan bahan acuan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin mengkaji lebih mendalam dan komprehensif. 5. Bagi Prodi PGPAUD, memberikan referensi baru bahwa keterampilan sosial anak dapat ditingkatkan memalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. E. Asumsi Penelitian Penelitian ini berdasarkan beberapa asumsi, yaitu :

6 6 1. Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain, kurangnya eseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan perilaku di sekolah, kenakalan, tidak perhatian, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas masalah dalam hubungan interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya serta depresi (septiana, 2009). 2. Keterampilan untuk berperilaku sosial perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai pondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas (Syaodih, 2005). 3. Membangun hubungan positif dengan anak-anak merupakan tugas penting dan komponen dasar dalam mengajar yang baik. Semua anak dapat tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang memberikan rasa cinta dan rasa aman. Sebuah hubungan positif guru dan anak yang dibangun atas dasar kepercayaan, pemahaman, dan kepeduli akan menumbuhkan kerjasama, motivasi dan meningkatkan hasil positif mereka di sekolah (Webster-Stratton, 1999). F. (Definisi Operasional Variabel) Untuk memperjelas arah dalam penelitian maka yang dimaksud dengan keterampilan sosial dan Hubungan Positif dalam penelitian ini adalah : 1. Keterampilan Sosial Secara operasional keterampilan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki anak sebagai bekal bagi kemandiriannya. Anak yang memiliki keterampilan sosial oleh kelompoknya, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan sosial adalah kemampuan yang berkaitan dengan kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial (Sukma, 2009). 2. Membangun Hubungan Positif Membangun hubungan yang positif dengan anak menurut (Fox, at, al 2003) yaitu upaya mengembangkan konsep diri yang positif pada diri anak, membangun rasa percaya diri dan mengembangkan rasa aman yang dapat membantu anak mencegah perilaku nakal, yang dilakukan dengan cara memberikan respon positif pada setiap perilaku positif anak, seperti menyapa setiap anak dengan menyebut namanya, ikut terlibat dalam aktivitas belajar dan

7 7 bermain anak, menjalin interaksi positif dan komunikasi yang efektif dengan anak, melakukan Perilaku home visit dan Perilaku outing. G. Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh dari Perilaku guru membangun hubungan positif dengan anak terhadap keterampilan sosial anak taman kanak kanak, maka dalam penelitian ini : 1. Hipotesis Nol (H0) H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok A TK Tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah dilaksanakannya Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak. H0 : µ1 = µ2= 0 Hipotesisi ini akan diuji pada = Hipotesis altenatif (Ha) Ha = Terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok A TK tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak Ho : µ1 µ2 0 Hipotesis ini akan diuji pada = 0,05 H. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jenis pre eksperimen. Desain yang digunakan adalah desain penelitian nonequivalent atau one group pre-test and post-test desgn. Desain ini termasuk kedalam metode eksperimen yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian dilakukan pada satu kelompok subjek dan dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sehingga data yang diperoleh diolah melalui perhitungan statistik. Menurut Arikunto (2006) pelaksanaan desain one group per-test and post-test dalam penelitian dapat dikemukakan dalam tiga langkah yaitu : 1. Pre-test yaitu hasil observasi yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan

8 8 2. Melaksanakan treatmeant yaitu perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dalam penelitian ini perlakuannya adalah Perilaku guru dalam membangung hubungan yang positif dengan anak. 3. Post-Test yaitu hasil observasi yang dilakukan sesudah diberikan perlaukuan. I. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Plus Tunas Bangsa yangberalamatkan di Jl. Terusan Permai V No.33 A RT 02/ RW 08 Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak didikdi Taman Kanak-Kanak Plus Tunas Bangsa yang berjumlah 12 anak. Adapun jumlah anak perempuan 7 anak sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 5 anak. J. Sistematika Penulisan Berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini: Bab I. Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang : latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Asumsi penelitian, Penjelasan istilah, Hipotesis, Metode penelitian. Bab II kajian teoritis menguraikan tentang teori-teoridan konsep tentang masalah yang sedang diteliti. Bab III Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Penjelasan Istilah, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, teknik pengumpilan Data dan Analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini mengemukakantentang: Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan.

9 9 Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini mengemukakan tentang : Kesimpulan yang akan diambil dan Saran atau Rekomendasi yang diberikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan makhluk sosial, artinya sepanjang hidup manusia tidak lepas untuk saling berhubungan, dan saling membutuhkan dengan orang lain dalam menjalani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan kajian teoritis efektivitas kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan kajian teoritis efektivitas kegiatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan kajian teoritis efektivitas kegiatan menciptakan lingkungan belajar yang suportif dalam meningkatkan kompetensi sosial anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak pada hakikatnya menjadi bagian yang esensial dari individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa kanak-kanak merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang sudah terbagi menjadi beberapa fase dalam rentang kehidupan individu. Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa, serta masa dimana seseorang mulai mengembangkan dan memperluas kehidupan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas anak tidak lepas dari kegiatan bermain dan permainan, kegiatan tersebut dapat mengembangkan interaksi dengan orang lain dan menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah bahkan sampai menjurus ke arah kriminal cukup tinggi. Data dari Yayasan Sekretariat Anak Merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent. 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi experiment atau eksperimen semu). Penelitian ekperimen adalah penelitian dimana ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum perilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain ataupun dengan pihak lain dimana individu yang melakukannya perlu bersosialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak pada tahap berikutnya (Hurlock, 2006). Salah satu masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hidup manusia berkembang dari mulai masa konsepsi, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa. Masa anak-anak merupakan saat yang terbaik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam proses kehidupannya guna melangsungkan aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin manusia mampu menjalani kehidupan sendiri tanpa melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5 MATARAM

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5 MATARAM PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5 MATARAM Rabiah 1) dan Wayan Tamba 2) Pendidik PAUD TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1) Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK Ambar Puspawerdini Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang Abstraksi Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan formal (sekolah), non formal (kursus atau bimbingan belajar), dan lembaga informal (keluarga). Biasanya

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI PERMAINAN MENCARI JEJAK SI BULAT (MAZE 3D) PADA ANAK KELOMPOK B TK BUDI MULYA KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang mana manusia akan selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA PADA KELOMPOK BERMAIN MELALUI KEGIATAN MEMASAK (COOKING CLASS)

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA PADA KELOMPOK BERMAIN MELALUI KEGIATAN MEMASAK (COOKING CLASS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK 1 MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK Masalah dalam kajian ini adalah perilaku sosial anak belum berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh prestasi akademik sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan konsep pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak adalah masa yang sangat potensial, dimana pada masa ini anak sedang mengalami masa perkembangan secara optimal, pertumbuhan otak anak pada masa ini mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan pola asuh Orang tua, pergaulan teman sebaya dan kenakalan remaja siswa SMA Negeri 14 Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan kelas (Clasroom Action Research) atau disingkat PTK yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak kanak merupakan satu bentuk pendidikan formal pada anak usia dini. Pada usia tersebut anak mengalami masa peka untuk menerima suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang berkembang dan mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melda, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Artinya pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan dan mengfungsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO Hasnah 1 ABSTRAK Masalah pada penelitian ini adalah : apakah dengan menggunakan penerapan pembiasaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Designs, menurut

III. METODE PENELITIAN. Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Designs, menurut 31 III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Designs, menurut Sugiyono (2010: 109) dikatakan Pre-Experimental Designs, karena desain ini belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA Oleh: Sophia Oktavia Balimulia M.Si Dosen PG PAUD FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal pikiran dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah berkembang ditengah pesatnya kemajuan zaman. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

2015 PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI DAN KINERJA TUTORTERHADAP MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI RA DRSETIABUDHI BANDUNG

2015 PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI DAN KINERJA TUTORTERHADAP MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI RA DRSETIABUDHI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang ada di masyarakat, terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga memiliki fungsi yaitu memberikan pendidikan terbaik yakni

Lebih terperinci

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, asas-asas Definisi Bimbingan Konseling Definisi bimbingan : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pelekatan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai sejak anak berada dalam kandungan sampai berusia kurang lebih delapan tahun (Santoso, 2002).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1 1 PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU Zulfitri 1 ABSTRAK Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah perkembangan moral anak belum berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya manusia itu dilahirkan sebagai makhluk pembelajar.tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang tua merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi setiap anak, karena waktu yang dihabiskan anak paling banyak di rumah.upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 7 BARENG KLATEN TAHUN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 7 BARENG KLATEN TAHUN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 7 BARENG KLATEN TAHUN 2012/2013 DISUSUN OLEH : SRI MURYANI NIM A53B090056 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan pemikiran yang tepat, dimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan mendasar bagi anak. Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak

Lebih terperinci