BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN FASAD DAN PENERAPAN MATERIAL UNTUK MEMINIMALKAN KEBISINGAN PADA BANGUNAN RAWAT INAP MULTI BED BERPENGHAWAAN ALAMI DI SURABAYA

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

Fasilitas Rumah Duka di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL

AKUSTIKA RUANG KULIAH

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGIAN III : AKUSTIK

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang

FENOMENA PERBEDAAN TINGKAT KEBISINGAN PADA 2 UNIT RUANG TIDUR: STUDI KASUS RUMAH TINGGAL PENELITI DI TEPI JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Teknik sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan contoh atau sampel kasus

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss

Mendisain dan mengelola Saluran/ Distribusi Rumah Sakit 21 Maret 2009

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (Mahfuddin, 2009). Menurut

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Bab IV. Konsep Perancangan

STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG KULIAH AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

TF4041- TOPIK KHUSUS A

BAB III DESKRIPSI PROYEK

Alexander Christian Nugroho

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

PENGUKURAN KEBISINGAN BANGUNAN GEREJA TERBUKA STUDI KASUS: GEREJA PUH SARANG - KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bentuk Rumah Sakit kecil maupun besar yang ada di seluruh

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL


BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG

RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang nomor 25 tahun 2009?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kebisingan lingkungan pada kompleks rumah sakit saat ini sangat tinggi. Studi oleh Busch-Vishniac (2005) mengungkapkan tingkat kebisingan lingkungan pada kompleks rumah sakit di dunia rata-rata naik secara konstan sejak tahun 1960. Penelitian sebelumnya mengungkapkan dua hal yang menyebabkan rumah sakit memiliki tingkat kebisingan lingkungan yang tinggi, yaitu terdapat banyak sumber kebisingan di dalam kompleks rumah sakit itu sendiri dan kondisi permukaan dari bangunan seperti lantai, dinding dan plafon yang lebih banyak memantulkan gelombang bunyi daripada menyerapnya (Ulrich et al, 2004). Sumber kebisingan di dalam kompleks rumah sakit menurut Juang (2010) banyak terdapat pada kompleks rumah sakit dan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber kebisingan internal dan eksternal bangunan. Bunyi yang dianggap sebagai sumber kebisingan internal adalah bunyi aktivitas pengguna (pengunjung pasien dan petugas medis) dan mekanikal bangunan di dalam salah satu bangunan pada kompleks rumah sakit. Sedangkan sumber bising eksternal adalah bunyi aktivitas pengguna, mekanikal bangunan dan lalu lintas internal rumah sakit di luar bangunan namun masih termasuk dalam lingkungan kompleks rumah sakit. Gelombang bunyi yang berasal dari sumber-sumber di atas akan dipantulkan oleh permukaan bangunan-bangunan pada kompleks rumah sakit yang keras sehingga bunyi akan banyak dipantulkan kembali. Karena bunyi yang terpantul pada permukaan keras ini menurut Cole (2005) membuat bunyi menjadi menggema, saling bersahutan, dan membuat reverberation time menjadi lebih lama. Keadaan ini akan memberikan efek bunyi berkembang dan memperparah tingkat kebisingan lingkungan, baik di dalam maupun di luar bangunan. Permasalahan tingginya tingkat kebisingan lingkungan menjadi sangat mengkhawatirkan karena diketahui kebisingan memberi dampak negatif pada kesehatan manusia di rumah sakit (Cmiel, 2004). Untuk bangunan rawat inap, Ellenbogen (2011) mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan yang ditimbulkan 1

akibat tingginya tingkat kebisingan di dalam bangunan adalah gangguan tahapan tidur pasien sehingga menghambat proses penyembuhan. Selain berdampak pada pasien, kebisingan dapat meningkatkan tekanan stres kerja dan gangguan konsentrasi bagi pekerja medis. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien dan pekerja medis di bangunan rawat adalah salah satu populasi utama yang mendapat efek negatif paling besar dari kebisingan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga tingkat kebisingan untuk tetap rendah di dalam bangunan rawat inap agar membantu pasien dalam proses penyembuhan dan staf medis memberikan pelayanan yang maksimal. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa modifikasi arsitektural pada rumah sakit dapat mengurangi tingkat kebisingan bangunan rawat inap. Untuk kasus dengan sumber kebisingan internal menurut Ulrich (2004) terdapat 3 bentuk utama modifikasi lingkungan fisik. Pertama adalah pemasangan material penyerap bunyi pada bagian plafon, Kedua adalah menghindarkan sumber bunyi penyebab kebisingan dengan memberi treatment akustik pada sistem mekanik bangunan dan terakhir adalah pemilihan layout single-bed daripada multi-bed pada ruang perawatan pasien untuk mengurangi resiko sumber bising yang lebih banyak. Sedangkan untuk sumber bising eksternal, penanggulangan kebisingan dapat dicapai dengan modifikasi selubung bangunan. Menurut Akdag (2004) desain selubung bangunan rumah sakit terutama bangunan rawat inap harus sangat diperhatikan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna dalam hubungan dengan lingkungan fisik seperti pencahayaan, akustika dan penghawaan. Bentuk modifikasi tersebut dapat meminimalkan efek bising dari luar bangunan dengan meningkatkan kemampuan insulasi elemen-elemen fasad bangunan seperti dinding dan bukaan. Bangunan rawat inap Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya sebagai obyek penelitian adalah bangunan rawat inap kelas 3 (kelas ekonomi) yang menggunakan konfigurasi multi-bed dengan kapasitas normal sekitar 48 pasien yang dibagi pada ruangan-ruangan perawatan berkapasitas masing-masing 6 hingga 8 bed. Antar ruang perawatan dibatasi oleh tembok bata namun antar bed tidak ada batas apapun. Ruangan perawatan berjajar di bagian samping ruangan dengan satu koridor doubel loaded berada di tengah bangunan. Nurse station 2

terletak sejajar dengan jajaran ruang perawatan dan berada di bagian tengah ruangan rawat inap. Ruangan pendukung lain seperti ruang dokter, supervisor dan service juga terletak sejajar dengan ruang perawatan. Untuk gambaran mengenai layout adalah seperti terlihat di Gambar 1.1. Gambar 1.1 Gambaran Layout Bangunan Seruni A RSUD Dr.Soetomo Dari pengukuran sejenak diketahui tingkat rata-rata background noise level sebagai indikasi tingkat kebisingan lingkungan di dalam bangunan obyek penelitian adalah 55 db. Kondisi tersebut tidak memenuhi anjuran batas aman background noise level dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomer 178 tahun 87 yang mensyaratkan pada bangunan rawat inap yaitu tidak lebih dari 45 dba. Dari kondisi tersebut diindikasikan bahwa tingginya background noise level pada obyek penelitian disebabkan sumber internal dan eksternal bangunan tersebut. Sumber internal berasal dari tingginya tingkat kepadatan dan aktivitas pengguna di dalam bangunan. Namun hal tersebut tidak dapat dihindarkan karena pihak RSUD Dr.Soetomo tidak diperkenankan menolak pasien yang datang sehingga bangunan rawat inap Seruni A selalu padat karena banyaknya pasien yang harus diterima. Sedangkan untuk sumber eksternal juga berasal tingginya tingkat kepadatan dan aktivitas pengguna di luar bangunan. Doelle (1972) menyebutkan bahwa untuk kasus rumah sakit sumber kebisingan eksternal bersifat lebih dominan daripada internal karena keberagaman aktivitas dan besarnya kapasitas peralatan mekanikal bangunan yang berada pada lingkungan outdoor dalam kompleks rumah sakit. Hal tersebut berlaku juga pada obyek penelitian. Dari pengamatan awal, didapat banyak bunyi yang diidentifikasi sebagai sumber 3

kebisingan yang lebih beragam dan bersifat khas (hanya terjadi pada tipikal bangunan seperti pada obyek penelitian) yaitu bunyi aktivitas keluarga pasien menginap di ruang tunggu, lalu-lalang koridor luar yang menyatu antara pengunjung dan pekerja, peralatan strerilisator serta aktivitas lahan parkir yang berada dekat dengan bangunan rawat inap. Keberadaan keluarga pasien yang menginap lumrah ditemui di rumah sakit umum daerah di Indonesia, seperti halnya fenomena yang terjadi pada obyek penelitian. Terutama pada bangunan rawat inap pasien kelas ekonomi. Karena sebelum tindakan medis dilakukan sewaktu-waktu, selalu dibutuhkan keluarga pasien untuk persoalan administrasi dan keluarga pasien kelas ekonomi cenderung memilih menginap di ruang tunggu bangunan rawat inap karena alasan finansial. Dan karena banyaknya pasien yang dirawat pada kelas ekonomi menyebabkan semakin banyak keluarga yang menginap. Dalam petunjuk teknis bangunan rawat inap Departemen Kesehatan RI (2006) bukaan penghawaan alami disarankan penggunaannya pada bangunan rawat inap, namun menurut Templeton (1997) bukaan untuk penghawaan alami akan memperbesar resiko perambatan bunyi dari sumber kebisingan di luar bangunan. Bangunan rawat inap Seruni A menggunakan penghawaan alami dan digunakan untuk perawatan pasien penderita penyakit syaraf yang membutuhkan kondisi istirahat yang baik. Sehingga dapat disusun hipotesa awal (Gambar 1.2) bahwa banyaknya sumber kebisingan di luar bangunan rawat inap Seruni A yang berpenghawaan alami lebih dominan daripada sumber internal dan memiliki resiko perambatan kebisingan yang besar ke dalam bangunan melalui bukaan penghawaan alami sehingga dapat memperparah tingkat kebisingan lingkungan di dalam bangunan. Maka dari itu kebutuhan insulasi kebisingan dari luar bangunan sekaligus mengkompromi penyediaan penghawaan alami menjadi penting dan mendesak untuk dicarikan solusinya. Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti perlu mengetahui tingkat efektifitas strategi meminimalkan bising melalui optimasi desain dan material fasad sebagai selubung bangunan dengan memperhatikan kemampuan insulasi bunyi terhadap kebisingan dari sumber-sumber di luar bangunan rawat inap yang tetap mempertimbangkan penghawaan alami. Diharapkan dengan mengetahui 4

efektifitas strategi penanganan kebisingan ini dapat disusun usulan pedoman desain fasad bangunan rawat inap yang memenuhi kriteria tingkat kebisingan yang diijinkan pada ruang rawat inap tempat studi kasus diambil dan ruang rawat inap lain yang memiliki tipikal permasalahan sama. Utilitas Bangunan Lahan Parkir Koridor Sumber Eksternal Sumber Internal Ruang Tunggu Kebisingan merambat lebih besar melalui bukaan DOMINAN Bangunan Rawat Inap Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya Solusi fasad bangunan memenuhi kebutuhan insulasi kebisingan Solusi fasad bangunan memenuhi kebutuhan penghawaan alami Tindakan Medis Pasien dan Staff Disyaratkan bukaan pengahawaan alami dan tingkat sound level rendah Gambar 1.2 Alur Hipotesa Fenomena Kebisingan pada Ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo 1.2 Perumusan Masalah Rumah sakit adalah salah satu dari sekian banyak bangunan yang membutuhkan penanganan akustik secara cermat dan sering terlewatkan dalam tahapan desain akustik. publik yang padat di dalam kompleks rumah sakit dapat menjadi sumber bising yang mengganggu, seperti keluarga pasien yang belum teredukasi dengan baik mengenai aturan dalam menjaga kesenyapan di rumah sakit sehingga beresiko meningkatkan gangguan kebisingan, terutama pada rumah sakit negeri seperti pada lokasi penelitian. Gangguan bunyi akan menjadi kendala yang tidak disadari dalam pelayanan medis pasien pada bangunan rawat inap, karena pasien kualitas istirahat yang baik sangat dibutuhkan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pasien. Permasalahan penanganan kebisingan yang terjadi pada bangunan rawat inap ini sangat 5

mendesak dan jarang ditangani dengan bijak oleh perencana bangunan. Permasalahan kebisingan pada obyek penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: - Sumber kebisingan eksternal yaitu bunyi aktivitas keluarga pasien menginap di ruang tunggu, lalu-lalang koridor luar yang menyatu antara pengunjung dan pekerja, peralatan strerilisator serta aktivitas lahan parkir yang berada dekat dengan bangunan rawat inap memiliki sifat khas serta lebih dominan daripada sumber internal sehingga beresiko merambat ke dalam bangunan. - Bangunan obyek penelitian menggunakan penghawaan alami sehingga resiko perambatan bunyi melalui bukaan menjadi semakin besar. Sehingga dari uraian tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: Sejauh mana pengaruh modifikasi desain dan material fasad dalam upaya menginsulasi secara akustik sekaligus menyediakan kebutuhan penghawaan alami bagi bangunan ruang rawat inap berpenghawaan alami terhadap sumber kebisingan eksternal? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan merumuskan konfigurasi strategi insulasi akustik terhadap kebisingan dari sumber eksternal melalui optimasi desain fasad pada bangunan ruang rawat inap multi-bed dengan penghawaan alami. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: - Menjelaskan pengaruh modifikasi luasan bukaan penghawaan alami pada dinding fasad dalam upaya insulasi akustik sekaligus menyediakan kebutuhan penghawaan alami bagi bangunan ruang rawat inap multi-bed terhadap sumber kebisingan eksternal. - Menjelaskan pengaruh modifikasi material pelapis pada dinding fasad dalam upaya insulasi akustik bagi bangunan ruang rawat inap multi-bed terhadap sumber kebisingan eksternal. 1.4 Manfaat Penelitian Pendekatan desain dinding fasad dengan parameter konfigurasi luasan elemen dan material penyusunnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja dinding fasad dalam meminimalkan kebisingan dari sumber di luar bangunan sekaligus 6

menyediakaan penghawaan alami pada bangunan rawat inap. Adapun dari pendekatan tersebut penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Secara Teori Dapat bermanfaat secara keilmuan dalam bidang insulasi kebisingan ekternal pada fasilitas kesehatan serta mempelajari implikasinya pada parameter penghawaan alam terutama yang menggunakan bukaan penghawan pada dinding fasad. Secara Praktek Dapat menjadi usulan panduan desain fasad dengan kebutuhan insulasi kebisingan dari sumber eksternal untuk bangunan ruang rawat inap multi-bed berpenghawaan alami. 1.5 Batasan Penelitian Lingkup Penelitian Penelitian ditujukan pada bangunan rawat inap multi-bed dengan memperhatikan variabel insulasi kebisingan dan penghawaan alami dinding fasad dengan batasan lingkup penelitian sebagai berikut: - Sumber kebisngan yang menjadi fokus adalah sumber eksternal. - Faktor penghawaan alami yang diperhatikan adalah untuk mencapai kebutuhan pergantian udara dan kebutuhan kenyamanan termal. - Sumber kebisingan eksternal yang menjadi fokus penelitian adalah sumber kebisingan lingkungan sekitar bangunan rawat inap baik dari aktivitas medis maupun non medis. - Variabel desain yang diperhatikan dibatasi pada luasan dan material masing-masing elemen penyusun fasad. Lingkup Bidang Keilmuan Lingkup bidang keilmuan adalah bidang akustik dan arsitektur Lokasi Penelitian Untuk kepraktisan, sebagai obyek penelitian diambil Bangunan Rawat Inap Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya yang mewakili kondisi ruang rawat inap multi-bed berpenghawaan alami yang memiliki permasalahan gangguan sumber kebisingan eksternal yang lebih dominan di Surabaya. Selain itu obyek 7

penelitian adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur sehingga diharapkan hasil penelitian memberi kemanfaatan yang luas. 8