Respon Tanaan Jagung (Zea ays) pada Berbagai Regi air Tanah dan Peberian Pupuk Nitrogen Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Saosir, Firan Sutoo Jurusan Ilu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Keerdekaan, Kapus Unhas Taalanrea, Tlp./Fax.: (0411)587076, e-ail: burrasyid@unhas.ac.id; Makassar, 90245 Abstrak Tanaan jagung ebutuhkan air dan nitrogen dala julah yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk engetahui pengaruh regi air tanah dan peberian pupuk nitrogen terhadap pertubuhan tanaan jagung, yang hasilnya diharapkan dapat enjadi bahan pertibangan dala erencanakan pola pengelolaan air aupun peupukan nitrogen untuk encapai efisiensi penggunaan air aupun pupuk. Penelitian dilaksanakan dala bentuk percobaan pot enggunakan rancangan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertaa yaitu regi air tanah yang terdiri 3 taraf yaitu K1 = 14.55 kg (kontrol, KAKP), K2 = 13.85 kg (-25% KP, fase vegetatif), dan K3 = 13,48 kg (- 37,5% KP, fase generatif) ) dan faktor kedua adalah peberian pupuk nitrogen (N) terdiri 4 taraf yaitu N0 = Tanpa perlakuan (kontrol), N1 = Peberian 1 g N/pot pada uur 42 hst, 1 g N/pot 49 hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase generatif), N2 = Peberian 1 g N/pot pada uur 29 hst, 1 g N/pot 35 hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase vegetatif). N3 = asing-asing taraf faktor yang diteliti dari setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Regi air tanah tidak eberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaan, tetapi peupukan nitrogen aupun interaksinya berpengaruh sangat nyata. Hasil tertinggi sebesar 175,30 c pada interaksi peupukan nitrogen N3 dengan regi air tanah K1. Bobot kering tanaan tertinggi yakni 185,93 g ditunjukkan pada kedua perlakuan tersebut. Bobot biji tertinggi ditunjukkan pula pada interaksi perlakuan ini sebesar 109,27 g. Efisiensi penggunaan air hingga 37,5% dapat endukung proses produksi tanaan jagung. Kata kunci : Regi air tanah, defisiensi air, peupukan nitrogen, respon tanaan jagung Pendahuluan Salah satu faktor penting yang enunjang pertubuhan tanaan adalah air yang erupakan faktor pebatas yang sangat penting untuk endapatkan hasil panen jagung yang tinggi. Lahan yang kekurangan air akan enyebabkan aerasi udara dala tanah terganggu dan pasokan oksigen dala tanah tidak lancar, sehingga perkebangan tanaan enjadi tertunda atau engalai kekerdilan. Air diperlukan oleh tanaan untuk eenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk eenuhi transpirasi dala proses asiilasi untuk pebentukan karbohidrat serta pengangkutan hasil-hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaan. Sebagian besar air yang diperlukan oleh tanaan berasal dari tanah yang disebut dengan air tanah. Jagung erupakan tanaan dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500. Budidaya jagung tidak jarang terkendala oleh tidak tersedianya air dala julah dan waktu yang tepat. Pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, lengas tanah yang berlebihan akan engganggu pertubuhan tanaan. Seentara itu, penundaaan waktu tana akan enyebabkan terjadinya cekaan kekurangan air pada fase pertubuhan sapai pebentukan biji. 26
Peupukan erupakan usaha untuk encukupi kebutuhan hara tanaan. Dengan eperbaiki pertubuhan, akar tanaan akan lebih berkebang asuk ke dala tanah dan dapat lebih baik enggunakan persediaan air di lapisan bawah tanah. Tanaan yang endapat cukup hara dapat enyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaan yang kekurangan hara dapat lebih labat dipanen, tetapi jika tanaan kelebihan hara juga tidak baik karena dapat eracuni tanaan, sehingga pada proses pertubuhan dan perkebangannya akan terganggu. Untuk engurangi hara yang berlebih, peberian pupuk tidak sekaligus dilakukan, tetapi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan tanaan. Defisiensi nitrogen enyebabkan proses pebelahan sel terhabat dan engakibatkan terhabatnya pertubuhan tanaan. Selain itu, defisiensi senyawa protein enyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan eningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Hal tersebut enyebabkan tanaan jagung yang kekurangan nitrogen tapak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992). Berdasarkan uraian di atas aka perlu dilakukan penelitian engenai respon tanaan jagung pada berbagai regi air tanah dan peberian pupuk nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk engetahui pengaruh berbagai regi air tanah dan peberian pupuk nitrogen terhadap pertubuhan tanaan jagung. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di ruah kaca Fakultas Pertanian dala bentuk percobaan pot. Analisis kiia tanah dilaksanakan di Laboratoriu Kiia Tanah Jurusan Ilu Tanah Universitas Hasanuddin, Makassar, yang dilaksanakan dari bulan Juni sapai Septeber 2009. Bahan-bahan yang digunakan adalah sapel tanah sawah dari Desa Banggae Kecaatan Manggarabobang Kabupaten Takalar, benih tanaan jagung hibrida varietas Nusantara 1, pupuk Urea, KCl, dan SP36,, air, kertas label, pot, dan bahan-bahan kiia, eteran, tibangan analitik, ayakan, dan seperangkat alat laboratoriu. Percobaan disusun dala bentuk percobaan faktorial (factorial design) dala rancangan acak kelopok (RAK) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertaa (ain plot) adalah perlakuan peberian air (K) dan faktor kedua adalah perlakuan peberian nitrogen (N). taraf, yaitu: pupuk Regi air (K) yang terdiri atas tiga K1 = 14.55 kg (air tersedia di bawah kapasitas pot) K2 = 13,85 kg (-25% dibawah kapasitas pot ulai asa vegetatif) K3 = 13,65 kg (-37,5% di bawah kapasitas pot ulai asa generatif) Faktor kedua adalah peberian pupuk nitrogen (N) yang terdiri atas epat taraf; Tabel 1. Peberian pupuk nitrogen (g/pot) pada hari sesudah tana P u p u k Uur Tanaan (hst) nitrogen (g/pot) 29 35 42 49 56 N0 0 0 0 0 0 N1 0 0 1 1 1 N2 1 1 0 0 1 27
Kobinasi faktor yang diteliti enghasilkan 12 kobinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 pot percobaan. Untuk enentukan kadar air kapasitas lapang dari edia tana digunakan etode grafietrik. Sapel edia tana yang telah dikering anginkan diabil secara koposit sebanyak 20 gra, dikeringkan dala oven dengan suhu 105 o C selaa 3 ja. keudian cawan tersebut ditibang bersaa tanah. Kadar air dapat diketahui dengan ruus: % KA = BTKU BTKO x 100 % BTKO Bobot basah (BB) pot yang harus dipertahankan pada tiap perlakuan kadar air tanah tersedia di hitung dengan ruus: % KAKL = BB BK x 100 % BK Sapel tanah diabil secara koposit di Desa Banggae Kecaatan Manggarabobang Kabupaten Takalar pada kedalaan 0-20 c, keudian dikering udarakan dan diayak dengan enggunakan ayakan tanah yang berdiaeter lubang 0,5 c. Sapel tanah dicapur secara erata keudian diasukkan ke dala pot sebanyak 11,55 kg/pot. Penanaan dilakukan dengan cara enyaaikan benih jagung terlebih dahulu selaa 3 hari, keudian dipilih tanaan terbaik lalu dipindahkan pada wadah yang telah disiapkan dan tiap pot ditana satu tanaan. Pupuk-pupuk dasar Urea, KCl dan SP36 diberikan setelah penanaan dengan peberian 1 g Urea/pot, 0,6 g KCl/pot yaitu dengan elarutkannya dala air, dan 1 g SP36/ pot dengan ebenakannya dala tanah. Untuk perlakuan peberian pupuk nitrogen N1 (Urea) diberikan 3 kali easuki asa pertubuhan generatif yaitu pada uur 42 hari, 49 hari dan 56 hari asing-asing diberikan 1 gr N/pot, perlakuan N2 diberikan 3 kali pada asa pertubuhan vegetatif yaitu pada uur 29 hari, 35 hari dan 56 hari asing -asing 1 gr N/pot, dan untuk perlakuan N3 diberikan 5 kali yaitu ulai beruur 29 hari, 35 hari, 42 hari, 49 hari dan 56 hari asingasing diberikan 1 gr N/pot dengan elarutkannya dala air. Peeliharaan tanaan eliputi penyiraan, penyiangan dan pengendalian haa dan penyakit. Khusus untuk penyiraan dilakukan setiap pagi dan sore. Untuk epertahankan kadar air pada tingkat tertentu sesuai perlakuan, julah air yang diberikan tergantung besarnya air yang hilang elalui proses evapotranspirasi yang ditetapkan dengan enibang pot. Penabahan air disesuaikan dengan pengurangan bobot karena evapotranspirasi. Penyiangan dilakukan secara anual terhadap gula yang tubuh di pot, dilakukan ulai tanaan beruur 2 inggu setelah tana. Panen tanaan jagung pada saat beruur 101 hari setelah tana, yaitu setelah tongkol jagung sudah kering. Paraeter yang diaati yaitu: Tinggi tanaan (c) diukur pada akhir penelitian Bobot tongkol (g) dihitung pada akhir penelitian Bobot berangkasan (g) tanaan jagung dihitung pada akhir penelitian Bobot kering tanaan jagung (Bobot tongkol+berat berangkasan) Persentase bobot tongkol terhadap bobot kering tanaan Kadar N tanaan jagung dan Serapan N tanaan jagung. 28
Hasil dan Pebahasan Tinggi tanaan jagung disajikan pada Tabel 2 enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air tidak berpengaruh nyata, tetapi peberian pupuk nitrogen dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaan. Tabel 2. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap tinggi (c) tanaan jagung, Makassar 2009 air Peberian pupuk nitrogen K1 y137,63 c x150,00 b x156,83 b x175,30 a K2 x142,07 c y145,30 c x154,50 b y165,13 a K3 z127,43 c x156,43 b x149,47 b x175,03 a Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolo) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang saa secara statistic tidak berbeda nyata Data pada Tabel 2 terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen nyata pada ketiga regi air. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan peberian nitrogen N3. Pengaruh regi air nyata pada peberian pupuk nitrogen N0, N1, dan N3. Pada ketiga peberian pupuk nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari pada K2, dan K1. Hasil sidik raga enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tongkol (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap bobot tongkol (g) tanaan jagung, Regi air x109,27 K1 x17,70 c x64,47 b x89,07 b a K2 x23,27 c y25,40 c y54,20 b y99,67 a x107,20 K3 x19,73 d x87,33 b y52,13 c a Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolo) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang saa secara statistic tidak berbeda nyata Terlihat pada Tabel 3 bahwa pengaruh peberian nitrogen nyata pada ketiga regi air, nilai bobot tongkol pada N3 lebih besar daripada perlakuan lainnya, walaupun perbedaan antara dua perlakuan tidak selalu nyata. Pengaruh regi air nyata pada peberian nitrogen N1, N2, dan N3. Pengurangan air tersedia K2 ke K3 eningkatkan bobot tongkol jagung pada peberian nitrogen N1, dan N3 tetapi tidak berpengaruh nyata pada peberian nitrogen N2. Bobot berangkasan tanaan jagung disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik raga enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap bobot berangkasan. Tabel 4. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap bobot berangkasan (g) tanaan jagung, Air K1 x98,67 a x97,00 a x81,80 b x76,67 b K2 y74,53 a y71,80 a x69,93 a x67,00 a K3 z65,47 a z62,67 a y59,13 a y54,87 a Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolo) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang saa secara statistic tidak berbeda nyata Data pada Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen tidak berpengaruh nyata pada ketiga regi air. Pengaruh regi air nyata pada keepat perlakuan peberian nitrogen. Pada keepat perlakuan peberian nitrogen ini nilai regi air K3 lebih kecil dibandingkan K2, dan K1. 29
Pengaruh regi air nyata pada keepat perlakuan peberian nitrogen. Pada keepat peberian nitrogen ini nilai regi air K3 lebih kecil dari K2 dan K1. Bobot kering tanaan jagung disajikan pada Tabel 5. Sidik raga enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaan. Tabel 5. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap bobot kering (g) tanaan jagung, Air Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan nitrogen N0 Data pada Tabel 5, terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen tidak berpengaruh nyata pada perlakuan regi air K1 yaitu N1, N2, dan N3. Tetapi berpengaruh nyata pada perlakuan regi air K2, dan K3. Bobot kering tanaan tertinggi terdapat pada perlakuan peberian nitrogen N3. K1 x116,37 b x161,47 a a x170,87 K2 x97,80 bc y97,20 c b y124,13 Pengaruh regi air nyata pada keepat perlakuan peberian nitrogen. Pada keepat peberian nitrogen ini nilai regi air K3 lebih kecil dari K2 dan K1. x185,93 a y166,67 a K3 y85,20 d x150,00 b y111,27 c z162,07 a Persentase berat tongkol terhadap bobot kering tanaan jagung disajikan pada Tabel 6. Hasil sidik raga enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bobot tongkol terhadap bobot kering tanaan. Tabel 6. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap persentase bobot tongkol terhadap berat kering (%) tanaan jagung, Air Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan nitrogen N0 Data pada Tabel 6, terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regi air. Nilai persentase berat tongkol terhadap berat kering tanaan jagung tertinggi pada perlakuan peberian nitrogen N3. Pengaruh regi air nyata pada keepat perlakuan peberian nitrogen. Pengurangan air tersedia K2 ke K3 eningkatkan perssentase berat tongkol terhadap berat kering tanaan pada peberian nitrogen N1, tetapi tidak berpengaruh nyata pada peberian nitrogen N2 K1 y15,40 d y39,26 c x51,84 b y58,84 a K2 x23,67 c z25,74 c y43,27 b y59,80 a K3 x23,20 d x58,08 b y46,86 c x66,15 a 30
Serapan N total tanaan jagung pada Tabel 7. Hasil sidik raga enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar N. Tabel 7. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap kadar N (%) tanaan jagung, Regi Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan nitrogen N0 Pada Tabel 7, terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regi air. Nilai kadar N tertinggi pada perlakuan peberian nitrogen N3. Pengaruh perlakuan regi air nyata pada keepat perlakuan peberian nitrogen. Pada keepat perlakuan peberian nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2, dan K1. Serapan N total tanaan jagung disajikan pada Tabel 8. Hasil sidik raga enunjukkan bahwa berbagai regi peberian air dan peberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap serapan N. Data pada Tabel 8 terlihat bahwa pengaruh peberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regi air. Nilai serapan N tanaan jagung tertinggi pada perlakuan peberian nitrogen N3. K1 x0,17 bc x0,19 bc x0,24 b x0,44 a K2 y0,13 bc x0,16 bc x0,20 b y0,30 a K3 z0,07 c y0,08 c y0,12 b z0,17 a Pengaruh perlakuan regi air nyata pada keepat perlakuan peberian pupuk nitrogen. Pada keepat perlakuan peberian nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2, Tabel 8. Pengaruh regi air dan nitrogen terhadap serapan N (%) tanaan jagung, Air K1 x166,32 c x189,47 b x198,26 b x338,42 a K2 y94,96 bc c y117,35 b y138,22 b y200,64 a K3 z45,09 c z47,93 c z68,93 b z93,91 a Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan nitrogen N0 Korelasi antara kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) dapat digabarkan dengan persaaan regresi (Gabar 1, 2, dan 3). Gabar 1. Hubungan kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) pada perlakuan regi air K1, Gabar 2. Hubungan kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) pada perla dan K1. 31
Diagra di atas enunjukkan korelasi nyata terlihat pada perlakuan regi air K1 dan K2, bobot tongkol eningkat dengan eningkatnya kadar N tanaan. Pada perlakuan regi air K3 peningkatan bobot tongkol yang besar dari kadar N senilai rata-rata perlakuan peberian nitrogen N0 ke N1. Tetapi kadar N yang lebih tinggi pada perlakuan regi air K3N2 tidak eningkatkan berat tongkol tanaan jagung. Gabar 3. Hubungan kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) pada perlakuan regi air K3, Hasil penelitian enunjukkan bahwa perlakuan yang eberikan pengaruh yang paling besar terhadap pertubuhan tinggi tanaan adalah perlakuan regi air K1 dengan peberian pupuk nitrogen N3. Hal ini akibat pengaruh langsung dari unsur nitrogen, diana dosis peupukan pada perlakuan ini adalah yang paling aksial dibanding dengan perlakuan lainnya. Meningkatnya pertubuhan tanaan jagung akibat peberian nitrogen berkaitan dengan peranan nitrogen yang dapat eningkatkan laju pertubuhan tanaan. Engelstad (1997) enyatakan bahwa peberian nitrogen yang optial dapat eningkatkan pertubuhan tanaan, eningkatkan sintesis protein, pebentukan klorofil yang enyebabkan warna daun enjadi lebih hijau dan eningkatkan ratio tajuk akar. Oleh karena itu peberian nitrogen yang optial dapat eningkatkan laju pertubuhan tanaan. Faktor ini ditabah dengan optialnya penyerapan unsur hara. Optialnya penyerapan unsur hara adalah akibat dari tingginya perlakuan regi air K1. Hal ini karena air sangat berperan dala proses penyerapan hara pada tanaan, diana air erupakan agen yang dapat berperan dala elarutkan unsur hara dan entransportasikannya ke dala jaringan tanaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2002) bahwa dengan obilitas air eungkinkan air dapat ebawa hara dari tanah ke jaringan tanaan, perjalanan air dala tubuhan diulai dengan absorpsi air pada perukaan akar. Air asuk ke dala akar elalui sel-sel epideris dan rabut akar (odifikasi sel epideris). Air dari sel-sel endoderis selanjutnya asuk ke dala pebuluh xile elalui proses ososis. Air dari pebuluh xyle akar, bergerak elalui xile batang hingga ke xile daun. Hasil perhitungan berbagai perlakuan terhadap bobot tongkol tanaan e-perlihatkan bahwa berbagai perlakuan peberian air, peberian pupuk nitrogen dan interaksi antara peberian air dan peberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol. Kobinasi perlakuan yang paling eberikan pengaruh signifikan adalah perlakuan peberian air K1 dengan peberian pupuk nitrogen N3. Hal ini disebabkan oleh dua faktor tersebut, yaitu kobinasi 32
antara tingginya dosis nitrogen dan kadar air tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Buckan dan Brady (1982) bahwa pupuk N epunyai efek yang paling enonjol pada tanaan karena N cenderung eningkatkan pertubuhan di atas tanah dan eberikan warna hijau pada daun, dan pada jagung akan eperbesar tongkol (buah) serta eningkatkan kandungan protein. Lebih lanjut dikeukakan oleh Foth (1994) bahwa kelipahan nitrogen endorong pertubuhan yang cepat dengan perkebangan daun, batang yang berwarna hijau tua yang lebih besar serta endorong pertubuhan vegetatif di atas tanah. Deikian pula dengan rendahnya berat tongkol pada perlakuan regi air K3 dengan tanpa peberian pupuk nitrogen N0 juga terindikasi disebabkan oleh rendahnya kadar air tanah dan unsur N dibanding perlakuan lainnya. Rendahnya kadar air akan enyebabkan terhabatnya penyerapan unsur hara, sedang rendahnya kadar N akan enyebabkan rendahnya bobot tongkol tanaan, hal ini sesuai pendapat Haki et al. (1986), bahwa kekurangan unsur nitrogen pada tanaan akan enapakkan gejala warna kuning pada daun, biji engerut dan bobot buah rendah. Pengaruh perlakuan peberian air dengan pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot kering berangkasan total bobot kering tanaan, dan persentase bobot tongkol. Hal ini enunjukkan bahwa pertubuhan tersebut ebutuhkan air yang tersedia untuk penapilan optial, diana ketersedian air diperlukan untuk enyesuaikan diri dan digunakan untuk pertubuhan tanaan. Defisit air dala jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada kapasitas pertukaran gas dan efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang engakibatkan enurunnya efisiensi pebentukan bahan kering. Air yang cukup akan endukung peningkatan produksi tanaan, sebaliknya rendahnya julah air akan enyebabkan terbatasnya perkebangan akar, sehingga engganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaan (Garner et al.,1991). Cekaan air pada asa generatif, akan enurunkan produksi. Tanaan jagung yang engalai defisit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhabat. Hasil perhitungan enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen sangat berpengaruh nyata terhadap kadar N tanaan. Hal ini karena kadar N dipengaruhi oleh faktor kadar air tanah dan peberian nitrogen. Seakin banyak peberian nitrogen aka kadar N dala tanaan juga eningkat. Walaupun terjadi peningkatan peberian nitrogen naun tidak enyebabkan bobot kering tanaan bertabah. Hal ini karena peberian nitrogen di atas titik optialnya akan engakibatkan sebagian nitrogen yang diasiilasi akan eisahkan diri sebagai aida, sehingga peberian nitrogen yang berlebih hanya enaikkan kadar N pada tanaan tetapi engurangi sintesis karbohidrat (Affandi, 2002). Hasil perhitungan enunjukkan bahwa berbagai perlakuan regi air dan peberian pupuk nitrogen sangat berpengaruh nyata terhadap serapan N. Serapan N oleh tanaan jagung akan seakin eningkat dengan seakin besar kadar air tanah. Jika dihubungkan dengan pertubuhan tanaan keadaan ini sesuai, karena seakin besar kadar air tanah, engakibatkan pertubuhan tanaan akan seakin baik. Soepardi (1983) 33
enyatakan bahwa peningkatan dosis N pada batas tertentu dapat erangsang pertubuhan dan produksi tanaan. Lanjut Tharin dan Hanafi, (1992) engatakan bahwa pertubuhan dan perkebangan tanaan sangat dipengaruhi oleh keadaan air dala jaringan tanaan. Jika kandungan air dala jaringan tanaan cukup, aka seua proses yang akan epengaruhi pertubuhan dan perkebangan tanaan akan berjalan sebagai ana estinya. Jika kandungan air dala jaringan tanaan kurang, aka seua proses yang berperan dala pertubuhan dan perkebangan tanaan akan terganggu, akibatnya tanaan akan layu dan ati. Kriteria kadar N dala jaringan tanaan tergolong rendah (Cope dan Rouse, 1973). Hal ini diduga karena sifat N yang labil, nitrogen dapat hilang elalui volatilisasi aonia terutaa dala keadaan kering. Menurut Jones et.al. (1998) bahwa kisaran kecukupan nitrogen untuk tanaan jagung adalah 2.70 4.00 %. Pada grafik korelasi antara kadar N dengan berat tongkol tanaan jagung enunjukkan bobot tongkol eningkat dengan eningkatnya kadar N. Menurut Hairiah et.al (2000) bahwa efisiensi serapan hara oleh tanaan baik secara onokultur aupun tupang sari. Hal ini enunjukkan bahwa tingkat singkronisasi antara zat hara tersedia didala tanah dengan saat tanaan ebutuhkannya asih rendah. Selain itu nilai efisiensi penggunaan N dapat ditingkatkan dengan enyeleksi genotif yang cocok dan engurangi kehilangan nitrat. Kehilangan nitrat dapat dikurangi dengan enyediakan N sesuai dengan julah dan waktu yang dibutuhkan tanaan. Kesipulan Perlakuan regi air K1 dengan peberian pupuk nitrogen N3 eberikan peningkatan pertubuhan tanaan jagung yang signifikan (tinggi tanaan, bobot tongkol, bobot berangkasan, total bobot kering tanaan, kadar N, dan serapan N). Daftar Pustaka Buckan, H.O. dan Brady, N.C. 1982. lu tanah. (Terjeahan: Soegian). Bharata Karya Aksara, Jakarta. Cope, J.T. and R.D. Rouse. 1973.Interpretation of soil test results. pp.35-54. In L.M. Walsh and J.D. Beaton (ed.). Soil Testing and Plant Analysis. Revised Edition. SSSA, Madison, WI. Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. UGM Press. Yogyakarta. Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilu Tanah. (Terjeahan: Soenartono Adisoearto). Penerbit Erlangga, Jakarta. Gardner, F. P., R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaanan Budidaya, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Haki, N., Yusuf Nyakpa, A.M Lubis, sutopo, Sail, M.R., Diha, M.A., Go Ban Hong, dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilu Tanah. Universitas Lapung, Lapung. Lingga P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi Tubuhan. Rajawali press, Jakarta. Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung. Suprapto dan Marzuki. R, 2002. Bertana Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Soepardi, G. 1983. Bagian Ilu-Ilu Tanah. Fakultas pertanian IPB, Bogor. Tharin, M dan H. Hanafi. 1992. Peranan ulsa sisa tanaan terhadap konservasi lengas tanah pada siste budidaya tanaan seusi di lahan kering. 34